Misteri Manusia Super di Himalaya Akhirnya Terpecahkan, Keturunan Yeti?
Kamis, 24 Agustus 2023 - 17:22 WIB
Jaahnvi Sriperanbuduru, pemegang rekor mendaki puncak tertinggi di empat benua pada usia 16 tahun, mengatakan telah melihat pria, wanita, anak-anak, dan bahkan orang lanjut usia hidup dalam kondisi ekstrem di Himalaya.
“Sherpa, bentuk tubuh mereka lebih berbeda dari siapa pun di dunia. Denyut nadi mereka bisa turun ke titik terendah, tapi begitulah bentuk tubuh mereka dan benar-benar normal,” katanya.
Dia dan ayahnya yang seorang dokter, pernah melakukan ekspedisi pendakian gunung bersama. Mereka kerap mendiskusikan struktur tubuh orang-orang yang tinggal di pegunungan Himalaya.
“Tidak seperti Sherpa, kita perlu menyesuaikan tubuh kita setiap kali kita pergi ke lingkungan dataran tinggi karena kita biasanya hidup dengan oksigen 100 persen,” kata Jaahnvi.
Pelatih pendakian gunung dan pemenang penghargaan Petualangan Nasional Shekar Babu Bachinepally mengatakan percaya bahwa penduduk Himalaya memiliki DNA untuk bertahan hidup dalam kondisi iklim ekstrem dan dataran tinggi.
“Bagi pendaki gunung seperti saya, kita harus mendaki ketinggian secara bertahap, memberikan waktu bagi tubuh menyesuaikan diri dengan penurunan oksigen. Waktu dan kapasitas aklimatisasi mungkin berbeda dari individu ke individu, namun memberikan waktu yang cukup untuk aklimatisasi pada tingkat oksigen yang lebih rendah adalah teknik bertahan hidup bagi pendaki gunung,” katanya, membandingkan antara pendaki gunung dan Sherpa.
Seiring dengan aklimatisasi, kata Shekar, pendaki gunung perlu minum banyak air untuk mencegah dehidrasi dan dampak ke tubuh lainnya akibat ketinggian. Namun, orang Himalaya bisa melakukan itu tanpanya.
“Selain itu, kami juga menggunakan kombinasi peralatan khusus, teknik, serta persiapan fisik dan mental untuk bertahan hidup dalam kondisi ekstrem yang ditemukan di pegunungan, sedangkan Sherpa tidak melakukannya,” tuturnya.
Sameer Nicholas, yang perusahaannya Adventure Pulse mengkhususkan diri pada destinasi pegunungan eksotis di seluruh dunia, mengatakan banyak orang yang tinggal di dataran tinggi tanpa masalah apa pun saat bepergian melalui Ladakh.
“Saat menjelajah ke daerah terpencil di Ladakh, khususnya distrik Zanskar, saya mengamati pipi anak-anak balita yang berwarna merah delima dan terbakar sinar matahari, saat mereka bermain di pangkuan ibunya, atau anak-anak kecil yang berlarian di jalan desa, di mana seseorang harus berjuang keras untuk berjalan,” katanya.
“Sherpa, bentuk tubuh mereka lebih berbeda dari siapa pun di dunia. Denyut nadi mereka bisa turun ke titik terendah, tapi begitulah bentuk tubuh mereka dan benar-benar normal,” katanya.
Dia dan ayahnya yang seorang dokter, pernah melakukan ekspedisi pendakian gunung bersama. Mereka kerap mendiskusikan struktur tubuh orang-orang yang tinggal di pegunungan Himalaya.
“Tidak seperti Sherpa, kita perlu menyesuaikan tubuh kita setiap kali kita pergi ke lingkungan dataran tinggi karena kita biasanya hidup dengan oksigen 100 persen,” kata Jaahnvi.
Pelatih pendakian gunung dan pemenang penghargaan Petualangan Nasional Shekar Babu Bachinepally mengatakan percaya bahwa penduduk Himalaya memiliki DNA untuk bertahan hidup dalam kondisi iklim ekstrem dan dataran tinggi.
“Bagi pendaki gunung seperti saya, kita harus mendaki ketinggian secara bertahap, memberikan waktu bagi tubuh menyesuaikan diri dengan penurunan oksigen. Waktu dan kapasitas aklimatisasi mungkin berbeda dari individu ke individu, namun memberikan waktu yang cukup untuk aklimatisasi pada tingkat oksigen yang lebih rendah adalah teknik bertahan hidup bagi pendaki gunung,” katanya, membandingkan antara pendaki gunung dan Sherpa.
Seiring dengan aklimatisasi, kata Shekar, pendaki gunung perlu minum banyak air untuk mencegah dehidrasi dan dampak ke tubuh lainnya akibat ketinggian. Namun, orang Himalaya bisa melakukan itu tanpanya.
“Selain itu, kami juga menggunakan kombinasi peralatan khusus, teknik, serta persiapan fisik dan mental untuk bertahan hidup dalam kondisi ekstrem yang ditemukan di pegunungan, sedangkan Sherpa tidak melakukannya,” tuturnya.
Sameer Nicholas, yang perusahaannya Adventure Pulse mengkhususkan diri pada destinasi pegunungan eksotis di seluruh dunia, mengatakan banyak orang yang tinggal di dataran tinggi tanpa masalah apa pun saat bepergian melalui Ladakh.
“Saat menjelajah ke daerah terpencil di Ladakh, khususnya distrik Zanskar, saya mengamati pipi anak-anak balita yang berwarna merah delima dan terbakar sinar matahari, saat mereka bermain di pangkuan ibunya, atau anak-anak kecil yang berlarian di jalan desa, di mana seseorang harus berjuang keras untuk berjalan,” katanya.
tulis komentar anda