Mutasi Baru di Afrika Selatan, Virus Corona Incar Anak Muda
Jum'at, 25 Desember 2020 - 00:30 WIB
CAPE TOWN - Mutasi baru virus Corona yang disebut sebagai 501.V2 ditemukan ilmuwan Afrika Selatan , yang dipimpin oleh Kwazulu-Natal Research Innovation and Sequencing Platform (KRISP). (Baca juga: Inggris: Mutasi Virus Bukanlah Hal yang Baru )
Saat ini, para ilmuwan tersebut bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sedang melakukan penyelidikan intensif, seiring dengan melonjaknya kasus COVID-19 di Afrika Selatan. Sebelumnya, Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize, mengumumkan, virus 501.V2 menginfeksi lebih banyak anak-anak muda di sana, dibandingkan varian virus sebelumnya.
"Para dokter telah memberikan bukti dan melihat angka yang lebih besar dari pasien yang lebih muda tanpa penyakit penyerta," kata Mkhize, dikutip dari BBC, Kamis (24/12/2020). (Baca juga: Amankah Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil atau Menyusui? Kaum Hawa Wajib Baca! )
Kemudian Profesor Abdool Karim, Ketua Komisi Penasihat menteri Afrika Selatan, juga mengatakan, bahwa 501.V2 mendominasi temuan kasus-kasus baru di negaranya. "Masih terlalu dini, tapi data awal menunjukkan virus yang kini mendominasi pada gelombang kedua menyebar lebih cepat ketimbang gelombang pertama," kata Karim.
Mutasi baru dari virus Corona ini sepertinya tak berkaitan dengan varian baru yang ditemukan di Inggris. Namun, varian ini memang memiliki satu mutasi penting dalam cara virus menempel pada sel manusia.
Di sisi lain, Trudy Lang, profesor kesehatan global dari Universitas Oxford, Inggris, menjelaskan, mutasi virus merupakan hal yang biasa terjadi. Tetapi perubahan ini tak serta merta membuat virus menjadi lebih mematikan. (Baca juga: PSG Pecat Thomas Tuchel! )
"Di bawah sudut pandang evolusi, virus perlu bermutasi sehingga dapat menyebar ke lebih banyak orang. Sehingga meski inangnya mati, tak memengaruhi virus tersebut," ujarnya.
Mutasi baru virus Corona di Afrika Selatan pertama kali ditemukan di Provinsi Eastern Cape. Sejak itu, 501.V2 menyebar ke dua wilayah lain, yakni Western Cape dan Kwazulu-Natal. (Lihat juga: Ini Keterangan WHO Soal Mutasi Virus Corona di Inggris )
Saat ini, para ilmuwan tersebut bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sedang melakukan penyelidikan intensif, seiring dengan melonjaknya kasus COVID-19 di Afrika Selatan. Sebelumnya, Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize, mengumumkan, virus 501.V2 menginfeksi lebih banyak anak-anak muda di sana, dibandingkan varian virus sebelumnya.
"Para dokter telah memberikan bukti dan melihat angka yang lebih besar dari pasien yang lebih muda tanpa penyakit penyerta," kata Mkhize, dikutip dari BBC, Kamis (24/12/2020). (Baca juga: Amankah Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil atau Menyusui? Kaum Hawa Wajib Baca! )
Kemudian Profesor Abdool Karim, Ketua Komisi Penasihat menteri Afrika Selatan, juga mengatakan, bahwa 501.V2 mendominasi temuan kasus-kasus baru di negaranya. "Masih terlalu dini, tapi data awal menunjukkan virus yang kini mendominasi pada gelombang kedua menyebar lebih cepat ketimbang gelombang pertama," kata Karim.
Mutasi baru dari virus Corona ini sepertinya tak berkaitan dengan varian baru yang ditemukan di Inggris. Namun, varian ini memang memiliki satu mutasi penting dalam cara virus menempel pada sel manusia.
Di sisi lain, Trudy Lang, profesor kesehatan global dari Universitas Oxford, Inggris, menjelaskan, mutasi virus merupakan hal yang biasa terjadi. Tetapi perubahan ini tak serta merta membuat virus menjadi lebih mematikan. (Baca juga: PSG Pecat Thomas Tuchel! )
"Di bawah sudut pandang evolusi, virus perlu bermutasi sehingga dapat menyebar ke lebih banyak orang. Sehingga meski inangnya mati, tak memengaruhi virus tersebut," ujarnya.
Mutasi baru virus Corona di Afrika Selatan pertama kali ditemukan di Provinsi Eastern Cape. Sejak itu, 501.V2 menyebar ke dua wilayah lain, yakni Western Cape dan Kwazulu-Natal. (Lihat juga: Ini Keterangan WHO Soal Mutasi Virus Corona di Inggris )
(iqb)
tulis komentar anda