Mengenal Teknologi Canggih Pencegah Banjir di Negara Maju

Senin, 08 Februari 2021 - 23:18 WIB
Dikelilingi oleh air, negara pulau Jepang ini memiliki sejarah banjir yang panjang. Area di pantai dan di sepanjang sungai yang mengalir deras di Jepang sangat berisiko. Untuk melindungi wilayah ini, para insinyurnya telah mengembangkan sistem kanal dan kunci pintu air yang kompleks.



Setelah bencana banjir pada 1910, Jepang mulai mencari cara untuk melindungi dataran rendah di bagian Kota Tokyo. Pintu Air Iwabuchi yang indah, atau Akasuimon (Pintu Air Merah), dirancang pada 1924 oleh Akira Aoyama, seorang arsitek Jepang yang juga bekerja di Terusan Panama.

Gerbang Pintu Air Merah dinonaktifkan pada 1982 tapi tetap menjadi pemandangan yang mengesankan. Kunci baru, dengan menara jam persegi di batang tinggi, menjulang di belakang yang lama.

Motor "aqua-drive" otomatis menggerakkan banyak pintu air di Jepang yang rawan banjir. Tekanan air menciptakan kekuatan yang membuka dan menutup gerbang sesuai kebutuhan. Motor hidrolik tidak membutuhkan listrik untuk bekerja, sehingga tidak terpengaruh oleh kegagalan daya yang dapat terjadi selama badai.

Oosterscheldekering di Belanda

Belanda selalu berperang di laut. Dengan 60% populasi hidup di bawah permukaan laut, sistem pengendalian banjir yang dapat diandalkan sangat penting. Antara tahun 1950 dan 1997, Belanda membangun Deltawerken (Delta Works), jaringan bendungan, pintu air, kunci, tanggul, dan penghalang gelombang badai yang canggih.



Salah satu proyek Deltaworks yang paling mengesankan adalah Penghalang Gelombang Badai Scheldt Timur, atau Oosterschelde. Alih-alih membangun bendungan konvensional, Belanda membangun penghalang dengan gerbang yang bisa digerakkan.

Setelah 1986, ketika Oosterscheldekering (kering means barrier) diselesaikan, ketinggian pasang surut berkurang dari 3,40 meter (11,2 kaki) menjadi 3,25 meter (10,7 kaki).
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More