Bahan Bakar Fosil Membuat Manusia Tanpa Sadar Sudah Dikepung Racun
Selasa, 23 Maret 2021 - 10:34 WIB
JAKARTA - Ketika pembangkit listrik membakar batu bara, senyawa yang disebut hidrokarbon aromatik polisiklik atau PAH merupakan bagian dari polusi udara yang dihasilkan. Para peneliti telah menemukan bahwa racun PAH yang terurai di bawah sinar matahari menjadi senyawa yang sangat membahayakan.
Beberapa senyawa anak bisa lebih beracun daripada PAH induk. Sungai dan bendungan yang terkena PAH kemungkinan besar terkontaminasi oleh racun dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh pencemar utama. (Baca: Penyintas Covid-19 di Inggris Kini Menderita Gangguan Pendengaran)
Pembangkit listrik tenaga batu bara, pipa knalpot dari mobil, pembakaran sisa tanaman, pesawat terbang dan kebakaran hutan memiliki kesamaan tingkat PAH yang dihasilkan.
"Ini bisa berarti lebih banyak senyawa PAH yang beracun dan karsinogenik yang ada di bendungan dan sungai daripada yang diperkirakan sebelumnya," kata Dr. Mathapelo Seopela, seorang peneliti di Departemen Kimia di Universitas Johannesburg dan penulis utama studi tersebut.
"Proses pembakaran menciptakan PAH yang ukurannya bervariasi dari dua hingga enam cincin benzena yang menyatu. Semakin panas proses pembakaran, semakin besar senyawa yang terbentuk, dan semakin berbahaya," katanya.
Seopela mengatakan, sebagai contoh ketika batu bara dibakar di pembangkit listrik tenaga batu bara, PAH lima dan enam cincin kemungkinan besar akan terbentuk. Ini karena proses pembakaran berada pada suhu yang sangat tinggi, lebih dari 1.000 derajat Celcius. (Baca juga: Di Bawah Permukaan Planet Mars Diperkirakan Terdapat Kehidupan)
"Saat bensin dibakar di mesin mobil, biasanya terbentuk PAH dua hingga tiga cincin. PAH serupa dibentuk oleh pesawat terbang, saat petani membakar sisa tanaman atau rumput, atau dengan kayu bakar," katanya.
PAH yang paling sederhana yang sering digunakan manusia adalah naphtalene yang berasal dari kapur barus. Itu beracun bagi manusia dan memiliki dua cincin benzena. PAH besar berikutnya adalah antrasen, komponen tar batubara, yang memiliki tiga cincin benzen.
Beberapa senyawa anak bisa lebih beracun daripada PAH induk. Sungai dan bendungan yang terkena PAH kemungkinan besar terkontaminasi oleh racun dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh pencemar utama. (Baca: Penyintas Covid-19 di Inggris Kini Menderita Gangguan Pendengaran)
Pembangkit listrik tenaga batu bara, pipa knalpot dari mobil, pembakaran sisa tanaman, pesawat terbang dan kebakaran hutan memiliki kesamaan tingkat PAH yang dihasilkan.
"Ini bisa berarti lebih banyak senyawa PAH yang beracun dan karsinogenik yang ada di bendungan dan sungai daripada yang diperkirakan sebelumnya," kata Dr. Mathapelo Seopela, seorang peneliti di Departemen Kimia di Universitas Johannesburg dan penulis utama studi tersebut.
"Proses pembakaran menciptakan PAH yang ukurannya bervariasi dari dua hingga enam cincin benzena yang menyatu. Semakin panas proses pembakaran, semakin besar senyawa yang terbentuk, dan semakin berbahaya," katanya.
Seopela mengatakan, sebagai contoh ketika batu bara dibakar di pembangkit listrik tenaga batu bara, PAH lima dan enam cincin kemungkinan besar akan terbentuk. Ini karena proses pembakaran berada pada suhu yang sangat tinggi, lebih dari 1.000 derajat Celcius. (Baca juga: Di Bawah Permukaan Planet Mars Diperkirakan Terdapat Kehidupan)
"Saat bensin dibakar di mesin mobil, biasanya terbentuk PAH dua hingga tiga cincin. PAH serupa dibentuk oleh pesawat terbang, saat petani membakar sisa tanaman atau rumput, atau dengan kayu bakar," katanya.
PAH yang paling sederhana yang sering digunakan manusia adalah naphtalene yang berasal dari kapur barus. Itu beracun bagi manusia dan memiliki dua cincin benzena. PAH besar berikutnya adalah antrasen, komponen tar batubara, yang memiliki tiga cincin benzen.
tulis komentar anda