Wisata ke Luar Angkasa, dari Crazy Rich, oleh Crazy Rich, untuk Crazy Rich
Rabu, 28 Juli 2021 - 07:00 WIB
Blue Origin, perusahaan pesawat luar angkasa milik Jeff Bezos memang belum mengumumkan harga tiket terbang ke luar angkasa. Hanya saja salah satu penumpang Blue Origin yang terbang bersamanya, Oliver Daemen, harus mengeluarkan uang sebesar USD28 juta atau setara Rp400,6 miliar agar bisa sampai 120 kilometer di atas permukaan Bumi. Memang uang itu digunakan oleh Jeff Bezos untuk kegiatan amal. Tapi setidaknya sudah menggambarkan betapa mahalnya harga yang ditebus masyarakat umum jika ingin sampai ke luar angkasa.
Hanya orang-orang superkaya saja yang mau menggelontorkan uang agar bisa sampai ke sana. Hal ini sangat jauh dari khittah yang diinginkan NASA saat mengirimkan guru dan peneliti ke luar angkasa waktu itu.
Tidak heran jika banyak orang yang mengkritik bahwa wisata ke luar angkasa hanyalah jadi pemuas rasa dahaga para orang superkaya yang semata-mata ingin eksis di hadapan masyarakat dunia.
"Selalu ada kritikan tentang dana yang dikeluarkan untuk bisnis di luar angkasa ini. Ada anggapan bahwa uang sebesar itu harusnya digunakan untuk kepentingan perbaikan lingkungan kita sendiri. Saya melihat perdebatan ini akan terus ada dan tidak akan pernah berubah karena itu faktanya," uar Alan Ladwig, penulis buku See You in Orbit? Our Dream of Spaceflight.
Selain biaya besar yang "terbakar" hanya untuk kegiatan wisata, kritikan lain juga datang dari dampak lingkungan yang ditimbulkan dari bisnis luar angkas atersebut. Semakin banyak aktivitas pesawat luar angkasa maka semakin besar dampak polusinya pada Bumi. Karbon hitam yang dihasilkan oleh pesawat luar angkasa mempunyai dampak yang mengerikan pada Bumi. Di saat orang-orang superkaya menikmati aktivitas mereka di luar angkasa, masyarakat di Bumi, yang tidak pernah sampai kesana, justru terkena getahnya.
Richard Branson beralasan mahalnya harga ke luar angkasa karena saat ini pelaku bisnisnya sangat terbatas. Apalagi jumlah orang yang akan dibawa juga tidak banyak. Dia mengatakan jika memang ingin harganya turun maka pihak swasta lain juga harus mau terjun ke bisnis yang sama.
Hanya orang-orang superkaya saja yang mau menggelontorkan uang agar bisa sampai ke sana. Hal ini sangat jauh dari khittah yang diinginkan NASA saat mengirimkan guru dan peneliti ke luar angkasa waktu itu.
Tidak heran jika banyak orang yang mengkritik bahwa wisata ke luar angkasa hanyalah jadi pemuas rasa dahaga para orang superkaya yang semata-mata ingin eksis di hadapan masyarakat dunia.
"Selalu ada kritikan tentang dana yang dikeluarkan untuk bisnis di luar angkasa ini. Ada anggapan bahwa uang sebesar itu harusnya digunakan untuk kepentingan perbaikan lingkungan kita sendiri. Saya melihat perdebatan ini akan terus ada dan tidak akan pernah berubah karena itu faktanya," uar Alan Ladwig, penulis buku See You in Orbit? Our Dream of Spaceflight.
Selain biaya besar yang "terbakar" hanya untuk kegiatan wisata, kritikan lain juga datang dari dampak lingkungan yang ditimbulkan dari bisnis luar angkas atersebut. Semakin banyak aktivitas pesawat luar angkasa maka semakin besar dampak polusinya pada Bumi. Karbon hitam yang dihasilkan oleh pesawat luar angkasa mempunyai dampak yang mengerikan pada Bumi. Di saat orang-orang superkaya menikmati aktivitas mereka di luar angkasa, masyarakat di Bumi, yang tidak pernah sampai kesana, justru terkena getahnya.
Richard Branson beralasan mahalnya harga ke luar angkasa karena saat ini pelaku bisnisnya sangat terbatas. Apalagi jumlah orang yang akan dibawa juga tidak banyak. Dia mengatakan jika memang ingin harganya turun maka pihak swasta lain juga harus mau terjun ke bisnis yang sama.
tulis komentar anda