Sejarah Uranium Sebagai Bahan Baku Nuklir, Ternyata Sudah Digunakan Orang Romawi Kuno
Senin, 14 Maret 2022 - 17:03 WIB
JAKARTA - Uranium yang sekarang digunakan sebagai bahan baku nuklir ternyata sudah digunakan sejak zaman Romawi kuno. Zat berbahaya ini digunakan orang-orang Romawi sebagai bahan glasir kuning pada keramik dan kaca.
Dikutip dari laman IFL Science, Senin (14/3/2022), penggunaan uranium sebagai bahan radioaktif baru dimulai ketika ahli kimia Jerman, Martin Heinrich Klaproth mencampur asam nitrat dan bijih campuran uranium, kemudian menetralkan larutan dengan natrium hidroksida pada tahun 1789.
Reaksi kimia tersebut menciptakan zat kuning yang tenggelam ke dasar air. Ketika dipanaskan dengan arang, uranium berubah menjadi bubuk hitam.
Saat itu Kalproth yakin berhasil membuat uranium murni tetapi kemungkinan besar yang dihasilkan adalah oksida. Baru pada tahun 1841, Kimiawan Eugene-Melchior Peligot berhasil memisahkan uranium murni di laboratoriumnya.
Uranium ini terdiri dari 92 proton dengan jumlah neutron bervariasi, antara 140-146. Di bumi sendiri, melimpah bahan baku uranium-238 (92 proton dan 146 neutron) dan Uranium-235 (92 proton dan 146 neutron).
Setelah berhasil mengetahui elemen uranium, sejumlah ilmuwan melakukan penelitian terhadap zat tersebut. Baru pada tahun 1896, Henri Becquerel berhasil mengetahui sifat radioaktif dari uranium tersebut.
Empat dekade kemudian, pada tahun 1934 sebuah tim fisikawan Italia yang dipimpin oleh Enrico Fermi membombardir uranium dengan neutron dan menemukan bahwa ia memancarkan elektron dan positron.
Dikutip dari laman IFL Science, Senin (14/3/2022), penggunaan uranium sebagai bahan radioaktif baru dimulai ketika ahli kimia Jerman, Martin Heinrich Klaproth mencampur asam nitrat dan bijih campuran uranium, kemudian menetralkan larutan dengan natrium hidroksida pada tahun 1789.
Reaksi kimia tersebut menciptakan zat kuning yang tenggelam ke dasar air. Ketika dipanaskan dengan arang, uranium berubah menjadi bubuk hitam.
Baca Juga
Saat itu Kalproth yakin berhasil membuat uranium murni tetapi kemungkinan besar yang dihasilkan adalah oksida. Baru pada tahun 1841, Kimiawan Eugene-Melchior Peligot berhasil memisahkan uranium murni di laboratoriumnya.
Uranium ini terdiri dari 92 proton dengan jumlah neutron bervariasi, antara 140-146. Di bumi sendiri, melimpah bahan baku uranium-238 (92 proton dan 146 neutron) dan Uranium-235 (92 proton dan 146 neutron).
Setelah berhasil mengetahui elemen uranium, sejumlah ilmuwan melakukan penelitian terhadap zat tersebut. Baru pada tahun 1896, Henri Becquerel berhasil mengetahui sifat radioaktif dari uranium tersebut.
Empat dekade kemudian, pada tahun 1934 sebuah tim fisikawan Italia yang dipimpin oleh Enrico Fermi membombardir uranium dengan neutron dan menemukan bahwa ia memancarkan elektron dan positron.
tulis komentar anda