10 Juta Kasus Terinfeksi dan 500.000 Manusia Meninggal Dunia oleh Corona
Selasa, 30 Juni 2020 - 18:00 WIB
NEW YORK - Pandemi COVID-19 di seluruh dunia dilaporkan telah menginfeksi lebih dari 10 juta kasus. Sementara angka kematiannya sudah melebihi setengah juta manusia. Bukan kabar yang menyenangkan untuk didengar.
Jika dilihat dari seluruh negara di dunia, Amerika Serikat menjadi negara teratas dalam kasus kematian dan penularan virus corona. Seperempat dari total yang ada, berasal dari Negeri Paman Sam. BACA JUGA - Lawan Brompton, KTM dan Harley-Davidson Produksi Sepeda Gaya-Gayaan
Kemudian di tempat kedua ada Brasil, dengan jumlah penularan mencapai 1,34 juta kasus. Negeri Samba sempat menunda karantina wilayah atau lockdown dan mencoba menyembunyikan peningkatanan jumlah kasus di negaranya. (Baca juga: Ahli Sebut Virus Corona Bisa Bertahan 20 Tahun dalam Minus 20 Derajat )
Presiden Brasil, Jaul Bolsonaro, dianggap tidak mengeluarkan kebijakan yang populis terhadap krisis ini. Bahkan, dia juga menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 hanyalah “khayalan media”.
Selain itu, Bolsonaro juga sempat mengancam akan keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena Covid-19.
Setelah itu di tempat ketiga ada Rusia, dengan total penularan mencapai lebih dari 641.000 kasus. Sebelumnya, selama berbulan-bulan Negeri Beruang Putih sempat menyangkal pandemi COVID-19 benar-benar terjadi.
Mengutip dari IFL Science, Selasa (30/6/2020), meski jumlah penularan dan kematiannya sudah sangat tinggi, tetapi ahli kesehatan di seluruh dunia percaya bahwa angka sebenarnya jauh lebih tinggi.
Terlebih jika mengingat banyaknya orang tanpa gejala (OTG) atau dengan gejala ringan yang terinfeksi virus. Sebab, mereka masih dapat menularkan virus ke orang lain. Selain itu, cara menghitung angka kematian berbeda di masing-masing negara.
Virus corona pertama kali teridentifikasi akhir Desember tahun lalu di Wuhan, China. Wuhan juga menjadi kota pertama yang menerapkan lockdown untuk mencegah penyebaran virus.
Namun, berdasarkan penelitian lanjutan, virus corona diklaim telah ada di Wuhan sejak pertengahan November 2019, kemudian telah ada di Italia sejak Desember 2019. Menjadikannya negara pertama di Eropa yang dihantam wabah ini.
Lebih dari lima juta orang sudah dinyatakan pulih dari penyakit yang disebabkan virus ini. Namun, banyak juga yang mengalami kerusakan parah pada saluran pernapasan dan paru-parunya. Sayangnya, belum ada kepastian kapan pandemik akan berakhir dan bagaimana efek jangka panjangnya.
Jika dilihat dari seluruh negara di dunia, Amerika Serikat menjadi negara teratas dalam kasus kematian dan penularan virus corona. Seperempat dari total yang ada, berasal dari Negeri Paman Sam. BACA JUGA - Lawan Brompton, KTM dan Harley-Davidson Produksi Sepeda Gaya-Gayaan
Kemudian di tempat kedua ada Brasil, dengan jumlah penularan mencapai 1,34 juta kasus. Negeri Samba sempat menunda karantina wilayah atau lockdown dan mencoba menyembunyikan peningkatanan jumlah kasus di negaranya. (Baca juga: Ahli Sebut Virus Corona Bisa Bertahan 20 Tahun dalam Minus 20 Derajat )
Presiden Brasil, Jaul Bolsonaro, dianggap tidak mengeluarkan kebijakan yang populis terhadap krisis ini. Bahkan, dia juga menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 hanyalah “khayalan media”.
Selain itu, Bolsonaro juga sempat mengancam akan keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena Covid-19.
Setelah itu di tempat ketiga ada Rusia, dengan total penularan mencapai lebih dari 641.000 kasus. Sebelumnya, selama berbulan-bulan Negeri Beruang Putih sempat menyangkal pandemi COVID-19 benar-benar terjadi.
Mengutip dari IFL Science, Selasa (30/6/2020), meski jumlah penularan dan kematiannya sudah sangat tinggi, tetapi ahli kesehatan di seluruh dunia percaya bahwa angka sebenarnya jauh lebih tinggi.
Terlebih jika mengingat banyaknya orang tanpa gejala (OTG) atau dengan gejala ringan yang terinfeksi virus. Sebab, mereka masih dapat menularkan virus ke orang lain. Selain itu, cara menghitung angka kematian berbeda di masing-masing negara.
Virus corona pertama kali teridentifikasi akhir Desember tahun lalu di Wuhan, China. Wuhan juga menjadi kota pertama yang menerapkan lockdown untuk mencegah penyebaran virus.
Namun, berdasarkan penelitian lanjutan, virus corona diklaim telah ada di Wuhan sejak pertengahan November 2019, kemudian telah ada di Italia sejak Desember 2019. Menjadikannya negara pertama di Eropa yang dihantam wabah ini.
Lebih dari lima juta orang sudah dinyatakan pulih dari penyakit yang disebabkan virus ini. Namun, banyak juga yang mengalami kerusakan parah pada saluran pernapasan dan paru-parunya. Sayangnya, belum ada kepastian kapan pandemik akan berakhir dan bagaimana efek jangka panjangnya.
(wbs)
Lihat Juga :
tulis komentar anda