Ahli Forensik Berhasil Merekonstruksi Wajah Vampir yang Hidup Abad Ke-18

Selasa, 01 November 2022 - 13:57 WIB
Ilmuwan forensik berhasil rekonstruksi wajah vampir yang hidup pada abad ke-18 menggunakan bukti DNA. Foto/LiveScience/Parabon Nanolabs, Virginia Commonwealth University
WASHINGTON - Ilmuwan forensik berhasil rekonstruksi wajah "vampir" yang hidup pada abad ke-18 menggunakan bukti DNA. Pria yang dikuburkan di Griswold, Connecticut, dengan tulang paha diatur secara berselang-seling, penempatan ini menunjukkan bahwa penduduk setempat mengira dia adalah vampir.

Hanya ada sedikit sekali informasi yang diketahui tentang pria yang dikira vampir itu. Setelah lebih dari 200 tahun kemudian, bukti DNA mengungkapkan seperti apa bentuk wajahnya. Analisis DNA dilakukan ilmuwan forensik dari perusahaan teknologi DNA yang berbasis di Virginia bernama Parabon NanoLabs, dan Laboratorium Identifikasi DNA Angkatan Bersenjata (AFDIL), cabang dari Sistem Pemeriksa Medis Angkatan Bersenjata AS yang berbasis di Delaware.

Hasilnya, disimpulkan bahwa pada saat kematian, laki-laki yang meninggal (diberi kode sebagai JB55) berusia sekitar 55 tahun dan menderita TBC. Dengan menggunakan perangkat lunak rekonstruksi wajah 3D, seorang seniman forensik menentukan bahwa JB55 kemungkinan memiliki kulit putih, mata cokelat atau cokelat, rambut cokelat atau hitam dan beberapa bintik-bintik.



Berdasarkan posisi kaki dan tengkorak di kuburan, para peneliti menduga bahwa pada titik tertentu tubuh itu dikubur dan dikubur kembali. Sebuah praktik yang sering dikaitkan dengan kepercayaan bahwa seseorang adalah vampir. Secara historis, beberapa orang pernah berpikir bahwa mereka yang meninggal karena TBC sebenarnya adalah vampir.



“Sisanya ditemukan dengan tulang femur diangkat dan disilangkan di dada. Dengan cara ini mereka dianggap tidak akan bisa berjalan-jalan dan menyerang yang hidup," kata Ellen Greytak, Direktur Bioinformatika di Parabon NanoLabs dan Pimpinan Teknis untuk Divisi Analisis DNA Lanjutan, kepada Live Science, Selasa (1/11/2022).

Untuk melakukan analisis, ilmuwan forensik mulai dengan mengekstraksi DNA dari sisa-sisa kerangka pria itu. Namun, menganalisis dengan tulang yang berusia lebih dari dua abad terbukti sangat menantang.

“Teknologinya tidak bekerja dengan baik dengan tulang, terutama jika tulang itu bersejarah. Ketika tulang menjadi tua, mereka rusak dan terfragmentasi seiring waktu. Kami ingin menunjukkan bahwa kita masih bisa mengekstrak DNA dari sampel sejarah yang sulit,” kata Greytak.

Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More