Ini Penyebab Racun Ular Cepat Menyebar dalam Aliran Darah

Jum'at, 16 Juni 2023 - 18:04 WIB
loading...
Ini Penyebab Racun Ular...
Reputasi racun ular sebagai pembunuh yang mematikan dan efisien sudah tidak diragukan lagi. Di seluruh dunia, diperkirakan ada minimal 1 hingga 2 juta insiden gigitan ular setiap tahun. Foto/Human Life
A A A
JAKARTA - Reputasi racun ular sebagai pembunuh yang mematikan dan efisien sudah tidak diragukan lagi. Di seluruh dunia, diperkirakan ada minimal 1 hingga 2 juta insiden gigitan ular setiap tahun dan sekitar 50.000 hingga 100.000 gigitan mengakibatkan kematian.

Ular memiliki racun mematikan untuk memburu mangsa dan melindungi diri dari ancaman predator. Jadi ular jarang sekali menyerang manusia, kecuali jika sengaja diprovokasi atau merasa terancam.

Ular secara alamiah beradaptasi mengembangkan racun yang mengandung campuran beberapa ratus enzim dan protein berbeda, sehingga cepat beraksi di dalam darah. Menurut laman Natural History Museum racun ular diproduksi di bagian belakang kepala ular di kelenjar ludah.



Kelenjar ludah adalah bagian kepala tempat air liur diproduksi. Untuk memberikan racun, ular memiliki taring berongga yang berfungsi seperti jarum suntik. Saat ular menggigit, otot di kepalanya menekan kelenjar racun.

Gerakan ini mendorong cairan melalui otot taringnya di kepalanya menekan kelenjar racun. Kemudian mendorong cairan racun melalui taringnya dan masuk ke dalam tubuh mangsa atau musuhnya.

Racun yang disuntikkan ke dalam tubuh bekerja dengan beberapa cara berbebda bergantung pada jenis ularnya. Beberapa racun menargetkan sistem saraf yang disebut neurotoksin. Racun neurotoksin mencegah neuron di otak mengirimkan sinyal sehingga menyebabkan kelumpuhan.

Sedangkan jenis racun lain merusak sistem peredaran darah yang disebut hemotoksin. Racun hemotoksin dapat menyebabkan sel darah merah pecah, darah menggumpal, atau menurunkan tekanan darah secara drastis.



Racun lainnya merusak sistem otot yang disebut myotoxins. Racun myotoxins menyebabkan kematian jaringan pada otot dan mencegah kontraksi otot. Dengan kata lain menyebabkan kematian jaringan adalah nekrosis.

Biasanya membutuhkan waktu hingga satu jam untuk melihat reaksi racun ular bekerja yang ditandai dengan berkeringat, muntah, penglihatan kabur, dan kesemutan pada anggota badan. Racun ular dapat menyebabkan pendarahan, gagal ginjal, reaksi alergi yang parah, kematian jaringan di sekitar gigitan, atau masalah pernapasan.

Racun ular juga dapat mengakibatkan hilangnya anggota tubuh atau masalah kronis lainnya, bahkan kematian. Menurut laman Science Focus, ular mamba hitam (black mamba) memiliki racun yang bekerja paling cepat dari ular berbisa mana pun, hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk membunuh manusia.

Salah satu kasus gigitan ular berbisa yang fatal dialami Karl P Schmidt, seorang herpetologis Amerika (ahli amfibi dan reptil) yang digigit ular boomslang (Dispholidus typus) pada tahun 1957. Boomslang adalah ular yang sangat berbisa di Afrika dari keluarga elapid atau viper.



Ular Boomslang adalah bagian dari Colubridae dan merupakan spesies bertaring belakang, yang berarti gigi pembawa racunnya berada di bagian belakang mulut. Schmidt meninggal dalam waktu 24 jam dan autopsi mengungkapkan pendarahan internal yang luas di tubuhnya.
Ini Penyebab Racun Ular Cepat Menyebar dalam Aliran Darah


Menurut Ronald Jenner, seorang peneliti racun, dalam racun ular Boomslang ada sekelompok komponen enzim yang disebut snake venom metalloproteinases (SVMP). Enzim SVMP secara khusus hadir dalam bisa ular berbisa yang dapat menghancurkan membran luar pembuluh kapiler dan pendarahan internal.

Dalam beberapa kasus enzim SVMP dapat mengaktifkan sistem pembekuan darah, sehingga menyebabkan penggumpalan di sekitar sistem peredaran darah. Enzim ini memiliki kemampuan untuk memblokir pembuluh darah dan menyebabkan stroke atau serangan jantung.

Schmidt menyimpan catatan harian yang mendetail tentang gejalanya, mulai dari gigitan hingga bagian ibu jarinya yang berdaging hingga jam-jam menjelang kematiannya. Dia melaporkan demam, mual hebat, muntah, nyeri dan pendarahan dari gusi, hidung dan usus serta berbagai efek samping lainnya.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3553 seconds (0.1#10.140)