Mengapa Anak Alexander Agung Tidak Bisa Jadi Pewaris Takhta? Ini Alasannya

Senin, 10 Juli 2023 - 14:05 WIB
loading...
A A A


Arrhidaeus, saudara tiri Aleksander Agung, menjadi raja dan Aleksander IV dijadikan wakil penguasa setelah lahir. “Namun, dalam praktiknya tidak ada raja yang benar-benar memerintah," kata King.

Arrhidaeus memiliki beberapa bentuk gangguan mental yang membuatnya sulit untuk menjalankan kekuasaan, sementara Alexander IV masih bayi. Akibatnya, semua menjadi pion dalam perebutan dominasi para jenderal Alexander yang kuat.

“Saat mereka berperang satu sama lain untuk menguasai kekaisaran, semuanya dibunuh,” kata King, merujuk pada anak-anak Arrhidaeus dan Alexander.
Mengapa Anak Alexander Agung Tidak Bisa Jadi Pewaris Takhta? Ini Alasannya


Ibu Alexander Agung, Olympias, mengambil peran penting dalam perebutan kekuasaan. Pada 317 SM, dia setuju untuk menjadi wali Alexander IV dan, dengan bantuan pasukan yang dipimpin oleh seorang jenderal bernama Polyperchon, menangkap Arrhidaeus dan membunuhnya.

“Namun, pasukan yang dipimpin oleh seorang jenderal bernama Cassander menyerang Olympias dan menangkapnya bersama Alexander IV pada tahun 316 SM dan membunuh Olympias,” ujar Robin Waterfield, sarjana independen dengan latar belakang klasik, dalam bukunya "Dividing the Spoils: 'The War for Alexander the Great's Empire" (Oxford University Press, 2011).



Alexander IV dan Roxana kemudian ditawan oleh Cassander, yang secara efektif menguasai Makedonia sebagai raja. Cassander tidak ingin ada persaingan untuk takhta, jadi dia membunuh Alexander IV dan Roxana sekitar tahun 309 SM, untuk mencegah pewaris remaja menjadi dewasa dan berpotensi mengambil kekuasaan.

Herakles dari Makedonia tidak lebih baik. Jenderal Polyperchon menawan anak haram Alexander, dan, setelah mencapai kesepakatan dengan Cassander, membunuhnya tak lama setelah kematian Alexander IV.
(wib)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1954 seconds (0.1#10.140)