Apa Sih Makanan Ular Raksasa Titanoboa? Jawabannya Bikin Terkejut!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ular Titanoboa merupakan ular terbesar yang pernah hidup di Bumi. Ular ini memiliki nama ilmiah Titanoboa cerrejonensis dan termasuk dalam keluarga boa.
Titanoboa hidup pada zaman Paleosen, sekitar 58-60 juta tahun yang lalu, setelah kepunahan dinosaurus. Ular ini pernah ditemukan di Cerrejón, sebuah tambang batu bara di bagian utara Kolombia.
Fosil ular ini menunjukkan bahwa panjangnya bisa mencapai 13 meter dan beratnya lebih dari satu ton. Dengan ukuran yang dimilikinya itu, banyak yang bertanya tentang makanan dari Ular terbesar di dunia itu.
Makanan Ular Titanoboa
Para ilmuwan percaya bahwa ular ini kebanyakan memakan ikan. Mereka sampai pada kesimpulan ini karena langit-langit ular dan jumlah serta anatomi giginya. Ikan tersebut kemungkinan besar adalah jenis lungfish atau jenis ikan bertulang yang disebut osteoglossomorpha, yang sebagian besar sudah punah.
Selain ikan, titanoboa juga mungkin memangsa hewan-hewan lain yang hidup di zaman Paleosen, seperti buaya, kura-kura, dan mamalia primitif. Ular ini memiliki kemampuan untuk menelan mangsanya secara utuh dengan rahang yang bisa terbuka lebar.
Ular ini memiliki cara berburu yang mirip dengan ular boa modern, yaitu dengan melilit mangsanya hingga mati lemas. Namun, titanoboa memiliki kekuatan lilitan yang jauh lebih besar, yaitu sekitar 400 pound per inci persegi (psi), atau setara dengan tekanan darah manusia normal.
Ular ini juga memiliki kemampuan untuk berenang dengan lincah di air, berkat tubuhnya yang panjang dan fleksibel. Ular ini mungkin sering bersembunyi di bawah permukaan air untuk mengejutkan mangsanya yang tidak waspada.
Titanoboa dapat hidup di lingkungan yang sangat lembab dan hangat, dengan suhu rata-rata sekitar 30-34 derajat Celcius. Hal ini karena ular titanoboa merupakan hewan berdarah dingin yang membutuhkan panas dari lingkungan untuk menjaga metabolismenya.
Ular Titanoboa juga merupakan salah satu contoh dari fenomena gigantisme pulau, yaitu ketika hewan-hewan tumbuh lebih besar dari ukuran normalnya karena kurangnya persaingan dan pemangsa di habitatnya.
Ular ini juga mungkin mendapat manfaat dari kadar oksigen yang lebih tinggi di atmosfer pada zaman Paleosen. Ular ini menjadi bintang utama dalam pameran “Titanoboa: Monster Snake” yang diselenggarakan oleh Smithsonian Institution pada 2012.
Dalam pameran tersebut, dibuat replika ular ini dengan ukuran sebenarnya, yang dapat bergerak dan mengeluarkan suara mendesis. Ular Titanoboa juga menjadi inspirasi bagi banyak karya fiksi dan seni, seperti film horor “Titanoboa vs Megalodon” (2018), novel “Titanoboa: Journey to the Amazon” (2016), dan patung “Titanoboa” (2012) yang dibuat oleh kelompok seniman asal Kanada.
Titanoboa hidup pada zaman Paleosen, sekitar 58-60 juta tahun yang lalu, setelah kepunahan dinosaurus. Ular ini pernah ditemukan di Cerrejón, sebuah tambang batu bara di bagian utara Kolombia.
Fosil ular ini menunjukkan bahwa panjangnya bisa mencapai 13 meter dan beratnya lebih dari satu ton. Dengan ukuran yang dimilikinya itu, banyak yang bertanya tentang makanan dari Ular terbesar di dunia itu.
Makanan Ular Titanoboa
Para ilmuwan percaya bahwa ular ini kebanyakan memakan ikan. Mereka sampai pada kesimpulan ini karena langit-langit ular dan jumlah serta anatomi giginya. Ikan tersebut kemungkinan besar adalah jenis lungfish atau jenis ikan bertulang yang disebut osteoglossomorpha, yang sebagian besar sudah punah.Selain ikan, titanoboa juga mungkin memangsa hewan-hewan lain yang hidup di zaman Paleosen, seperti buaya, kura-kura, dan mamalia primitif. Ular ini memiliki kemampuan untuk menelan mangsanya secara utuh dengan rahang yang bisa terbuka lebar.
Ular ini memiliki cara berburu yang mirip dengan ular boa modern, yaitu dengan melilit mangsanya hingga mati lemas. Namun, titanoboa memiliki kekuatan lilitan yang jauh lebih besar, yaitu sekitar 400 pound per inci persegi (psi), atau setara dengan tekanan darah manusia normal.
Ular ini juga memiliki kemampuan untuk berenang dengan lincah di air, berkat tubuhnya yang panjang dan fleksibel. Ular ini mungkin sering bersembunyi di bawah permukaan air untuk mengejutkan mangsanya yang tidak waspada.
Titanoboa dapat hidup di lingkungan yang sangat lembab dan hangat, dengan suhu rata-rata sekitar 30-34 derajat Celcius. Hal ini karena ular titanoboa merupakan hewan berdarah dingin yang membutuhkan panas dari lingkungan untuk menjaga metabolismenya.
Ular Titanoboa juga merupakan salah satu contoh dari fenomena gigantisme pulau, yaitu ketika hewan-hewan tumbuh lebih besar dari ukuran normalnya karena kurangnya persaingan dan pemangsa di habitatnya.
Ular ini juga mungkin mendapat manfaat dari kadar oksigen yang lebih tinggi di atmosfer pada zaman Paleosen. Ular ini menjadi bintang utama dalam pameran “Titanoboa: Monster Snake” yang diselenggarakan oleh Smithsonian Institution pada 2012.
Dalam pameran tersebut, dibuat replika ular ini dengan ukuran sebenarnya, yang dapat bergerak dan mengeluarkan suara mendesis. Ular Titanoboa juga menjadi inspirasi bagi banyak karya fiksi dan seni, seperti film horor “Titanoboa vs Megalodon” (2018), novel “Titanoboa: Journey to the Amazon” (2016), dan patung “Titanoboa” (2012) yang dibuat oleh kelompok seniman asal Kanada.
(dan)