Mengenal Badai Daniel yang Merenggut Ribuan Nyawa di Libya hingga Jalur Gaza
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badai Daniel yang menghantam Libya mengakibatkan dua bendungan banjir dan runtuh hingga menelan 2 ribu korban jiwa. Ribuan orang lain juga dinyatakan hilang.
Wilayah terdampak paling parah adalah Kota Derna yang luluh lantak dan 6.000 orang dilaporkan hilang. Sebelum menghantam Libya, Badai Daniel terlebih dulu mampir ke Turki dan Yunani. Hujan petir, angin dan banjir mengakibatkan 26 orang meninggal dunia dan 2 orang lainnya hilang.
Di jalur Gaza, Badai Daniel yang datang pada Rabu (13/9/2023) juga tak kalah mematikan. Badai Daniel menyebabkan banjir di permukiman dan jalanan. Selama lebih dari tujuh jam, Jalur Gaza dilanda hujan lebat dan guntur.
Badai Daniel tercatat sebagai topan tropis yang paling mematikan yang pernah tercatat di dunia sejak Topan Nargis pada 2008.
Dalam setahun, Badai Daniel biasanya terjadi 1-3 kali di Mediterania barat dan di wilayah yang terbentang antara Laut Ionia dan pantai Afrika Utara.
Badai Daniel muncul akibat dari blok Omega, karena zona bertekanan tinggi terjepit di antara dua zona bertekanan rendah. Karena sifat badai yang berumur pendek dan tiba-tiba, persiapan terhadap badai sangat minim.
Lantas apakah antisipasi yang minim membuat dampak badai Daniel begitu besar atau dampaknya diperparah oleh perubahan pola cuaca Mediterania sebagai akibat dari kerusakan iklim?
Selama berbulan-bulan pada musim panas ini, wilayah tersebut telah dilanda gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para ilmuwan mengatakan bahwa gelombang panas meningkatkan suhu permukaan laut, yang dapat mendorong terbentuknya siklon mirip tropis Mediterania, atau medicane.
“Meskipun belum ada kaitan resmi mengenai peran perubahan iklim dalam membuat Badai Daniel lebih hebat, dapat dikatakan bahwa suhu permukaan laut Mediterania jauh di atas rata-rata sepanjang musim panas,” kata Dr Karsten Haustein, seorang ilmuwan iklim di Universitas Leipzig dikutip dari Guardian.
“Hal ini tentu saja berlaku untuk wilayah di mana Badai Daniel dapat terbentuk dan mendatangkan malapetaka di Yunani dan sekarang Libya. Air yang lebih hangat tidak hanya memicu badai tersebut dalam hal intensitas curah hujan, tetapi juga menjadikannya lebih ganas.”
Wilayah terdampak paling parah adalah Kota Derna yang luluh lantak dan 6.000 orang dilaporkan hilang. Sebelum menghantam Libya, Badai Daniel terlebih dulu mampir ke Turki dan Yunani. Hujan petir, angin dan banjir mengakibatkan 26 orang meninggal dunia dan 2 orang lainnya hilang.
Di jalur Gaza, Badai Daniel yang datang pada Rabu (13/9/2023) juga tak kalah mematikan. Badai Daniel menyebabkan banjir di permukiman dan jalanan. Selama lebih dari tujuh jam, Jalur Gaza dilanda hujan lebat dan guntur.
Badai Daniel tercatat sebagai topan tropis yang paling mematikan yang pernah tercatat di dunia sejak Topan Nargis pada 2008.
Dalam setahun, Badai Daniel biasanya terjadi 1-3 kali di Mediterania barat dan di wilayah yang terbentang antara Laut Ionia dan pantai Afrika Utara.
Badai Daniel muncul akibat dari blok Omega, karena zona bertekanan tinggi terjepit di antara dua zona bertekanan rendah. Karena sifat badai yang berumur pendek dan tiba-tiba, persiapan terhadap badai sangat minim.
Lantas apakah antisipasi yang minim membuat dampak badai Daniel begitu besar atau dampaknya diperparah oleh perubahan pola cuaca Mediterania sebagai akibat dari kerusakan iklim?
Selama berbulan-bulan pada musim panas ini, wilayah tersebut telah dilanda gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para ilmuwan mengatakan bahwa gelombang panas meningkatkan suhu permukaan laut, yang dapat mendorong terbentuknya siklon mirip tropis Mediterania, atau medicane.
“Meskipun belum ada kaitan resmi mengenai peran perubahan iklim dalam membuat Badai Daniel lebih hebat, dapat dikatakan bahwa suhu permukaan laut Mediterania jauh di atas rata-rata sepanjang musim panas,” kata Dr Karsten Haustein, seorang ilmuwan iklim di Universitas Leipzig dikutip dari Guardian.
“Hal ini tentu saja berlaku untuk wilayah di mana Badai Daniel dapat terbentuk dan mendatangkan malapetaka di Yunani dan sekarang Libya. Air yang lebih hangat tidak hanya memicu badai tersebut dalam hal intensitas curah hujan, tetapi juga menjadikannya lebih ganas.”