Ritual Mengerikan Ini Dilakukan Raja Firaun agar Abadi Akhirat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di Mesir Kuno, pengorbanan manusia dan tokoh shabti dilakukan untuk memastikan pengabdian di akhirat. '
Pengorbanan manusia di Mesir Kuno dikenal dengan sebutan "pengorbanan pelayan". Pengorbanan ini dilakukan untuk para Firaun dan kadang-kadang untuk bangsawan istana lainnya.
Seperti dilansir dari atlasobscura, para pelayan ini dibunuh setelah kematian Firaun agar dapat terus melayani mereka di akhirat.
Tokoh shabti adalah patung-patung kecil berbentuk mumi yang terbuat dari kayu, batu, atau tanah liat. Tokoh-tokoh ini ditempatkan di makam para firaun dan bangsawan untuk menggantikan pengorbanan pelayan.
Tokoh shabti dipercaya dapat melakukan berbagai pekerjaan di akhirat, seperti bertani, mengairi kanal, dan melayani kehidupan sehari-hari firaun.
Praktik pengorbanan manusia dan penggunaan tokoh shabti ini menunjukkan bahwa masyarakat Mesir Kuno memiliki kepercayaan yang kuat tentang kehidupan setelah kematian.
Mereka percaya bahwa firaun dan bangsawan lainnya akan terus hidup di akhirat dan membutuhkan pelayan untuk melayani mereka.
Pengorbanan manusia dan penggunaan tokoh shabti mulai berkurang pada masa Kerajaan Baru Mesir (1550-1070 SM).
Hal ini mungkin disebabkan oleh karena perubahan dalam kepercayaan agama Mesir Kuno. Pada masa ini, masyarakat Mesir Kuno mulai percaya bahwa semua orang memiliki hak untuk masuk ke akhirat, terlepas dari status sosial mereka.
Selain itu, masyarakat Mesir Kuno juga mulai mengembangkan kepercayaan tentang penghakiman di akhirat. Menurut kepercayaan ini, setiap orang akan dihakimi berdasarkan perbuatan mereka di dunia ini.
Meskipun pengorbanan manusia dan penggunaan tokoh shabti mulai berkurang, namun praktik-praktik ini tetap ada hingga akhir peradaban Mesir Kuno.
Pengorbanan manusia di Mesir Kuno dikenal dengan sebutan "pengorbanan pelayan". Pengorbanan ini dilakukan untuk para Firaun dan kadang-kadang untuk bangsawan istana lainnya.
Seperti dilansir dari atlasobscura, para pelayan ini dibunuh setelah kematian Firaun agar dapat terus melayani mereka di akhirat.
Tokoh shabti adalah patung-patung kecil berbentuk mumi yang terbuat dari kayu, batu, atau tanah liat. Tokoh-tokoh ini ditempatkan di makam para firaun dan bangsawan untuk menggantikan pengorbanan pelayan.
Tokoh shabti dipercaya dapat melakukan berbagai pekerjaan di akhirat, seperti bertani, mengairi kanal, dan melayani kehidupan sehari-hari firaun.
Praktik pengorbanan manusia dan penggunaan tokoh shabti ini menunjukkan bahwa masyarakat Mesir Kuno memiliki kepercayaan yang kuat tentang kehidupan setelah kematian.
Mereka percaya bahwa firaun dan bangsawan lainnya akan terus hidup di akhirat dan membutuhkan pelayan untuk melayani mereka.
Pengorbanan manusia dan penggunaan tokoh shabti mulai berkurang pada masa Kerajaan Baru Mesir (1550-1070 SM).
Hal ini mungkin disebabkan oleh karena perubahan dalam kepercayaan agama Mesir Kuno. Pada masa ini, masyarakat Mesir Kuno mulai percaya bahwa semua orang memiliki hak untuk masuk ke akhirat, terlepas dari status sosial mereka.
Selain itu, masyarakat Mesir Kuno juga mulai mengembangkan kepercayaan tentang penghakiman di akhirat. Menurut kepercayaan ini, setiap orang akan dihakimi berdasarkan perbuatan mereka di dunia ini.
Meskipun pengorbanan manusia dan penggunaan tokoh shabti mulai berkurang, namun praktik-praktik ini tetap ada hingga akhir peradaban Mesir Kuno.
(wbs)