Misteri Pembuatan Sphinx Agung Belum Terpecahkan, Benarkah Dipahat Angin Gurun?
loading...
A
A
A
Studi Baru Replikasi Yardang
Leif Ristroph menguji kembali teori yardang yang disampaikan El-Baz dengan menggunakan gundukan tanah liat lunak dengan campuran bahan yang lebih keras dan tidak mudah terkikis. Formasi tersebut menggambarkan lanskap yang dulu ada di Mesir bagian timur.Mereka kemudian menyapu formasi ini dengan aliran air yang mengalir deras untuk meniru angin yang mengukir dan membentuk kembali formasi tersebut. Pada akhirnya mencapai penampakan seperti Sphinx.
Bahan yang lebih keras atau lebih tahan menjadi kepala singa, dan banyak fitur lainnya seperti leher yang dipotong, cakar yang diletakkan di depan tanah, dan punggung yang melengkung. “Hasil penelitian kami menguji teori asal usul sederhana bagaimana formasi mirip Sphinx dapat muncul dari erosi,” kata Ristroph.
Dia menambahkan, penelitian ini mungkin berguna bagi ahli geologi karena mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi formasi batuan, yaitu komposisinya yang tidak homogen atau seragam. Termasuk menguji bentuk tak terduga Sphinx berasal dari aliran sungai dialihkan ke sekitar bagian yang lebih keras atau lebih mudah terkikis.
Diketahui Sphinx Agung dianggap oleh sebagian besar ahli Mesir Kuno mewakili kemiripan dengan Raja Khafra. Arkeolog lain juga percaya bahwa Djadefre, kakak laki-laki Khafra, membangun Sphinx untuk menghormati ayahnya, Khufu.
Ini berarti waktu pembangunannya antara tahun 2550 SM dan 2450 SM. Namun, bukti terbatas yang menghubungkan Sphinx dengan Khafra bersifat tidak langsung dan agak ambigu.
Sphinx Agung tetap tersembunyi hingga tahun 1817, sampai ketika tim penggalian yang dipimpin oleh arkeolog Italia Giovanni Battista Caviglia menemukannya. Kemudian baru pada tahun 1887 dada, cakar, altar, dan dataran tinggi terlihat sepenuhnya.
(wib)