Penemuan Makam Juru Tulis Kerajaan dan Panglima Mesir Kuno, Penuh Mantra Pelindung
loading...
A
A
A
KAIRO - Misi Arkeologis Republik Ceko menemukan makam juru tulis kerajaan dan komandan militer dari dinasti ke-26 dan ke-27 Mesir kuno. Makam dari masa pertengahan milinium pertama Sebelum Masehi ini ditemukan di situs pemakaman Abusir.
Sekretaris Jenderal Dewan Tertinggi Purbakala Mostafa Waziri mengumumkan penemuan makam seorang juru tulis kerajaan bernama “Jheuti Em Hat” oleh misi arkeologi Ceko dari Fakultas Seni Universitas Charles di Praha. Di bagian pekuburan Abusir ini terdapat makam pejabat senior dan komandan militer dari dinasti ke-26 dan ke-27.
Waziri menyatakan pentingnya penemuan ini karena sebelumnya tidak diketahui kehidupan juru tulis kerajaan Jheuti Em Hat yang hidup pada dinasti ke-27. “Penemuan ini sangat penting bagi para cendekiawan untuk mengetahui masyarakat Mesir kuno selama periode ini,” katanya dikutip SINDOnews dari laman Egypt Independent, Jumat (3/11/2023).
Penemuan baru ini, bersama dengan temuan makam komandan militer “Wah Ib Ra” yang ditemukan oleh misi Ceko beberapa tahun lalu. Penemuan ini akan lebih menjelaskan perubahan sejarah yang terjadi di Mesir selama masa pergolakan Mesir abad kelima dan keenam SM.
Direktur Misi Ceko, Marcel Barta menjelaskan, makam tersebut dibangun berbentuk sumur yang diakhiri dengan ruang pemakaman. Meskipun bagian atas makam tidak ditemukan utuh, ruang pemakaman tersebut berisi banyak adegan dan tulisan hieroglif yang kaya.
“Ruang pemakaman dapat diakses melalui lorong horizontal kecil di bawah lubang yang panjangnya sekitar tiga meter,” katanya.
Dia menjelaskan, lubang menuju makam tersebut menampilkan pemandangan di dalamnya yang juga merupakan bagian dari makam tetangganya. Makam yang dibangun untuk salah satu panglima militer pada masa itu bernama Menkh Ib Nikau.
Ruang pemakaman Jheuti Em Hat kaya akan prasasti. Dikutip dari Teks Piramida, di dinding utara (pintu masuk) terdapat rangkaian panjang tulisan keagamaan anti gigitan ular.
Dinding selatan dan barat diukir dengan sesaji ritual. Sedangkan langit-langit ruang pemakaman menampilkan gambaran perjalanan matahari melintasi langit dengan perahu pagi dan sore, diiringi nyanyian matahari terbit dan terbenam.
Wakil direktur misi Ceko Mohamed Majed, menemukan sarkofagus Jheuti Em Hat, menambahkan bahwa sarkofagus tersebut terbuat dari batu dan dihiasi dengan teks hieroglif serta gambaran dewa dari luar dan dalam. Sisi atas penutup peti mati dan sisinya yang lebih panjang dihiasi dengan berbagai teks dari Kitab Orang Mati, termasuk gambar dewa yang melindungi orang yang meninggal.
Sisi sampul yang lebih pendek memuat gambar dewi “Isis dan Nephthys” disertai dengan teks perlindungan bagi almarhum. “Semua teks keagamaan dan magis ini dimaksudkan untuk memastikan kelancaran masuknya orang yang meninggal ke kehidupan abadi,” kata Majed.
Majed mencatat bahwa tidak ada benda penguburan yang ditemukan di dalam makam Jheuti Em Hat, karena makam tersebut sebelumnya telah dirampok pada awal abad kelima Masehi. Kajian antropologi terhadap sisa-sisa pemilik makam menunjukkan bahwa Jheuti Em Hat meninggal dalam usia yang relatif muda, yakni sekitar 25 tahun.
Muminya menunjukkan tanda-tanda bahwa dia menderita beberapa penyakit akibat pekerjaannya, termasuk kerusakan pada tulang belakang karena duduk dalam waktu lama. Dia juga menderita kerapuhan tulang yang parah.
Sekretaris Jenderal Dewan Tertinggi Purbakala Mostafa Waziri mengumumkan penemuan makam seorang juru tulis kerajaan bernama “Jheuti Em Hat” oleh misi arkeologi Ceko dari Fakultas Seni Universitas Charles di Praha. Di bagian pekuburan Abusir ini terdapat makam pejabat senior dan komandan militer dari dinasti ke-26 dan ke-27.
Waziri menyatakan pentingnya penemuan ini karena sebelumnya tidak diketahui kehidupan juru tulis kerajaan Jheuti Em Hat yang hidup pada dinasti ke-27. “Penemuan ini sangat penting bagi para cendekiawan untuk mengetahui masyarakat Mesir kuno selama periode ini,” katanya dikutip SINDOnews dari laman Egypt Independent, Jumat (3/11/2023).
Penemuan baru ini, bersama dengan temuan makam komandan militer “Wah Ib Ra” yang ditemukan oleh misi Ceko beberapa tahun lalu. Penemuan ini akan lebih menjelaskan perubahan sejarah yang terjadi di Mesir selama masa pergolakan Mesir abad kelima dan keenam SM.
Direktur Misi Ceko, Marcel Barta menjelaskan, makam tersebut dibangun berbentuk sumur yang diakhiri dengan ruang pemakaman. Meskipun bagian atas makam tidak ditemukan utuh, ruang pemakaman tersebut berisi banyak adegan dan tulisan hieroglif yang kaya.
“Ruang pemakaman dapat diakses melalui lorong horizontal kecil di bawah lubang yang panjangnya sekitar tiga meter,” katanya.
Dia menjelaskan, lubang menuju makam tersebut menampilkan pemandangan di dalamnya yang juga merupakan bagian dari makam tetangganya. Makam yang dibangun untuk salah satu panglima militer pada masa itu bernama Menkh Ib Nikau.
Ruang pemakaman Jheuti Em Hat kaya akan prasasti. Dikutip dari Teks Piramida, di dinding utara (pintu masuk) terdapat rangkaian panjang tulisan keagamaan anti gigitan ular.
Dinding selatan dan barat diukir dengan sesaji ritual. Sedangkan langit-langit ruang pemakaman menampilkan gambaran perjalanan matahari melintasi langit dengan perahu pagi dan sore, diiringi nyanyian matahari terbit dan terbenam.
Wakil direktur misi Ceko Mohamed Majed, menemukan sarkofagus Jheuti Em Hat, menambahkan bahwa sarkofagus tersebut terbuat dari batu dan dihiasi dengan teks hieroglif serta gambaran dewa dari luar dan dalam. Sisi atas penutup peti mati dan sisinya yang lebih panjang dihiasi dengan berbagai teks dari Kitab Orang Mati, termasuk gambar dewa yang melindungi orang yang meninggal.
Sisi sampul yang lebih pendek memuat gambar dewi “Isis dan Nephthys” disertai dengan teks perlindungan bagi almarhum. “Semua teks keagamaan dan magis ini dimaksudkan untuk memastikan kelancaran masuknya orang yang meninggal ke kehidupan abadi,” kata Majed.
Majed mencatat bahwa tidak ada benda penguburan yang ditemukan di dalam makam Jheuti Em Hat, karena makam tersebut sebelumnya telah dirampok pada awal abad kelima Masehi. Kajian antropologi terhadap sisa-sisa pemilik makam menunjukkan bahwa Jheuti Em Hat meninggal dalam usia yang relatif muda, yakni sekitar 25 tahun.
Muminya menunjukkan tanda-tanda bahwa dia menderita beberapa penyakit akibat pekerjaannya, termasuk kerusakan pada tulang belakang karena duduk dalam waktu lama. Dia juga menderita kerapuhan tulang yang parah.
(wib)