Langit Yogyakarta Bolong di Citra Radar Cuaca, Fenomena Apa?

Rabu, 08 November 2023 - 12:23 WIB
loading...
Langit Yogyakarta Bolong di Citra Radar Cuaca, Fenomena Apa?
Citra radar merekam langit Kota Gudeg bolong atau berupa lingkaran kosong. (Foto: BMKG)
A A A
YOGYAKARTA - Fenomena aneh melanda langit Yogyakarta. Citra radar BMKG merekam langit Kota Gudeg bolong atau berupa lingkaran kosong. Sontak hal ini menjadi perbincangan di media sosial.

BMKG menjelaskan, penampakan lingkaran kosong pada citra radar langit Yogyakarta berarti bahwa wilayah tersebut kering, sementara wilayah sekitarnya mengalami hujan. Kejadian ini murni fenomena alam biasa bukan kejadian mistis.

Dijelaskan, radar cuaca bekerja dengan melepaskan sinyal pulsa berupa gelombang elektromagnetik pada suatu frekuensi microwave ke atmosfer. Ketika sinyal pulsa mengenai suatu objek atau target di atmosfer, maka sebagian sinyal pulsa tersebut dipantulkan kembali ke sistem penerima di radar.

“Sinyal yang kembali setelah menabrak objek di atmosfer kemudian disebut sebagai reflectivity. Besaran reflectivity tergantung dari parameter fisis dari objek, seperti ukuran, bentuk, orientasi komposisi dan lain sebagainya,” tulis BMKG dalam keterangannya, Rabu (8/11/2023).



BMKG mengatakan energi yang diterima kembali oleh radar kemudian dianalisis oleh komputer untuk menentukan lokasi dan intensitas hujan, serta informasi lain seperti arah dan kecepatan angin. Seluruh informasi tersebut kemudian dipetakan di komputer dalam bentuk gambar.

Lebih lanjut, BMKG mengungkapkan untuk memancarkan sinyal pulsa ke objek di atmosfer dan menerima sinyal balik dari objek diperlukan alat yang terpasang pada radar cuaca yang disebut sebagai transmitter dan receiver.

“Sinyal pulsa tersebut akan melalui antena berbentuk parabola yang akan berputar 360 derajat dan melakukan perubahan elevasi setelah melakukan satu putaran penuh. Pada saat itulah radar melakukan scanning fenomena cuaca di atmosfer.”

Scanning radar pada umumnya dilakukan dari elevasi 0,5 derajat hingga 19,5 derajat atau dapat disesuaikan dengan kebutuhan prakirawan cuaca sesuai dengan kondisi musim di suatu wilayah.

“Radar umumnya tidak melakukan scanning hingga elevasi 90 derajat karena secara teknis tidak efisien dan efektif pengamatannya. Oleh karenanya pada gambar Citra Radar cuaca sering disebut adanya daerah di dekat radar yang tidak bisa diamati yang disebut Cone of Silence,” tulis BMKG.



BMKG pun menjelaskan mengenai blocking hujan di Yogyakarta bahwa dari hasil analisis dapat dilihat bahwa pada daerah lingkaran kosong di Yogyakarta terjadi karena radar tidak mengamati sampai tegak lurus ke atas, meskipun terdapat awan menengah yang cukup tebal di atasnya.

“Hal ini sesuai dengan teori cone of silence sehingga radar hanya dapat mendeteksi awan menengah sampai pada radius kurang lebih 20 km dari pusat radar,” tulis BMKG.
(msf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1471 seconds (0.1#10.140)