Anthony Fokker, Tokoh Kelahiran Blitar Pencipta Pesawat Tempur Perang Dunia I
loading...
A
A
A
Selain membaca buku berjudul 'The Flying Dutchman Who Shaped American Aviation' yang ditulis oleh MLJ Dierikx, Prabowo juga merujuk pada berbagai literasi digital yang diunduh dari laman resmi pemerintah Belanda untuk menelusuri asal usul Fokker.
Dokumen-dokumen tersebut mencakup kepemilikan perkebunan di Pulau Jawa pada masa kolonial, peta sebaran wilayah perkebunan di Pulau Jawa, dan almanak tahun 1887 yang secara jelas menyebut keluarga Fokker sebagai pemilik perkebunan Njoenjoer.
Dari bukti-bukti tersebut, Prabowo berhasil menemukan bahwa keluarga Fokker telah berada di Njoenjoer sejak 29 September 1880. Ayah Anthony Fokker, Herman Fokker, adalah keturunan keluarga kaya pemilik kapal dan pedagang dari Middelburg, Belanda.
Ia memperoleh perkebunan kopi di lereng selatan Gunung Kelud seluas 500 hektare yang kemudian disebut Njoenjoer. Setelah menikah dengan Anna Diemont pada tahun 1884, pasangan ini berangkat ke Hindia Belanda pada 23 Juni 1884. Mereka tiba di pelabuhan Batavia, Tanjung Priok, empat bulan kemudian.
Pada akhir Agustus 1888, Herman membawa istrinya tinggal di perkebunan Njoenjoer. Pasangan ini memiliki dua anak, dengan Anthony Fokker adalah putra kedua mereka.
Anthony lahir pada 6 April 1890 di sebuah rumah sakit bersalin Karisidenan Kediri. Anthony Fokker tumbuh di perkebunan Njoenjoer dan tinggal di sana hingga usianya mencapai empat tahun.
Pada Mei 1894, keluarga Fokker memutuskan untuk kembali ke Belanda, dengan harapan memberikan pendidikan yang lebih baik kepada anak-anak mereka. Perkebunan Njoenjoer kemudian dijual oleh Herman Fokker kepada keluarga Philip Evers dari Den Haag pada awal Maret 1896.
Namun, pada tahun 1898, perkebunan Njonjoer tidak lagi terdaftar di Almanak Pemerintah Belanda. Perkebunan ini juga mengalami nasib tragis saat letusan gunung berapi Kelud pada Mei 1901 menghancurkannya.
Sebagai seorang remaja, Anthony Fokker menunjukkan bakatnya dalam desain dan pembuatan. Orang tuanya mengizinkannya pergi ke Jerman untuk belajar desain dan pembuatan mobil. Di Jerman, Fokker terpesona oleh pesawat terbang yang saat itu sedang dikembangkan.
Pada usianya yang masih muda, tepatnya pada tahun 1910, Anthony Fokker berhasil menciptakan pesawat pertamanya yang ia sebut "de Spin" atau "si Laba-laba."
Dokumen-dokumen tersebut mencakup kepemilikan perkebunan di Pulau Jawa pada masa kolonial, peta sebaran wilayah perkebunan di Pulau Jawa, dan almanak tahun 1887 yang secara jelas menyebut keluarga Fokker sebagai pemilik perkebunan Njoenjoer.
Dari bukti-bukti tersebut, Prabowo berhasil menemukan bahwa keluarga Fokker telah berada di Njoenjoer sejak 29 September 1880. Ayah Anthony Fokker, Herman Fokker, adalah keturunan keluarga kaya pemilik kapal dan pedagang dari Middelburg, Belanda.
Ia memperoleh perkebunan kopi di lereng selatan Gunung Kelud seluas 500 hektare yang kemudian disebut Njoenjoer. Setelah menikah dengan Anna Diemont pada tahun 1884, pasangan ini berangkat ke Hindia Belanda pada 23 Juni 1884. Mereka tiba di pelabuhan Batavia, Tanjung Priok, empat bulan kemudian.
Pada akhir Agustus 1888, Herman membawa istrinya tinggal di perkebunan Njoenjoer. Pasangan ini memiliki dua anak, dengan Anthony Fokker adalah putra kedua mereka.
Anthony lahir pada 6 April 1890 di sebuah rumah sakit bersalin Karisidenan Kediri. Anthony Fokker tumbuh di perkebunan Njoenjoer dan tinggal di sana hingga usianya mencapai empat tahun.
Pada Mei 1894, keluarga Fokker memutuskan untuk kembali ke Belanda, dengan harapan memberikan pendidikan yang lebih baik kepada anak-anak mereka. Perkebunan Njoenjoer kemudian dijual oleh Herman Fokker kepada keluarga Philip Evers dari Den Haag pada awal Maret 1896.
Namun, pada tahun 1898, perkebunan Njonjoer tidak lagi terdaftar di Almanak Pemerintah Belanda. Perkebunan ini juga mengalami nasib tragis saat letusan gunung berapi Kelud pada Mei 1901 menghancurkannya.
Sebagai seorang remaja, Anthony Fokker menunjukkan bakatnya dalam desain dan pembuatan. Orang tuanya mengizinkannya pergi ke Jerman untuk belajar desain dan pembuatan mobil. Di Jerman, Fokker terpesona oleh pesawat terbang yang saat itu sedang dikembangkan.
Pada usianya yang masih muda, tepatnya pada tahun 1910, Anthony Fokker berhasil menciptakan pesawat pertamanya yang ia sebut "de Spin" atau "si Laba-laba."