Apa yang Terjadi dengan Bumi Jika Manusia Tiba-tiba Punah karena COVID-19?
loading...
A
A
A
"Begitu serangga membaik, tanaman akan berkembang lebih baik, lalu burung. Habitat di sekitarnya -komunitas tumbuhan, tanah, saluran air, dan lautan- akan pulih, bebas dari pengaruh luas bahan kimia terhadap ekosistem saat ini. Itu, pada gilirannya, akan mendorong lebih banyak satwa liar untuk pindah dan menetap.
Transisi ini akan memicu peningkatan keanekaragaman hayati dalam skala global. Para peneliti yang memodelkan keanekaragaman megafauna -seperti singa, gajah, harimau, badak, dan beruang- di seluruh planet telah mengungkapkan bahwa dulunya dunia sangat kaya akan spesies ini.
Tapi itu berubah ketika manusia mulai menyebar ke seluruh planet, berburu hewan-hewan ini dan menyerang habitat mereka. Saat manusia bermigrasi keluar dari Afrika dan Eurasia ke bagian lain dunia. "Kami melihat peningkatan yang konsisten dalam tingkat kepunahan setelah kedatangan manusia," kata Soren Faurby, Dosen Makroekologi dan Makroevolusi di Universitas Gothenburg di Swedia. Di Australia, terjadi peningkatan kepunahan hampir 60.000 tahun yang lalu. Di Amerika Utara dan Selatan, peningkatan terlihat sekitar 15.000 tahun yang lalu, dan di Madagaskar dan Kepulauan Karibia peningkatan drastis terlihat beberapa ribu tahun lalu," beber Faurby.
Tanpa Manusia, Bisakah Bumi Merebut Kembali Keanekaragamannya?
Jika manusia tiba-tiba menghilang dari peta, masih butuh jutaan tahun bagi planet untuk pulih dari kepunahan masa lalu saat manusia hadir. Demikian perhitungan ilmiah Faurby dan rekan-rekannya.
Mereka menyelidiki apa yang diperlukan untuk kembali ke tingkat dasar kekayaan spesies dan distribusi hewan berbadan besar di seluruh planet yang mencerminkan apa Bumi miliki sebelum manusia modern menyebar ke seluruh dunia.
"Para peneliti memperkirakan akan memakan waktu antara 3-7 juta tahun atau lebih untuk kembali ke garis dasar sebelum kepunahan," jawab Jens-Christian Svenning, seorang profesor makroekologi dan biogeografi di Aarhus University di Denmark, rekan Faurby yang bekerja pada badan penelitian sama.
Alam akan Menemukan Jalan
Planet Bumi pada akhirnya mungkin menjadi lebih subur dan lebih beragam, tetapi kita tidak dapat mengabaikan efek perubahan iklim yang bisa dibilang merupakan dampak paling tak terhapuskan dari umat manusia di planet ini.
Weisman mencatat ketidakpastian yang melekat dalam membuat prediksi berguna tentang apa yang akan terungkap. Misalnya, jika ada ledakan di pabrik industri, atau kepala sumur minyak atau gas yang terus menyala lama setelah manusia lengap, sejumlah besar karbon dioksida yang memerangkap panas akan terus dibuang ke atmosfer.
Karbon dioksida tidak bertahan di atmosfer selamanya. Lautan kita memainkan peran penting dalam menyerap sejumlah besar karbon dioksida dari udara. Namun, masih ada batasan seberapa banyak lautan dapat terisi tanpa pengasaman airnya sendiri ke tingkat yang tidak sehat -berpotensi merugikan ribuan spesies laut.
Ada juga batasan tentang seberapa banyak laut dapat menyerap secara fisik, yang berarti ini bukan sekadar penyerap karbon tanpa dasar seperti yang sering diperkirakan.
Transisi ini akan memicu peningkatan keanekaragaman hayati dalam skala global. Para peneliti yang memodelkan keanekaragaman megafauna -seperti singa, gajah, harimau, badak, dan beruang- di seluruh planet telah mengungkapkan bahwa dulunya dunia sangat kaya akan spesies ini.
Tapi itu berubah ketika manusia mulai menyebar ke seluruh planet, berburu hewan-hewan ini dan menyerang habitat mereka. Saat manusia bermigrasi keluar dari Afrika dan Eurasia ke bagian lain dunia. "Kami melihat peningkatan yang konsisten dalam tingkat kepunahan setelah kedatangan manusia," kata Soren Faurby, Dosen Makroekologi dan Makroevolusi di Universitas Gothenburg di Swedia. Di Australia, terjadi peningkatan kepunahan hampir 60.000 tahun yang lalu. Di Amerika Utara dan Selatan, peningkatan terlihat sekitar 15.000 tahun yang lalu, dan di Madagaskar dan Kepulauan Karibia peningkatan drastis terlihat beberapa ribu tahun lalu," beber Faurby.
Tanpa Manusia, Bisakah Bumi Merebut Kembali Keanekaragamannya?
Jika manusia tiba-tiba menghilang dari peta, masih butuh jutaan tahun bagi planet untuk pulih dari kepunahan masa lalu saat manusia hadir. Demikian perhitungan ilmiah Faurby dan rekan-rekannya.
Mereka menyelidiki apa yang diperlukan untuk kembali ke tingkat dasar kekayaan spesies dan distribusi hewan berbadan besar di seluruh planet yang mencerminkan apa Bumi miliki sebelum manusia modern menyebar ke seluruh dunia.
"Para peneliti memperkirakan akan memakan waktu antara 3-7 juta tahun atau lebih untuk kembali ke garis dasar sebelum kepunahan," jawab Jens-Christian Svenning, seorang profesor makroekologi dan biogeografi di Aarhus University di Denmark, rekan Faurby yang bekerja pada badan penelitian sama.
Alam akan Menemukan Jalan
Planet Bumi pada akhirnya mungkin menjadi lebih subur dan lebih beragam, tetapi kita tidak dapat mengabaikan efek perubahan iklim yang bisa dibilang merupakan dampak paling tak terhapuskan dari umat manusia di planet ini.
Weisman mencatat ketidakpastian yang melekat dalam membuat prediksi berguna tentang apa yang akan terungkap. Misalnya, jika ada ledakan di pabrik industri, atau kepala sumur minyak atau gas yang terus menyala lama setelah manusia lengap, sejumlah besar karbon dioksida yang memerangkap panas akan terus dibuang ke atmosfer.
Karbon dioksida tidak bertahan di atmosfer selamanya. Lautan kita memainkan peran penting dalam menyerap sejumlah besar karbon dioksida dari udara. Namun, masih ada batasan seberapa banyak lautan dapat terisi tanpa pengasaman airnya sendiri ke tingkat yang tidak sehat -berpotensi merugikan ribuan spesies laut.
Ada juga batasan tentang seberapa banyak laut dapat menyerap secara fisik, yang berarti ini bukan sekadar penyerap karbon tanpa dasar seperti yang sering diperkirakan.