Bukan Mitos, Tulang Manusia Hobbit Ditemukan di Indonesia

Jum'at, 09 Agustus 2024 - 17:00 WIB
loading...
Bukan Mitos, Tulang...
Tulang belulang manusia hobbit ditemukan di Flores. Foto/AP
A A A
JAKARTA - Mitos tentang keberadaan manusia Hobbit atau manusia kerdil beredar di berbagai daerah di Indonesia. Faktanya, hal itu bukan sekadar mitos melainkan benar adanya.

Baru-baru ini sekelompok ilmuwan menemukan bukti bahwa manusia hobbit pernah hidup di Indonesia. Beberapa di antaranya bahkan meyakini makhluk ini masih ada hingga saat ini.

Temuan tersebut berupa tulang rahang, fragmen tulang lengan, dan gigi di situs arkeologi di Flores bernama Mata Menge. Situs ini berlokasi 72 kilometer dari tempat fosil hobbit asli ditemukan 20 tahun lalu. Diyakini makhluk ini menghuni kawasan tersebut sekitar 700.000 tahun lalu.

Bukan Mitos, Tulang Manusia Hobbit Ditemukan di Indonesia


Dilansir dari Foxnews, Jumat (9/8/2024) istilah Hobbit merujuk pada trilogi Lord of the Rings karya J.R.R. Tolkien. Nama ilmiahnya adalah Homo floresiensis.



Awalnya para ilmuwan tidak tahu bahwa fosil yang ditemukan berasal dari manusia hobbit. Fragmen tulang lengan, yang hanya berukuran 8,9 sentimeter, awalnya dimasukkan ke dalam kantong dan diberi label sebagai kemungkinan fragmen tulang buaya.

Tulang tersebut mewakili nenek moyang manusia yang kemungkinan tingginya sekitar 100 sentimeter, lebih pendek sekitar 18 sentimeter dari keturunan hobbit yang lebih baru.

Sejak Homo floresiensis, hobbit yang sedikit lebih tinggi, ditemukan pada tahun 2003, para ilmuwan telah bertanya-tanya tentang asal-usulnya.



"Kami tidak mengharapkan menemukan individu yang lebih kecil dari situs yang sangat tua," kata rekan penulis studi Yousuke Kaifu dari Universitas Tokyo, yang temuannya diterbitkan di jurnal Nature Communications, kepada The Associated Press.

Ahli antropologi evolusi Dean Falk dari Florida State University menambahkan bahwa para peneliti telah meyakini bahwa ini adalah individu yang sangat kecil. Para ilmuwan percaya hobbit berevolusi dari Homo erectus yang sedikit lebih tinggi atau berasal dari spesies manusia yang lebih primitif.

"Pertanyaan ini tetap belum terjawab dan akan terus menjadi fokus penelitian untuk beberapa waktu mendatang," kata antropolog Matt Tocheri dari Lakehead University, Kanada.
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2325 seconds (0.1#10.140)