Misteri Batu Altar Stonehenge Seberat 6 Ton Akhirnya Terungkap
loading...
A
A
A
JAKARTA - Monumen Stonehenge di Salisbury Plain, Wiltshire, Inggris, hingga kini masih diselimuti misteri tentang asal usul dan tujuan pembuatannya. Namun, baru-baru ini sekelompok ilmuwan berhasil menjawab sebagian teka-tekinya.
Asal mula batu terbesar dari bluestones yang membentuk lingkaran dalam di Stonehenge atau Batu Altar akhirnya terjawab sudah. Mulanya, para ilmuwan mengira batu berukuran 6 ton ini berasal dari Wales barat dan dipindahkan sekitar 125 mil ke Stonehenge. Namun, berdasarkan analisis terbaru, Batu Altar ternyata berasal dari Skotlandia.
“Analisis kami menemukan butiran mineral tertentu di Batu Altar yang umurnya sebagian besar antara 1.000 hingga 2.000 juta tahun, sementara mineral lainnya 450 juta tahun. Ini memberikan sidik jari kimia yang jelas menunjukkan batu tersebut berasal dari batuan di Cekungan Orcadian, Skotlandia, setidaknya 750 kilometer dari Stonehenge,” kata Anthony Clarke, penulis utama makalah yang diterbitkan di jurnal Nature, dilansir dari Arstechnica.
Stonehenge terdiri dari lingkaran luar yang terdiri dari lempengan pasir vertikal (batu sarsen), yang terhubung di atasnya dengan batu lintel horizontal. Ada juga lingkaran dalam dari bluestones yang lebih kecil dan, di dalam lingkaran itu, beberapa trilithon berdiri bebas (sarsen yang lebih besar yang dihubungkan oleh satu lintel).
Penanggalan radiokarbon menunjukkan lingkaran dalam dari bluestones dipasang antara tahun 2400 dan 2200 SM. Namun, susunan berdiri dari batu sarsen tidak didirikan hingga sekitar 500 tahun setelah bluestones.
Tidak ada catatan mengenai konstruksi monumen ini dan para ilmuwan telah memikirkan kemungkinan penggunaan dan signifikansi budaya Stonehenge selama berabad-abad.
Pada tahun 2019, Parker Pearson dan ilmuwan lain melaporkan hasil investigasi mengenai sumber tambang bluestones. Mereka menemukan 42 bluestones berasal dari Wales barat. Analisis kimia bahkan mencocokkan beberapa dari mereka dengan dua tambang tertentu di lereng utara Bukit Preseli.
Satu tambang, sebuah formasi bernama Carn Goedog, tampaknya telah memasok sebagian besar dolerit abu-abu kebiruan dengan bintik putih di Stonehenge. Dan formasi lainnya di lembah di bawahnya, Craig Rhos-y-felin, memasok sebagian besar riolit. Ketika kelompok arkeolog lainnya mempelajari rasio isotop kimia pada sisa-sisa cremated orang-orang yang pernah dikuburkan di bawah bluestones, peneliti tersebut menemukan bahwa banyak dari orang-orang tersebut mungkin berasal dari bagian Wales yang sama antara 3100 dan 2400 SM.
Namun, batu sarsen berasal dari tempat yang jauh lebih dekat. Sejak tahun 1500-an, sebagian besar ilmuwan Stonehenge telah menganggap batu sarsen berasal dari Marlborough Downs, area perbukitan rumput 25 hingga 30 km utara Stonehenge, yang memiliki konsentrasi sarsen terbesar di Inggris. Sebuah studi tahun 2020 oleh arkeolog University of Brighton, David Nash, dan rekan-rekannya mengonfirmasi hal ini.
Asal mula batu terbesar dari bluestones yang membentuk lingkaran dalam di Stonehenge atau Batu Altar akhirnya terjawab sudah. Mulanya, para ilmuwan mengira batu berukuran 6 ton ini berasal dari Wales barat dan dipindahkan sekitar 125 mil ke Stonehenge. Namun, berdasarkan analisis terbaru, Batu Altar ternyata berasal dari Skotlandia.
“Analisis kami menemukan butiran mineral tertentu di Batu Altar yang umurnya sebagian besar antara 1.000 hingga 2.000 juta tahun, sementara mineral lainnya 450 juta tahun. Ini memberikan sidik jari kimia yang jelas menunjukkan batu tersebut berasal dari batuan di Cekungan Orcadian, Skotlandia, setidaknya 750 kilometer dari Stonehenge,” kata Anthony Clarke, penulis utama makalah yang diterbitkan di jurnal Nature, dilansir dari Arstechnica.
Stonehenge terdiri dari lingkaran luar yang terdiri dari lempengan pasir vertikal (batu sarsen), yang terhubung di atasnya dengan batu lintel horizontal. Ada juga lingkaran dalam dari bluestones yang lebih kecil dan, di dalam lingkaran itu, beberapa trilithon berdiri bebas (sarsen yang lebih besar yang dihubungkan oleh satu lintel).
Penanggalan radiokarbon menunjukkan lingkaran dalam dari bluestones dipasang antara tahun 2400 dan 2200 SM. Namun, susunan berdiri dari batu sarsen tidak didirikan hingga sekitar 500 tahun setelah bluestones.
Tidak ada catatan mengenai konstruksi monumen ini dan para ilmuwan telah memikirkan kemungkinan penggunaan dan signifikansi budaya Stonehenge selama berabad-abad.
Pada tahun 2019, Parker Pearson dan ilmuwan lain melaporkan hasil investigasi mengenai sumber tambang bluestones. Mereka menemukan 42 bluestones berasal dari Wales barat. Analisis kimia bahkan mencocokkan beberapa dari mereka dengan dua tambang tertentu di lereng utara Bukit Preseli.
Satu tambang, sebuah formasi bernama Carn Goedog, tampaknya telah memasok sebagian besar dolerit abu-abu kebiruan dengan bintik putih di Stonehenge. Dan formasi lainnya di lembah di bawahnya, Craig Rhos-y-felin, memasok sebagian besar riolit. Ketika kelompok arkeolog lainnya mempelajari rasio isotop kimia pada sisa-sisa cremated orang-orang yang pernah dikuburkan di bawah bluestones, peneliti tersebut menemukan bahwa banyak dari orang-orang tersebut mungkin berasal dari bagian Wales yang sama antara 3100 dan 2400 SM.
Namun, batu sarsen berasal dari tempat yang jauh lebih dekat. Sejak tahun 1500-an, sebagian besar ilmuwan Stonehenge telah menganggap batu sarsen berasal dari Marlborough Downs, area perbukitan rumput 25 hingga 30 km utara Stonehenge, yang memiliki konsentrasi sarsen terbesar di Inggris. Sebuah studi tahun 2020 oleh arkeolog University of Brighton, David Nash, dan rekan-rekannya mengonfirmasi hal ini.