Jangan Salah, Ini Perbedaan Rudal Balistik dan Rudal Jelajah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Beberapa negara menggunakan rudal jelajah dan rudal balistik dalam persenjataan pertahanannya. Kedua jenis rudal ini ternyata memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan rudal balistik dan rudal jelajah menurut Federasi Ilmuwan Amerika terletak di perlintasan serta manuvernya.
Melansir laman Sandboxx, Jumat (23/8/2024) rudal balistik memiliki lintasan balistik di sebagian besar jalur penerbangannya. Artinya, setelah rudal membakar bahan bakar yang mendorongnya, rudal terus bergerak, seperti halnya peluru setelah ditembakkan dari pistol.
Setelah bahan bakar habis, arah rudal tidak dapat diubah. Ia mengikuti jalur yang ditentukan oleh kecepatan peluncurannya dan gaya gravitasi yang mencoba menariknya kembali ke permukaan bumi. Akhirnya, gravitasi memandu rudal — dan muatannya yang mungkin berupa bahan peledak, senjata kimia atau biologi, atau perangkat nuklir — ke bawah menuju sasarannya.
Contohnya, pada 2017, Korea Utara menggelar uji peluncuran rudal balistik baru, Pukguksong-2. Peluncuran tersebut dilakukan saat Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sedang dalam kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat. Medio bulan Mei dan Oktober 2019, Korea Utara telah meluncurkan sebanyak 12 rudal balistik atau proyektil lainnya. Namun, semuanya hanyalah uji peluncuran.
Pada 7 Januari 2020, Iran meluncurkan lebih dari selusin rudal balistik ke dua pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS. Kejadian ini menjadi pembalasan Iran atas serangan pesawat nirawak AS yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani pada 3 Januari 2020. Tidak ada korban jiwa dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif membela serangan rudal terhadap pangkalan AS di Irak, dengan mengatakan itu adalah tindakan membela diri.
Bagi awam, peluncuran rudal balistik ini — baik uji coba peluncuran yang terus-menerus di Korea Utara maupun serangan yang disengaja terhadap pangkalan AS di Irak menimbulkan pertanyaan. Apakah ada sesuatu tentang bagian balistik yang membuat rudal menjadi lebih berbahaya?
Rudal balistik berbeda dengan rudal jelajah. Rudal jelajah bergerak sendiri selama sebagian besar waktunya di udara, terbang dalam garis yang relatif lurus dan pada ketinggian yang lebih rendah berkat propelan roket.
Bayangkan lintasan penerbangan rudal balistik sebagai lengkungan besar ke atas dan ke bawah lagi, sedangkan lintasan rudal jelajah ditembakkan dari kapal perang, misalnya — lebih mendekati garis lurus.
Rudal balistik pertama kali digunakan selama Perang Dunia II, ketika Jerman menggunakan rudal balistik yang disebut V -2 untuk menyerang London. Pertahanan udara Inggris yang dirancang untuk menghentikan pesawat tidak dapat menghentikan V-2, karena roket tersebut terbang terlalu tinggi ke atmosfer atas dan bergerak terlalu cepat.
Melansir laman Sandboxx, Jumat (23/8/2024) rudal balistik memiliki lintasan balistik di sebagian besar jalur penerbangannya. Artinya, setelah rudal membakar bahan bakar yang mendorongnya, rudal terus bergerak, seperti halnya peluru setelah ditembakkan dari pistol.
Setelah bahan bakar habis, arah rudal tidak dapat diubah. Ia mengikuti jalur yang ditentukan oleh kecepatan peluncurannya dan gaya gravitasi yang mencoba menariknya kembali ke permukaan bumi. Akhirnya, gravitasi memandu rudal — dan muatannya yang mungkin berupa bahan peledak, senjata kimia atau biologi, atau perangkat nuklir — ke bawah menuju sasarannya.
Contohnya, pada 2017, Korea Utara menggelar uji peluncuran rudal balistik baru, Pukguksong-2. Peluncuran tersebut dilakukan saat Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sedang dalam kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat. Medio bulan Mei dan Oktober 2019, Korea Utara telah meluncurkan sebanyak 12 rudal balistik atau proyektil lainnya. Namun, semuanya hanyalah uji peluncuran.
Baca Juga
Pada 7 Januari 2020, Iran meluncurkan lebih dari selusin rudal balistik ke dua pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS. Kejadian ini menjadi pembalasan Iran atas serangan pesawat nirawak AS yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani pada 3 Januari 2020. Tidak ada korban jiwa dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif membela serangan rudal terhadap pangkalan AS di Irak, dengan mengatakan itu adalah tindakan membela diri.
Bagi awam, peluncuran rudal balistik ini — baik uji coba peluncuran yang terus-menerus di Korea Utara maupun serangan yang disengaja terhadap pangkalan AS di Irak menimbulkan pertanyaan. Apakah ada sesuatu tentang bagian balistik yang membuat rudal menjadi lebih berbahaya?
Rudal balistik berbeda dengan rudal jelajah. Rudal jelajah bergerak sendiri selama sebagian besar waktunya di udara, terbang dalam garis yang relatif lurus dan pada ketinggian yang lebih rendah berkat propelan roket.
Bayangkan lintasan penerbangan rudal balistik sebagai lengkungan besar ke atas dan ke bawah lagi, sedangkan lintasan rudal jelajah ditembakkan dari kapal perang, misalnya — lebih mendekati garis lurus.
Rudal balistik pertama kali digunakan selama Perang Dunia II, ketika Jerman menggunakan rudal balistik yang disebut V -2 untuk menyerang London. Pertahanan udara Inggris yang dirancang untuk menghentikan pesawat tidak dapat menghentikan V-2, karena roket tersebut terbang terlalu tinggi ke atmosfer atas dan bergerak terlalu cepat.