Panduan Cepat Bagaimana Vaksin COVID-19 Digunakan dan Cara Kerjanya
loading...
A
A
A
Pada musim panas 2020, China memberikan otorisasi kepada Sinopharm untuk memvaksinasi pekerja konstruksi, diplomat, dan pelajar dengan salah satu dari dua kandidat vaksin COVID-19, termasuk BBIBP-CorV, tulis Live Science. Hampir 1 juta orang telah menerima vaksin hingga November, menurut perusahaan.
Uni Emirat Arab mengizinkan BBIBP-CorV untuk penggunaan darurat pada bulan September dan kemudian sepenuhnya menyetujui vaksin tersebut pada bulan Desember. Bahrain dan China juga sepenuhnya menyetujui vaksin pada bulan Desember, dan Mesir mengesahkannya untuk penggunaan darurat pada Januari 2021. Vaksin diberikan dalam dua dosis dengan selang waktu tiga minggu.
Sinopharm (Institut Produk Biologi Wuhan)
Kandidat vaksin kedua Sinopharm, yang dikembangkan oleh Institut Produk Biologi Wuhan, juga menggunakan virus Corona yang tidak aktif sebagai basisnya. Vaksin tersebut telah diizinkan untuk penggunaan darurat di China dan UAE, tetapi sedikit yang diketahui tentang kemanjurannya.
CanSino
CanSino Biologics, bekerja sama dengan Institut Bioteknologi Beijing, mengembangkan vaksin COVID-19 menggunakan adenovirus yang dilemahkan, tapi yang secara alami menginfeksi manusia, bukan simpanse. Uji klinis tahap akhir dengan vaksin masih berlangsung, dan kemanjurannya belum diketahui. Suntikan diberikan dalam dosis tunggal.
Pada Juni 2020, vaksin CanSino diberikan persetujuan untuk digunakan oleh militer China, menurut Reuters. Baca juga: Siap-siap Ya Pak Arief, Bu Airin, dan Pak Zaki, Besok Giliran Disuntik Vaksin Covid-19
Sinovac
Perusahaan China Sinovac Biotech mengembangkan vaksin dari versi SARS-CoV-2 yang tidak aktif. Vaksin, yang disebut CoronaVac, diberikan dalam dua dosis dengan selang waktu 14 hari, menurut Live Science. China mengesahkan vaksin untuk penggunaan darurat pada Juli 2020.
Perkiraan bervariasi mengenai seberapa baik vaksin melindungi terhadap COVID-19, dan perkiraan resmi belum dikeluarkan. Satu uji klinis di Brasil menunjukkan bahwa vaksin itu sekitar 78% efektif pada satu subkelompok kecil pasien, tetapi pada semua orang, kemanjurannya mungkin mendekati 63%, menurut Estadao, kantor berita Brasil.
Bharat Biotech
Perusahaan India Bharat Biotech, bersama Dewan Riset Medis India dan Institut Virologi Nasional mengembangkan vaksin dari virus korona yang tidak aktif, yang disebut Covaxin, lapor Times. Vaksin ini diberikan dalam dua dosis, berjarak empat pekan, dan telah diizinkan untuk penggunaan darurat di India. Khasiatnya sendiri belum dilaporkan ke publik.
Lembaga Penelitian Gamaleya
Institut Penelitian Gamaleya Kementerian Kesehatan Rusia mengembangkan kandidat vaksin virus Corona yang disebut Sputnik V, mengacu pada satelit buatan pertama di dunia, yang diluncurkan selama perlombaan antariksa. Vaksin tersebut mengandung dua virus flu biasa, atau adenovirus, yang telah dimodifikasi sehingga tidak mereplikasi pada manusia; virus yang dimodifikasi juga mengandung gen yang mengkode protein lonjakan virus Corona.
Pada November lalu, Rusia mengumumkan vaksin tersebut efektif lebih dari 91,4% dalam mencegah COVID-19, menurut data awal dari uji klinis. Namun rincian lengkap uji coba belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Pada bulan yang sama, Rusia mulai menawarkan vaksin kepada warganya sebagai bagian dari kampanye vaksinasi massal, menurut New York Times. Rusia telah menyetujui vaksin untuk penggunaan terbatas pada Agustus, ketika sangat sedikit data dari uji coba manusia yang tersedia, sebut Live Science. Sejak November, Belarusia, Argentina dan Serbia juga telah mengesahkan vaksin ini untuk penggunaan darurat.
Uni Emirat Arab mengizinkan BBIBP-CorV untuk penggunaan darurat pada bulan September dan kemudian sepenuhnya menyetujui vaksin tersebut pada bulan Desember. Bahrain dan China juga sepenuhnya menyetujui vaksin pada bulan Desember, dan Mesir mengesahkannya untuk penggunaan darurat pada Januari 2021. Vaksin diberikan dalam dua dosis dengan selang waktu tiga minggu.
Sinopharm (Institut Produk Biologi Wuhan)
Kandidat vaksin kedua Sinopharm, yang dikembangkan oleh Institut Produk Biologi Wuhan, juga menggunakan virus Corona yang tidak aktif sebagai basisnya. Vaksin tersebut telah diizinkan untuk penggunaan darurat di China dan UAE, tetapi sedikit yang diketahui tentang kemanjurannya.
CanSino
CanSino Biologics, bekerja sama dengan Institut Bioteknologi Beijing, mengembangkan vaksin COVID-19 menggunakan adenovirus yang dilemahkan, tapi yang secara alami menginfeksi manusia, bukan simpanse. Uji klinis tahap akhir dengan vaksin masih berlangsung, dan kemanjurannya belum diketahui. Suntikan diberikan dalam dosis tunggal.
Pada Juni 2020, vaksin CanSino diberikan persetujuan untuk digunakan oleh militer China, menurut Reuters. Baca juga: Siap-siap Ya Pak Arief, Bu Airin, dan Pak Zaki, Besok Giliran Disuntik Vaksin Covid-19
Sinovac
Perusahaan China Sinovac Biotech mengembangkan vaksin dari versi SARS-CoV-2 yang tidak aktif. Vaksin, yang disebut CoronaVac, diberikan dalam dua dosis dengan selang waktu 14 hari, menurut Live Science. China mengesahkan vaksin untuk penggunaan darurat pada Juli 2020.
Perkiraan bervariasi mengenai seberapa baik vaksin melindungi terhadap COVID-19, dan perkiraan resmi belum dikeluarkan. Satu uji klinis di Brasil menunjukkan bahwa vaksin itu sekitar 78% efektif pada satu subkelompok kecil pasien, tetapi pada semua orang, kemanjurannya mungkin mendekati 63%, menurut Estadao, kantor berita Brasil.
Bharat Biotech
Perusahaan India Bharat Biotech, bersama Dewan Riset Medis India dan Institut Virologi Nasional mengembangkan vaksin dari virus korona yang tidak aktif, yang disebut Covaxin, lapor Times. Vaksin ini diberikan dalam dua dosis, berjarak empat pekan, dan telah diizinkan untuk penggunaan darurat di India. Khasiatnya sendiri belum dilaporkan ke publik.
Lembaga Penelitian Gamaleya
Institut Penelitian Gamaleya Kementerian Kesehatan Rusia mengembangkan kandidat vaksin virus Corona yang disebut Sputnik V, mengacu pada satelit buatan pertama di dunia, yang diluncurkan selama perlombaan antariksa. Vaksin tersebut mengandung dua virus flu biasa, atau adenovirus, yang telah dimodifikasi sehingga tidak mereplikasi pada manusia; virus yang dimodifikasi juga mengandung gen yang mengkode protein lonjakan virus Corona.
Pada November lalu, Rusia mengumumkan vaksin tersebut efektif lebih dari 91,4% dalam mencegah COVID-19, menurut data awal dari uji klinis. Namun rincian lengkap uji coba belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Pada bulan yang sama, Rusia mulai menawarkan vaksin kepada warganya sebagai bagian dari kampanye vaksinasi massal, menurut New York Times. Rusia telah menyetujui vaksin untuk penggunaan terbatas pada Agustus, ketika sangat sedikit data dari uji coba manusia yang tersedia, sebut Live Science. Sejak November, Belarusia, Argentina dan Serbia juga telah mengesahkan vaksin ini untuk penggunaan darurat.