Ilmuwan Menemukan Fakta Baru Semprotan Bisa Ular Kobra
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyak diketahui kalau ular kobra bisa menyemburkan bisanya dari jarak beberapa meter. Ternyata tehnik ular kobra ini hasil evolusi selama puluhan juta tahun lalu.
Penelitian baru menunjukkan beberapa ular, seperti ular kobra benar-benar mengembangkan bisa mereka secara khusus untuk mengusir pemangsa potensial, termasuk manusia. Apa yang dilakukan ular ini tidak mematikan, namun memiliki efek sakit yang luar biasa. (Baca: Menghindari Kanibalisme, Belalang Jantan Gunakan Trik Baru Saat Kawin)
Studi oleh tim ilmuwan internasional menunjukkan jenis unik racun dan strategi bertahan yang berevolusi. Kobra meludah dan rinkhal adalah ular yang berkerabat dekat yang mampu menyemprotkan racun cukup jauh sehingga dapat membuat manusia yang tidak waspada mengalami kesakitan.
Efek yang dtimbulan dari semprotan bisa ular kobra itu sangat tidak menyenangkan. Bahan kimia dalam racun kobra yang mengenai kornea dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Jika semprotan bisa itu cukup banyak bahkan bisa menyebabkan kebutaan.
Ular pertama kali mengembangkan kemampuan untuk menyuntikkan racun ke mangsanya sekitar 60 hingga 80 juta tahun yang lalu. Sejak itu, ribuan spesies dalam superfamili Colubroidea telah mengubah cara dan memodifikasi bagian mulut mereka agar sesuai dengan kebutuhan makanan mereka. (Baca juga: Virus Strain Afrika Selatan Bisa Tembus Antibodi Penyintas Covid-19)
Menggunakan fosil sebagai kalibrasi, para peneliti memakai teknik penanggalan molekuler pada genom sejumlah kobra meludah sejati (spesies Naja), rinkhal (Hemachatus haemachatus), dan kerabat yang tidak meludah (Walterinnesia aegyptia dan Aspidelaps scutatus).
Hasil penelitian menunjukkan ular kobra meludah Afrika mengembangkan kebiasaan mereka yang menggiurkan antara 6,7 dan 10,7 juta tahun yang lalu. Kerabat Asia mereka mengikutinya 4 juta tahun kemudian. Rinkhal sulit dijabarkan tetapi pasti telah mengembangkan kemampuannya sejak 17 juta tahun yang lalu.
Efek kimia racun yang menyakitkan juga diuji dengan menggunakan sampel jaringan dan saraf yang hidup. "Kami menguji bagaimana komponen racun mempengaruhi saraf penginderaan rasa sakit," kata ahli saraf Irina Vetter dari Universitas Queensland di Australia. (Baca juga: Arkeolog Temukan Manuskrip Kitab Orang Mati di Pemakaman Kuno Mesir)
Jika digabungkan, hasil penjumlahan ini menyiratkan kobra yang menyemprotkan bisanya menggunakan kembali racun dan taring mereka secara mandiri, berubah menjadi mekanisme pertahanan yang mampu mengurangi predator besar.
Penelitian baru menunjukkan beberapa ular, seperti ular kobra benar-benar mengembangkan bisa mereka secara khusus untuk mengusir pemangsa potensial, termasuk manusia. Apa yang dilakukan ular ini tidak mematikan, namun memiliki efek sakit yang luar biasa. (Baca: Menghindari Kanibalisme, Belalang Jantan Gunakan Trik Baru Saat Kawin)
Studi oleh tim ilmuwan internasional menunjukkan jenis unik racun dan strategi bertahan yang berevolusi. Kobra meludah dan rinkhal adalah ular yang berkerabat dekat yang mampu menyemprotkan racun cukup jauh sehingga dapat membuat manusia yang tidak waspada mengalami kesakitan.
Efek yang dtimbulan dari semprotan bisa ular kobra itu sangat tidak menyenangkan. Bahan kimia dalam racun kobra yang mengenai kornea dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Jika semprotan bisa itu cukup banyak bahkan bisa menyebabkan kebutaan.
Ular pertama kali mengembangkan kemampuan untuk menyuntikkan racun ke mangsanya sekitar 60 hingga 80 juta tahun yang lalu. Sejak itu, ribuan spesies dalam superfamili Colubroidea telah mengubah cara dan memodifikasi bagian mulut mereka agar sesuai dengan kebutuhan makanan mereka. (Baca juga: Virus Strain Afrika Selatan Bisa Tembus Antibodi Penyintas Covid-19)
Menggunakan fosil sebagai kalibrasi, para peneliti memakai teknik penanggalan molekuler pada genom sejumlah kobra meludah sejati (spesies Naja), rinkhal (Hemachatus haemachatus), dan kerabat yang tidak meludah (Walterinnesia aegyptia dan Aspidelaps scutatus).
Hasil penelitian menunjukkan ular kobra meludah Afrika mengembangkan kebiasaan mereka yang menggiurkan antara 6,7 dan 10,7 juta tahun yang lalu. Kerabat Asia mereka mengikutinya 4 juta tahun kemudian. Rinkhal sulit dijabarkan tetapi pasti telah mengembangkan kemampuannya sejak 17 juta tahun yang lalu.
Efek kimia racun yang menyakitkan juga diuji dengan menggunakan sampel jaringan dan saraf yang hidup. "Kami menguji bagaimana komponen racun mempengaruhi saraf penginderaan rasa sakit," kata ahli saraf Irina Vetter dari Universitas Queensland di Australia. (Baca juga: Arkeolog Temukan Manuskrip Kitab Orang Mati di Pemakaman Kuno Mesir)
Jika digabungkan, hasil penjumlahan ini menyiratkan kobra yang menyemprotkan bisanya menggunakan kembali racun dan taring mereka secara mandiri, berubah menjadi mekanisme pertahanan yang mampu mengurangi predator besar.
(ysw)