Hasil Test D-Dimer Bisa Jadi Prediksi Tingkat Kematian Pasien COVID-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peran D-Dimer sangat diperlukan di tengah naiknya kasus virus Corona baru (COVID-19). Sebab prediktor awal dan efektif untuk hasil klinis sangat diperlukan guna meningkatkan manajemen pasien COVID-19 .
Pemeriksaan D-Dimer dari studi yang ada merupakan salah satu alat yang dapat dipakai sebagai prediktor awal untuk kegawatan dan mortalitas pasien COVID-19 . Hal ini kesimpulan dari hasil studi yang dilakukan oleh Dr Zhang dari Laboratory Medicine, Wuhan Asia Heart Hospital, China dan kolega yang telah dipublikasikan secara online dalam Journal of Thrombosis and Haemostasis baru-baru ini. Baca juga: Pemerintah akan Berikan Terapi MSC dan Exosome untuk Pasien Covid-19
D-dimer adalah fragmen protein yang muncul ketika bekuan darah larut dalam tubuh. D-dimer memang diperiksa pada pasien COVID-19.
Dalam kondisi normal, tubuh memiliki mekanisme untuk membekukan dan mengencerkan darah. Pembekuan darah terjadi antara lain ketika terjadi luka, untuk mencegah perdarahan terus menerus.
Pada infeksi COVID-19, virus SARS-CoV-2 menyebabkan gangguan pembekuan darah yang disebut koagulopati. Gangguan ini menyebabkan penggumpalan darah atau thrombosis di vena atau pembuluh darah balik yang mengalir ke jantung. Lihat juga: BPOM Setujui Penggunaan Vaksin Sinovac untuk Lansia
Studi Dr Zhang ini merupakan studi retrospektif dengan subjek pasien dengan laboratorium yang dikonfirmasi COVID-19 dan terdaftar di Rumah Sakit Umum Wuhan Asia dari 12-15 Maret 2020. Tingkat D-dimer saat masuk, dan angka kematian dikumpulkan untuk menghitung "cut off optimal" menggunakan "receiver operating characteristic curve".
Disitat dari laman kalbemed.com, subjek dibagi menjadi dua kelompok. Kemudian kematian di rumah sakit antara dua kelompok dibandingkan untuk menilai nilai prediksi tingkat D-dimer.
Dari data diperoleh 343 pasien yang memenuhi syarat terdaftar dalam penelitian ini. Nilai batas optimal D-dimer untuk memprediksi kematian di rumah sakit adalah 2,0 μg/mL dengan sensitivitas 92,3% dan spesifisitas 83,3%. Ada 67 pasien dengan D-dimer ≥2.0 μg/mL, dan 267 pasien dengan D-dimer <2.0 µg/mL saat masuk.
13 kematian terjadi selama dirawat di rumah sakit. Pasien dengan kadar D-dimer ≥2.0 μg/mL memiliki insidensi mortalitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar D-dimer <2,0 μg/mL (12/67 vs 1/267, P <0,001, HR: 51,5, 95 % CI: 12.9-206.7).
Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa D-dimer saat masuk lebih besar dari 2,0 μg/mL (peningkatan empat kali lipat) secara efektif dapat untuk memprediksi kematian di rumah sakit pada pasien dengan COVID-19. Hal ini mengindikasikan D-dimer bisa menjadi penanda awal dan bermanfaat untuk meningkatkan manajemen pasien COVID-19.
Pemeriksaan D-Dimer dari studi yang ada merupakan salah satu alat yang dapat dipakai sebagai prediktor awal untuk kegawatan dan mortalitas pasien COVID-19 . Hal ini kesimpulan dari hasil studi yang dilakukan oleh Dr Zhang dari Laboratory Medicine, Wuhan Asia Heart Hospital, China dan kolega yang telah dipublikasikan secara online dalam Journal of Thrombosis and Haemostasis baru-baru ini. Baca juga: Pemerintah akan Berikan Terapi MSC dan Exosome untuk Pasien Covid-19
D-dimer adalah fragmen protein yang muncul ketika bekuan darah larut dalam tubuh. D-dimer memang diperiksa pada pasien COVID-19.
Dalam kondisi normal, tubuh memiliki mekanisme untuk membekukan dan mengencerkan darah. Pembekuan darah terjadi antara lain ketika terjadi luka, untuk mencegah perdarahan terus menerus.
Pada infeksi COVID-19, virus SARS-CoV-2 menyebabkan gangguan pembekuan darah yang disebut koagulopati. Gangguan ini menyebabkan penggumpalan darah atau thrombosis di vena atau pembuluh darah balik yang mengalir ke jantung. Lihat juga: BPOM Setujui Penggunaan Vaksin Sinovac untuk Lansia
Studi Dr Zhang ini merupakan studi retrospektif dengan subjek pasien dengan laboratorium yang dikonfirmasi COVID-19 dan terdaftar di Rumah Sakit Umum Wuhan Asia dari 12-15 Maret 2020. Tingkat D-dimer saat masuk, dan angka kematian dikumpulkan untuk menghitung "cut off optimal" menggunakan "receiver operating characteristic curve".
Disitat dari laman kalbemed.com, subjek dibagi menjadi dua kelompok. Kemudian kematian di rumah sakit antara dua kelompok dibandingkan untuk menilai nilai prediksi tingkat D-dimer.
Dari data diperoleh 343 pasien yang memenuhi syarat terdaftar dalam penelitian ini. Nilai batas optimal D-dimer untuk memprediksi kematian di rumah sakit adalah 2,0 μg/mL dengan sensitivitas 92,3% dan spesifisitas 83,3%. Ada 67 pasien dengan D-dimer ≥2.0 μg/mL, dan 267 pasien dengan D-dimer <2.0 µg/mL saat masuk.
13 kematian terjadi selama dirawat di rumah sakit. Pasien dengan kadar D-dimer ≥2.0 μg/mL memiliki insidensi mortalitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar D-dimer <2,0 μg/mL (12/67 vs 1/267, P <0,001, HR: 51,5, 95 % CI: 12.9-206.7).
Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa D-dimer saat masuk lebih besar dari 2,0 μg/mL (peningkatan empat kali lipat) secara efektif dapat untuk memprediksi kematian di rumah sakit pada pasien dengan COVID-19. Hal ini mengindikasikan D-dimer bisa menjadi penanda awal dan bermanfaat untuk meningkatkan manajemen pasien COVID-19.
(iqb)