Ilmuwan Rekonstruksi Suara Alat Tiup Purba Berusia 17.000 Tahun

Jum'at, 12 Februari 2021 - 17:20 WIB
loading...
Ilmuwan Rekonstruksi...
Foto/Science Alert
A A A
PARIS - Setelah lebih dari 90 tahun berada di dalam museum Prancis, cangkang keong berusia 17.000 tahun yang dibentuk menjadi alat musik tiup mencoba dimainkan untuk penelitian alat musik purba itu.

Para ilmuwan percaya keong purba, dari spesies siput laut besar yang masih ada di Atlantik dan Laut Utara, adalah alat musik tiup tertua dari jenisnya yang pernah ditemukan. (Baca: NASA Merekam Pemandangan Menakjubkan Sungai Emas di Amazon Peru)

Cangkang itu ditemukan pada tahun 1931 di sebuah penggalian arkeologi di Pyrenees dekat mulut Gua Marsoulas. Dinding gua dilukis dengan karya seni orang Magdalenian yang tinggal di sana pada akhir zaman es terakhir.

Para arkeolog awalnya mengira keong itu tidak memiliki nilai seni yang dilakukan manusia purba. Arkeolog menyangka bahwa cangkang keong itu adalah wadah minum dalam suaru ritual kuno. Kemudian cangkang keong itu dibawa Museum Sejarah Alam di Toulouse dan dilupakan.

Tetapi pemeriksaan baru yang menggunakan teknologi modern menemukan jejak bahwa keong itu sengaja dibuat lubang untuk menghasilkan suara musik.

Dimainkan oleh seorang musisi, nada yang keluar dari cangkang keong itu mendekati nada C, C mayor dan D. Suaranya cukup keras dengan kekencangan mencapai 100 desibel. “Suara ini adalah tautan langsung dengan orang-orang Magdalenian,” kata Carole Fritz, ilmuwan senior di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis seperti dikutip Science Alert. (Baca juga: Orangutan di Penangkaran Telah Menciptakan Cara Baru untuk Berkomunikasi)

Instrumen yang lebih tua dari keong telah ditemukan - seruling yang dipangkas dari tulang burung besar seperti angsa dan elang - tetapi para peneliti mengatakan ini adalah cangkang cangkang tertua, melambangkan pentingnya laut bagi masyarakat Magdalenian.

Studi yang diterbitkan dalam Science Advances mengatakan penanggalan radio-karbon dari benda-benda di gua menunjukkan bahwa gua itu dihuni sekitar 18.000 tahun yang lalu. "Sepengetahuan kami, cangkang Marsoulas unik dalam konteks prasejarah, tidak hanya di Prancis tetapi juga pada skala Eropa Paleolitik dan mungkin dunia," katanya.

Salah satu petunjuk tentang pentingnya cangkang adalah penandaannya. Bintik-bintik merah yang dicat dengan ukuran dan bentuk sidik jari mirip dengan yang digunakan untuk menggambarkan bison di dinding gua. (Baca juga: Dianggap Mitos, Arkeolog Temukan Bukti Prajurit Wanita Amazon Benar-benar Ada)

"Ketika cangkang itu ditemukan pada tahun 1930-an, para arkeolog kemungkinan berasumsi bahwa ujungnya yang patah - meninggalkan lubang berdiameter 3,5 cm - disebabkan oleh kerusakan yang tidak disengaja," kata Gilles Tosello, peneliti di pusat seni prasejarah di Universitas Toulouse.

Pada pemeriksaan lebih dekat, para peneliti menemukan cangkang telah dimodifikasi dengan "teknik rumit". Menggunakan CT scan, teurngkap bahwa dua lubang sengaja dibuat untuk menghasilkan suara dai cangkang keong itu.

Orang-orang Magdalenian adalah pemburu prasejarah, tersebar di seluruh Eropa, dari Spanyol utara hingga Jerman, pada saat hewan seperti bison berkeliaran dalam kawanan besar. Kebudayaan mereka menghilang sekitar 12.000 tahun yang lalu saat iklim dingin mendekati berubah drastis.

Mereka meninggalkan banyak peralatan dan senjata batu serta gua-gua yang dihiasi lukisan, seperti Marsoulas dan Altamira di Spanyol. Para peneliti mengira keong mungkin telah berperan dalam ritual atau upacara, seperti yang masih terjadi saat ini di masyarakat modern dari Polinesia hingga Amerika Selatan. (Baca juga: Nelayan di Teluk Maine Temukan Lobster Langka Berwarna Kuning)

Dengan suaranya yang keras - kira-kira setara dalam desibel dengan kereta bawah tanah yang mendekat - orang Magdalena mungkin telah menggunakan cangkang sebagai perangkat panggilan.

"Suara yang dihasilkan luar biasa," kata Philippe Walter, direktur laboratorium arkeologi molekuler dan struktural di Universitas Sorbonne.
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2076 seconds (0.1#10.140)