Hewan Peliharaan Ternyata Ikut Menyumbang Emisi Karbon Sangat Tinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing di AS ternyata ikut menyumbang emisi karbon cukup tinggi. Berdasarkan penelitian, 160 juta anjing dan kucing di AS bertanggung jawab atas 25-30 persen dampak lingkungan dari daging yang dikonsumsi di negara tersebut.
Dalam buku berjudul "Time to Eat the Dog?", yang diterbitkan tahun 2009 lalu, Brenda dan Robert Vale memicu kemarahan pemilik hewan peliharaan karena mengatakan bahwa daging yang dimakan oleh anjing peliharaan rata-rata memiliki jejak karbon dua kali lipat daripada mengendarai SUV 10.000 kilometer. (Baca: Diambang Kehancuran, Bumi Akan Semakin Panas Akibat Emisi Karbon)
Satu dekade kemudian, putusan tentang dampak planet terkait dengan pola makan kucing dan anjing masih berlaku. "Saya tidak membenci hewan peliharaan," kata Gregory Okinawa, profesor di Institut Lingkungan dan Keberlanjutan Universitas California seperti dikutip Phys.org .
"Saya tahu hewan peliharaan membawa banyak kebaikan bagi manusia, baik sebagai hewan pekerja maupun hewan pendamping. Tapi, saya percaya bahwa ada sebagian orang yang ingin membuat pilihan memelihara hewan berdasarkan informasi yang ada," katanya kepada AFP.
Dalam sebuah studi tahun 2017, Okinawa memperkirakan 160 juta kucing dan anjing domestik di AS bertanggung jawab atas antara 25-30 persen dari dampak lingkungan dari daging yang dikonsumsi di negara tersebut. Itu berarti 64 juta ton CO2, setara dengan emisi tahunan 13 juta mobil bensin atau diesel.
Kelly Swanson, seorang profesor nutrisi hewan di University of Illinois, membantah temuan penelitian tersebut, dengan mengatakan bahwa penghitungan tersebut didasarkan pada asumsi yang tidak akurat. (Baca juga: Ilmuwan Ini Menjelaskan Apa yang Sebenarnya terjadi Ketika Manusia Mati)
"Karena sebagian besar makanan hewan didasarkan pada produk sekunder dari industri makanan manusia, terutama bahan yang berasal dari hewan, maka biaya lingkungan dari bahan-bahan tersebut tidak sama dengan yang dikonsumsi oleh manusia," katanya kepada AFP.
Untuk Sebastien Lefebvre, dari sekolah kedokteran hewan VetAgro-Sup Lyon, emisi karbon dari makanan hewani yang diproduksi secara massal secara konvensional dapat diabaikan.
Dia mengatakan, jeroan hewan bisa dijadikan makanan binatang peliharaan untuk menghindari pemborosan. Namun di beberapa negara, termasuk Belanda, daging dipelihara secara khusus untuk konsumsi hewan.
Sementara itu, Pim Martens, profesor di Universitas Maastricht, mengatakan, seperti halnya manusia jejak karbon hewan bergantung pada tempat Anda tinggal di dunia.
Dalam sebuah studi tahun 2019, Martens menemukan emisi seumur hidup seekor anjing dengan berat 10-20 kilogram di Belanda berkisar antara 4,2 - 17 ton CO2. Untuk anjing yang sama yang tinggal di China, emisi antara 3,7-19,1 ton. Namun di Jepang, anjing yang sama hanya menghasilkan 1,5-9,9 ton selama hidupnya.
Sepuluh ton CO2 kira-kira sama dengan emisi yang dihasilkan oleh dua mobil setiap tahun. Tetapi Martens mengatakan dia tidak menganggap perbandingan itu berguna. (Baca juga: Kapal Perang AS Akan Dipersenjatai Laser Pemburu dan Pembakar Drone)
Jadi, apa yang dapat dilakukan pecinta hewan yang sadar lingkungan untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh binatang peliharaan mereka? Okinawa menyarankan untuk mempertimbangkan spesies hewan lain sebagai hewan peliharaan, seperti hamster atau burung.
"Mungkin dari sudut pandang lain, memelihara kadal atau laba-laba besar lebih baik daripada seekor anjing. Tapi jika ingin lebih baik lagi anda jangan memelihara hewan sama sekali," kata Martens.
Dalam buku berjudul "Time to Eat the Dog?", yang diterbitkan tahun 2009 lalu, Brenda dan Robert Vale memicu kemarahan pemilik hewan peliharaan karena mengatakan bahwa daging yang dimakan oleh anjing peliharaan rata-rata memiliki jejak karbon dua kali lipat daripada mengendarai SUV 10.000 kilometer. (Baca: Diambang Kehancuran, Bumi Akan Semakin Panas Akibat Emisi Karbon)
Satu dekade kemudian, putusan tentang dampak planet terkait dengan pola makan kucing dan anjing masih berlaku. "Saya tidak membenci hewan peliharaan," kata Gregory Okinawa, profesor di Institut Lingkungan dan Keberlanjutan Universitas California seperti dikutip Phys.org .
"Saya tahu hewan peliharaan membawa banyak kebaikan bagi manusia, baik sebagai hewan pekerja maupun hewan pendamping. Tapi, saya percaya bahwa ada sebagian orang yang ingin membuat pilihan memelihara hewan berdasarkan informasi yang ada," katanya kepada AFP.
Dalam sebuah studi tahun 2017, Okinawa memperkirakan 160 juta kucing dan anjing domestik di AS bertanggung jawab atas antara 25-30 persen dari dampak lingkungan dari daging yang dikonsumsi di negara tersebut. Itu berarti 64 juta ton CO2, setara dengan emisi tahunan 13 juta mobil bensin atau diesel.
Kelly Swanson, seorang profesor nutrisi hewan di University of Illinois, membantah temuan penelitian tersebut, dengan mengatakan bahwa penghitungan tersebut didasarkan pada asumsi yang tidak akurat. (Baca juga: Ilmuwan Ini Menjelaskan Apa yang Sebenarnya terjadi Ketika Manusia Mati)
"Karena sebagian besar makanan hewan didasarkan pada produk sekunder dari industri makanan manusia, terutama bahan yang berasal dari hewan, maka biaya lingkungan dari bahan-bahan tersebut tidak sama dengan yang dikonsumsi oleh manusia," katanya kepada AFP.
Untuk Sebastien Lefebvre, dari sekolah kedokteran hewan VetAgro-Sup Lyon, emisi karbon dari makanan hewani yang diproduksi secara massal secara konvensional dapat diabaikan.
Dia mengatakan, jeroan hewan bisa dijadikan makanan binatang peliharaan untuk menghindari pemborosan. Namun di beberapa negara, termasuk Belanda, daging dipelihara secara khusus untuk konsumsi hewan.
Sementara itu, Pim Martens, profesor di Universitas Maastricht, mengatakan, seperti halnya manusia jejak karbon hewan bergantung pada tempat Anda tinggal di dunia.
Dalam sebuah studi tahun 2019, Martens menemukan emisi seumur hidup seekor anjing dengan berat 10-20 kilogram di Belanda berkisar antara 4,2 - 17 ton CO2. Untuk anjing yang sama yang tinggal di China, emisi antara 3,7-19,1 ton. Namun di Jepang, anjing yang sama hanya menghasilkan 1,5-9,9 ton selama hidupnya.
Sepuluh ton CO2 kira-kira sama dengan emisi yang dihasilkan oleh dua mobil setiap tahun. Tetapi Martens mengatakan dia tidak menganggap perbandingan itu berguna. (Baca juga: Kapal Perang AS Akan Dipersenjatai Laser Pemburu dan Pembakar Drone)
Jadi, apa yang dapat dilakukan pecinta hewan yang sadar lingkungan untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh binatang peliharaan mereka? Okinawa menyarankan untuk mempertimbangkan spesies hewan lain sebagai hewan peliharaan, seperti hamster atau burung.
"Mungkin dari sudut pandang lain, memelihara kadal atau laba-laba besar lebih baik daripada seekor anjing. Tapi jika ingin lebih baik lagi anda jangan memelihara hewan sama sekali," kata Martens.
(ysw)