Penjelasan LAPAN Terkait Warna yang Paling Dominan di Alam Semesta

Kamis, 02 September 2021 - 18:16 WIB
loading...
Penjelasan LAPAN Terkait...
Warna hitam di alam adalah ketiadaan cahaya yang dapat dideteksi oleh indra penglihatan maupun alat optik lainnya. Foto: ist
A A A
JAKARTA - Ketika mengamati langit cerah di siang hari, warna biru muda mendominasi sepanjang mata menyapu. Sedangkan ketika menjelang terbit maupun terbenam Matahari, warna langit menjadi lebih jingga. Fenomena ini terkait dengan hamburan sinar Matahari oleh partikel-partikel gas di atmosfer Bumi.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memaparkan, fenomena ini disebut juga sebagai Hamburan Rayleigh. Kemudian ketika malam hari, langit akan tampak hitam kelam. Namun, selanjutnya mungkin tak sedikit timbul pertanyaan mengenai apakah langit benar-benar berwarna hitam seperti yang dilihat ketika malam hari.



Andi Pangerang, Peneliti Pusat Sains dan Antariksa LAPAN, menjelaskan pada dasarnya hitam bukanlah warna. Hitam dalam spektrum elektromagnetik menunjukkan bahwa setiap spektrum lebih banyak diserap seluruhnya oleh benda dan tidak dapat lolos, ataupun dipantulkan kembali oleh benda tersebut.

Dengan kata lain, hitam adalah ketiadaan cahaya yang dapat dideteksi oleh indra penglihatan maupun alat optik lainnya. Terlebih lagi, jarak antarbintang yang cukup jauh tidak cukup membuat bintang terlihat seterang pusat tata surya di Bumi, yakni Matahari.

“Apa yang kita persepsikan sebagai warna, pada dasarnya adalah spektrum elektromagnetik yang dipantulkan kembali ke mata kita, yang mana di dalam bola mata kita terdapat tiga sel kerucut dan satu sel batang. Keempatnya terletak di retina di belakang bola mata kita," kata Andi, Kamis (2/9).

"Masing-masing sel kerucut ini peka terhadap tiga warna: merah, hijau dan biru. Sedangkan sel batang peka terhadap intensitas cahaya yang rendah. Prinsip serupa diterapkan oleh alat optik yang menggunakan charge-coupled device atau CCD, semacam sensor yang berfungsi untuk menangkap gambar," tambahnya.

Setiap spektrum elektromagnetik memiliki panjang gelombangnya masing-masing. Spektrum cahaya tampak atau spektrum kasatmata termasuk salah satu dari spektrum elektromagnetik yang masih dapat diamati oleh mata manusia.

Rentang panjang gelombangnya berkisar antara 400 hingga 700 nanometer (1 nanometer = sepersemiliar meter). Merah memiliki panjang gelombang yang lebih besar yakni 700 nanometer, sedangkan ungu memiliki panjang gelombang yang lebih pendek yakni 400 nanometer.

Andi menceritakan, Ivan Baldry dan Karl Glazebrook dari Johns Hopkins University, Maryland, Amerika Serikat, telah mengumpulkan sampel cahaya dari 200.000 galaksi yang memancarkan spektrum berbeda-beda dan mengolahnya ke dalam sebuah program komputer yang dapat menentukan spektrum tunggal rata-rata dari alam semesta, atau disebut juga spektrum kosmik.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3979 seconds (0.1#10.140)