Peneliti Kamboja Masuk Hutan Demi Lacak Asal-usul Covid-19
loading...
A
A
A
PHNOM PHEN - Peneliti nampaknya belum menyerah untuk mengungkap asal-usul Covid-19 yang menjangkiti hampir seluruh negara di dunia. Saat ini tim peneliti dari Institut Pasteur du Cambodge (IPC) di Phnom Penh mengumpulkan sampel kelelawar tapal kuda untuk diteliti.
Tes yang dilakukan pada kelelawar tapal kuda tahun lalu mengungkapkan kalau kelelawar ini kerabat dekat dengan kelelawar pembawa virus corona yang telah menewaskan lebih dari 4,6 juta orang di seluruh dunia.
Tim peneliti IPC yang beranggotakan delapan orang telah mengumpulkan sampel dari kelelawar dan mencatat spesies, jenis kelamin, usia, dan detail lainnya selama seminggu. Penelitian serupa sedang terjadi di Filipina.
“Kami berharap hasil dari penelitian ini dapat membantu dunia untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang COVID-19,” kata koordinator lapangan Thavry Hoem kepada Reuters, Senin (20/9/2021).
Dr. Veasna Duong, Kepala Virologi di IPC, mengatakan bahwa lembaganya telah melakukan empat perjalanan seperti itu dalam dua tahun terakhir, dengan harapan mendapatkan petunjuk tentang asal dan evolusi virus yang ditularkan oleh kelelawar.
"Kami ingin mencari tahu apakah virus itu masih ada dan untuk mengetahui bagaimana virus itu berevolusi," katanya kepada Reuters.
Proyek yang didanai Prancis juga bertujuan untuk melihat bagaimana perdagangan satwa liar dapat berperan, kata Julia Guillebaud, seorang insinyur penelitian di unit virologi IPC.
"(Proyek) bertujuan untuk memberikan pengetahuan baru tentang rantai perdagangan daging liar di Kamboja, mendokumentasikan keragaman betacoronavirus yang beredar melalui rantai ini, dan mengembangkan sistem deteksi dini yang fleksibel dan terintegrasi dari peristiwa penyebaran virus," kata Gillebaud.
Tes yang dilakukan pada kelelawar tapal kuda tahun lalu mengungkapkan kalau kelelawar ini kerabat dekat dengan kelelawar pembawa virus corona yang telah menewaskan lebih dari 4,6 juta orang di seluruh dunia.
Tim peneliti IPC yang beranggotakan delapan orang telah mengumpulkan sampel dari kelelawar dan mencatat spesies, jenis kelamin, usia, dan detail lainnya selama seminggu. Penelitian serupa sedang terjadi di Filipina.
“Kami berharap hasil dari penelitian ini dapat membantu dunia untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang COVID-19,” kata koordinator lapangan Thavry Hoem kepada Reuters, Senin (20/9/2021).
Dr. Veasna Duong, Kepala Virologi di IPC, mengatakan bahwa lembaganya telah melakukan empat perjalanan seperti itu dalam dua tahun terakhir, dengan harapan mendapatkan petunjuk tentang asal dan evolusi virus yang ditularkan oleh kelelawar.
"Kami ingin mencari tahu apakah virus itu masih ada dan untuk mengetahui bagaimana virus itu berevolusi," katanya kepada Reuters.
Proyek yang didanai Prancis juga bertujuan untuk melihat bagaimana perdagangan satwa liar dapat berperan, kata Julia Guillebaud, seorang insinyur penelitian di unit virologi IPC.
"(Proyek) bertujuan untuk memberikan pengetahuan baru tentang rantai perdagangan daging liar di Kamboja, mendokumentasikan keragaman betacoronavirus yang beredar melalui rantai ini, dan mengembangkan sistem deteksi dini yang fleksibel dan terintegrasi dari peristiwa penyebaran virus," kata Gillebaud.
(ysw)