Baterai Lithium-ion dari Bahan Daur Ulang Diklaim Dapat Bertahan Lebih Lama
loading...
A
A
A
BOSTON - Penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Worchester Polytechnic Institute di Massachusetts menyebutkan bahwa baterai lithium-ion dengan katoda daur ulang dapat bertahan lebih lama daripada baterai dengan katoda dari bahan baku yang baru.
“Berdasarkan penelitian kami, bahan daur ulang dapat bekerja sebaik, atau bahkan lebih baik daripada, bahan baku baru yang murni,” kata Yan Wang ilmuwan dari Worchester Polytechnic Institute di Massachusetts dikutip dari sciencenews.org, Selasa (2/11/2021). (Baca juga; Stellantis dan LG Patungan Bangun Pabrik Baterai Listrik di Amerika )
Meningkatnya permintaan baterai Lithium-ion untuk berbagai keperluan, seperti ponsel hingga kendaraan listrik, melampau pasokan bahan baku utamanya, seperti kobalt. Seiring dengan penemuan baterai Lithium-ion dengan katoda daur ulang, tentu dapat mencegah kekurangan pasokan baterai Lithium-ion
Namun, beberapa produsen khawatir penggunaan bahan daur ulang menyisakan sejumlah masalah, seperti kotoran dalam bahan daur ulang dapat menyebabkan kinerja baterai tidak stabil. Setelah melakukan serangkaian uji coba, Wang menyebutkan bahwa baterai Lithium-ion dengan katoda daur ulang mempunyai daya tahan yang lebih baik.
Wang dan rekan-rekannya menggunakan baterai bekas dan mengekstrak elektroda. Kemudian melarutkan logam dari bit baterai tersebut dalam larutan asam. Untuk menghilangkan kotoran besi dan tembaga, dengan mengubah pH larutan. (Baca juga; Inovatif, Mahasiswa UB Buat Baterai Mobil Listrik dari Tempurung Kelapa )
Tujuannya untuk memulihkan lebih dari 90 persen tiga logam utama, yaitu nikel, mangan, dan kobalt. Setelah tiga logam dasar ini bersih kemudian dibentuk sebagai dasar untuk bahan katoda. Kemudian katoda daur ulang ini digunakan dalam baterai Lithium-ion.
Dalam pengujian, baterai ini mampu mempertahankan kapasitasnya untuk menyimpan energi setelah digunakan berulang kali dan diisi ulang. Baterai dengan katoda daur ulang mengungguli baterai yang dibuat dengan bahan komersial baru dengan komposisi yang sama.
Setelah 11.600 siklus pengisian, baterai dengan katoda daur ulang baru kehilangan 30 persen kapasitas awalnya. Itu setara dengan 50 persen lebih baik dari 7.600 siklus pengisian baterai dengan katoda baru. “Dari ribuan siklus ekstra itu diketahui bahwa kinerja baterai (daur ulang) masih lebih baik,” kata Wang.
“Berdasarkan penelitian kami, bahan daur ulang dapat bekerja sebaik, atau bahkan lebih baik daripada, bahan baku baru yang murni,” kata Yan Wang ilmuwan dari Worchester Polytechnic Institute di Massachusetts dikutip dari sciencenews.org, Selasa (2/11/2021). (Baca juga; Stellantis dan LG Patungan Bangun Pabrik Baterai Listrik di Amerika )
Meningkatnya permintaan baterai Lithium-ion untuk berbagai keperluan, seperti ponsel hingga kendaraan listrik, melampau pasokan bahan baku utamanya, seperti kobalt. Seiring dengan penemuan baterai Lithium-ion dengan katoda daur ulang, tentu dapat mencegah kekurangan pasokan baterai Lithium-ion
Namun, beberapa produsen khawatir penggunaan bahan daur ulang menyisakan sejumlah masalah, seperti kotoran dalam bahan daur ulang dapat menyebabkan kinerja baterai tidak stabil. Setelah melakukan serangkaian uji coba, Wang menyebutkan bahwa baterai Lithium-ion dengan katoda daur ulang mempunyai daya tahan yang lebih baik.
Wang dan rekan-rekannya menggunakan baterai bekas dan mengekstrak elektroda. Kemudian melarutkan logam dari bit baterai tersebut dalam larutan asam. Untuk menghilangkan kotoran besi dan tembaga, dengan mengubah pH larutan. (Baca juga; Inovatif, Mahasiswa UB Buat Baterai Mobil Listrik dari Tempurung Kelapa )
Tujuannya untuk memulihkan lebih dari 90 persen tiga logam utama, yaitu nikel, mangan, dan kobalt. Setelah tiga logam dasar ini bersih kemudian dibentuk sebagai dasar untuk bahan katoda. Kemudian katoda daur ulang ini digunakan dalam baterai Lithium-ion.
Dalam pengujian, baterai ini mampu mempertahankan kapasitasnya untuk menyimpan energi setelah digunakan berulang kali dan diisi ulang. Baterai dengan katoda daur ulang mengungguli baterai yang dibuat dengan bahan komersial baru dengan komposisi yang sama.
Setelah 11.600 siklus pengisian, baterai dengan katoda daur ulang baru kehilangan 30 persen kapasitas awalnya. Itu setara dengan 50 persen lebih baik dari 7.600 siklus pengisian baterai dengan katoda baru. “Dari ribuan siklus ekstra itu diketahui bahwa kinerja baterai (daur ulang) masih lebih baik,” kata Wang.
(wib)