Mengenal Tradisi Suku Sepik, Menyayat Kulit untuk Mengambil Kekuasaan Buaya

Rabu, 09 Februari 2022 - 10:44 WIB
loading...
Mengenal Tradisi Suku Sepik, Menyayat Kulit untuk Mengambil Kekuasaan Buaya
Bagi suku di Sepik, Papua Nugini, buaya adalah simbol kekuasaan dan mereka sangat takut dan menghormati binatang tersebut. Foto/Instagram @pagahillestate
A A A
JAKARTA - Bagi suku di Sepik, Papua Nugini, buaya adalah simbol kekuasaan dan mereka sangat takut dan menghormati binatang tersebut. Untuk mengambil energi kekuasaan dari reptil tersebut, suku Sepik melakukan tradisi skarifikasi atau menyayat kulit anak-anak yang beranjak dewasa menyerupai buaya.

Dikutip dari BBC News, Rabu (9/2/2022), budaya animisme suku Sepik menganggap bahwa buaya mewujudkan kekuatan bagi mereka dengan upacara inisiasi.

Tak sembarang melakukan ritual ini, upacara inisiasi hanya bisa dilakukan di rumah roh atau Haus Tambaran yang berada di sepanjang sungai Sepik di utara Papua Nugini.



Bagi dunia modern, upacara inisiasi ini bisa dibilang paling ekstrem di dunia. Para pria Sepik diiris punggung, bahu, dan tubuh bagian atas dengan pisau silet hingga meninggalkan bekas luka memanjang yang menyerupai kulit buaya .

Ketua Dewan Desa Parambei Suku Sepik, Aaron Malingi mengatakan, anak laki-laki yang menjalani upacara inisiasi ini dibawa oleh paman mereka ke rumah roh.

"Punggung mereka akan diiris dan disayat dengan silet hingga meninggalkan luka. Dulunya luka itu dibuat menggunakan bambu yang diruncingkan. Ini bisa memakan waktu sekitar dua jam," katanya.

Malingi menceritakan beratnya upacara inisiasi ini sehingga beberapa anak-anak pingsan karena kesakitan. Sedangkan para pria yang lebih tua memainkan seruling suci untuk menenangkan anak-anak tersebut.

"Kulit yang sudah dilukai akan ditutup getah pohon dan tanah liat sungai Sepik untuk mencegah infeksi," katanya.

Setelah menjalani upacara yang menyakitkan ini, para pemuda akan menghabiskan waktu beberapa bulan di dalam rumah roh untuk mempelajari keterampilan hidup.

Mengenal Tradisi Suku Sepik, Menyayat Kulit untuk Mengambil Kekuasaan Buaya


“Mereka mendapatkan pengetahuan tentang roh desa, bagaimana memancing, mengukir, dan bagaimana menghidupi istri dan keluarga mereka,” kata Malingi.

Buaya begitu unggul di Sepik karena binatang ini merupakan simbol kekuasaan. "Kami takut pada buaya tetapi mengambil energi dari kekuatan itu," ujar Malingi.

Malingi juga menceritakan mitos yang beredar di suku sepik, dimana mereka adalah keturunan buaya yang muncul dari sungai dan berjalan di darat.



Namun upacara skarifikasi ini mulai berkurang dilakukan karena pengaruh gereja setelah kedatangan kolonial Jerman sekitar tahun 1885. Namun tetap saja, rumah roh atau Haus Tambaran masih terjaga oleh suku Sepik.

Di Desa Parambei, skarifikasi tetap dilakukan hampir setiap tahun tak terpengaruh dengan gereja. “Semangat selalu kuat di desa kami, walau para misionaris telah mempengaruhi praktik kami,” kata Malingi.

Malingi mengungkapkan bahwa upacara inisiasi ini biasa dilakukan setiap bulan November. “Penting bagi kami untuk melanjutkan ini di Parambei. Pemotongan buaya memberi kita rasa tujuan. Setelah para pria mengalami rasa sakit karena pemotongan, mereka siap untuk apa pun dalam hidup," pungkasnya.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1368 seconds (0.1#10.140)