Si Pembunuh Kenikmatan, Ini Penyebab Kematian Setelah Berhubungan Seksual
loading...
A
A
A
DALAM beberapa kasus, orang yang pernah mengalami serangan jantung khawatir untuk kembali melakukan hubungan seksual . Mereka takut aktivitas seksual akan menekan jantung dan menimbulkan efek yang membahayakan.
Penelitian baru menunjukkan bahwa ketakutan itu bisa diterima dan wajar, meskipun bukan satu-satunya penyebab yang berisiko. Para penelitian dari St. George's University of London yang diterbitkan dalam JAMA Cardiology yang dikutip SINDOnews dari laman Jpos, Senin (21/2/2022) mengungkap, detail penyebab kematian saat atau setelah berhubungan seksual.
Dari penelitian kematian akibat serangan jantung mendadak yang dirujuk ke Pusat Patologi Jantung St. George antara Januari 1994 dan Agustus 2020, diketahui ada 6.847 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 17 kasus atau 0,2%, kasus kematian terjadi selama atau satu jam setelah aktivitas seksual.
Dalam kasus ini diketahui, usia rata-rata adalah 38 tahun. Ini berbeda dengan pandangan awal yang mengira risiko kematian jantung mendadak lebih tinggi seiring bertambahnya usia. Bahkan, 35% kasus terjadi pada wanita, angka yang lebih tinggi dari penelitian sebelumnya.
Kematian ini biasanya tidak disebabkan oleh serangan jantung, seperti yang terlihat pada pria yang lebih tua. Dalam setengah kasus atau sekitar 53%, jantung ditemukan secara struktural normal. Diteliti lebih jauh ternyata penyebab kematian akibat aritmia mendadak.
Aritmia adalah kondisi detak jantung yang tidak normal, seperti tidak beraturan, terlalu cepat, atau terlalu lambat. Aritmia jantung terjadi saat impuls listrik di jantung tidak bekerja dengan baik. Gejalanya, nyaris tidak dirasakan, karena dapat berupa dada berdebar, nyeri dada, pingsan, atau pusing.
Penyebab terbesar kedua, adalah diseksi aorta sebanyak 12%. Ini adalah kondisi yang mengancam jiwa di mana ada ruptur di lapisan terdalam dinding aorta. Diseksi aorta (pemisahan lapisan dinding aorta) adalah darurat medis ketika lapisan bagian dalam pembuluh darah besar yang bercabang jantung (aorta) memiliki sobekan.
Kondisi ini paling umum terjadi pada pria berusia 60-an dan 70-an. Gejalanya, termasuk rasa nyeri mendadak di dada atau punggung atas yang menjalar ke leher atau turun ke pinggang, hilangnya kesadaran, dan sesak napas.
Kasus lainnya disebabkan oleh kelainan anatomi seperti kardiomiopati. Ini adalah penyakit otot jantung yang membuat jantung sulit memompa darah ke seluruh tubuh, atau kelompok kondisi genetik yang langka.
Secara keseluruhan kasus kematian selama atau satu jam setelah berhubungan seksual sangat rendah atau sekitar 0,6% dari semua kasus kematian mendadak. Dalam kebanyakan kasus, kematian tersebut disebabkan kelebihan fisik selama atau setelah aktivitas seksual.
Selain itu, ditemukan juga akibat penggunaan obat resep tertentu dan penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain. Jadi sangat penting untuk melakukan hubungan seksual secara sehat agar tidak menimbulkan risiko yang membahayakan jiwa.
Sebab, aktivitas seksual memiliki efek fisik dan psikologis yang sangat baik, akibat adanya pelepasan hormon oksitosin, yang disebut hormon cinta. Aktivitas seksual yang sehat mampu mengurangi tekanan darah tinggi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu tidur lebih nyenyak, dan mengurangi stres.
Penelitian baru menunjukkan bahwa ketakutan itu bisa diterima dan wajar, meskipun bukan satu-satunya penyebab yang berisiko. Para penelitian dari St. George's University of London yang diterbitkan dalam JAMA Cardiology yang dikutip SINDOnews dari laman Jpos, Senin (21/2/2022) mengungkap, detail penyebab kematian saat atau setelah berhubungan seksual.
Dari penelitian kematian akibat serangan jantung mendadak yang dirujuk ke Pusat Patologi Jantung St. George antara Januari 1994 dan Agustus 2020, diketahui ada 6.847 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 17 kasus atau 0,2%, kasus kematian terjadi selama atau satu jam setelah aktivitas seksual.
Dalam kasus ini diketahui, usia rata-rata adalah 38 tahun. Ini berbeda dengan pandangan awal yang mengira risiko kematian jantung mendadak lebih tinggi seiring bertambahnya usia. Bahkan, 35% kasus terjadi pada wanita, angka yang lebih tinggi dari penelitian sebelumnya.
Kematian ini biasanya tidak disebabkan oleh serangan jantung, seperti yang terlihat pada pria yang lebih tua. Dalam setengah kasus atau sekitar 53%, jantung ditemukan secara struktural normal. Diteliti lebih jauh ternyata penyebab kematian akibat aritmia mendadak.
Aritmia adalah kondisi detak jantung yang tidak normal, seperti tidak beraturan, terlalu cepat, atau terlalu lambat. Aritmia jantung terjadi saat impuls listrik di jantung tidak bekerja dengan baik. Gejalanya, nyaris tidak dirasakan, karena dapat berupa dada berdebar, nyeri dada, pingsan, atau pusing.
Penyebab terbesar kedua, adalah diseksi aorta sebanyak 12%. Ini adalah kondisi yang mengancam jiwa di mana ada ruptur di lapisan terdalam dinding aorta. Diseksi aorta (pemisahan lapisan dinding aorta) adalah darurat medis ketika lapisan bagian dalam pembuluh darah besar yang bercabang jantung (aorta) memiliki sobekan.
Kondisi ini paling umum terjadi pada pria berusia 60-an dan 70-an. Gejalanya, termasuk rasa nyeri mendadak di dada atau punggung atas yang menjalar ke leher atau turun ke pinggang, hilangnya kesadaran, dan sesak napas.
Kasus lainnya disebabkan oleh kelainan anatomi seperti kardiomiopati. Ini adalah penyakit otot jantung yang membuat jantung sulit memompa darah ke seluruh tubuh, atau kelompok kondisi genetik yang langka.
Secara keseluruhan kasus kematian selama atau satu jam setelah berhubungan seksual sangat rendah atau sekitar 0,6% dari semua kasus kematian mendadak. Dalam kebanyakan kasus, kematian tersebut disebabkan kelebihan fisik selama atau setelah aktivitas seksual.
Selain itu, ditemukan juga akibat penggunaan obat resep tertentu dan penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain. Jadi sangat penting untuk melakukan hubungan seksual secara sehat agar tidak menimbulkan risiko yang membahayakan jiwa.
Sebab, aktivitas seksual memiliki efek fisik dan psikologis yang sangat baik, akibat adanya pelepasan hormon oksitosin, yang disebut hormon cinta. Aktivitas seksual yang sehat mampu mengurangi tekanan darah tinggi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu tidur lebih nyenyak, dan mengurangi stres.
(wib)