7 Bom Paling Berbahaya di Dunia, Nomor 6 Sangat Mengerikan

Senin, 21 Februari 2022 - 16:15 WIB
loading...
A A A
Bom nuklir TX-21, juga dikenal sebagai bom termonuklir adalah senjata yang pertama kali diuji pada 1 Maret 1954 di Bikini Atoll di Kepulauan Marshall. Bom ini memiliki berat sekitar 10,6 ton dan panjang sekitar 179,5 inci.

Bom besar itu berkekuatan 15 Megaton atau sekitar 1.000 kali lebih kuat daripada bom atom. Dalam satu detik setelah ledakannya, bom ini membentuk bola api selebar 7,2 kilometer yang terlihat lebih dari 402 kilometer jauhnya.

Ledakannya juga menciptakan awan jamur setinggi 14 kilometer dalam waktu kurang dari satu menit. Hampir 11.265 kilometer persegi dari sekitar Samudera Pasifik terkontaminasi dengan puing-puing radioaktif yang mencemari daerah-daerah seperti Rongerik, Utirik, dan Rongelap.

Akibat angin kencang selama pengujian, zat radioaktif juga ditemukan sejauh Asia Tenggara, Australia, Eropa, dan Barat Daya Amerika Serikat selama beberapa minggu setelah ledakan.

6. Tsar Bomba (50 Megaton)

7 Bom Paling Berbahaya di Dunia, Nomor 6 Sangat Mengerikan


Bom Hidrogen RDS-220 atau dijuluki "Tsar Bomba" adalah bom paling kuat yang pernah dibuat dan diledakkan oleh Uni Soviet pada 30 Oktober 1961 di atas Novaya Zemlya, tepat di utara Selat Matochkin. Dijatuhkan oleh pesawat pengebom Soviet Tu-95V yang dimodifikasi, bom itu memiliki berat sekitar 27 ton dan panjangnya 8 meter dengan lebar 2 meter.

Karena ukurannya yang luar biasa dan kekuatan penghancurnya yang mencapai 50 Megaton, parasut khusus dibuat untuk memperlambat jatuhnya bom ke bumi. Namun tanpa sepengetahuan kru, ilmuwan Soviet memberi pilot hanya peluang 50 persen untuk benar-benar selamat dari ledakan begitu ledakan terjadi.



Pukul 23.32, Tsar Bomba dijatuhkan dari ketinggian 10,5 kilometer dan diledakkan sekitar 4.000 meter di atas permukaan tanah. Ledakan nuklir yang mencapai hasil 58,6 Megaton, begitu kuat sehingga gelombang kejut dirasakan lebih dari 127 mil jauhnya oleh pesawat observasi (Tu-16 Soviet).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1519 seconds (0.1#10.140)