Main Video Game Bikin Anak Lebih Cerdas Ketimbang Nonton Televisi dan Internet
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penemuan menarik dari Karolinska Institutet, Swedia menyimpulkan anak-anak yang main video game di atas rata-rata mengalami peningkatan kecerdasan dibanding nonton televisi dan internet. Penelitian dilakukan dengan melibatkan 5.000 anak-anak dalam rentang usia 10-12 tahun.
Metode penelitian dilakukan dalam dua tahap. Pertama, anak-anak yang ikut serta dalam penelitian menjalani sesi tanya jawab dan kuesioner mengenai kebiasaan sehari-hari.
Termasuk menonton televisi, bermain video game dan berselancar di dunia maya. Dalam tahapan awal itu seluruh orang tua dari anak-anak juga dilibatkan untuk memberikan informasi durasi kegiatan-kegiatan tadi.
Dari tahapan pertama diketahui, rata-rata anak-anak menghabiskan dua setengah jam sehari menonton video online atau program TV, setengah jam bersosialisasi online, dan satu jam bermain video game.
Tahapan selanjutnya, dua tahun kemudian, tim peneliti dari Karolinska Institue kembali melakukan survei ulang kepada 5.000 anak-anak. Hanya saja ada hal baru di tahapan kedua dimana seluruh anak-anak harus menjalani sesi tes psikologi.
Para peneliti membuat indeks kecerdasan dari lima tugas. Dua pada pemahaman membaca dan kosa kata. Selain itu kemampuan perhatian dan fungsi eksekutif. Ada juga tugas dalam tu menilai pemrosesan visual-spasial, dan terakhir pada kemampuan belajar.
Tes psikologi yang dilakukan setelah dua tahun agar para peneliti bisa mempelajari bagaimana kinerja anak-anak yang memang sangat bervariasi dari satu sesi pengujian yang lain. Selain itu perlu dilakukan perbandingan untuk mengontrol perbedaan individu dalam tes pertama.
Para peneliti juga mempertimbangkan perbedaan genetik di antara responden. Termasuk juga latar belakang pendidikan dan pendapatan orang tua.
Metode penelitian dilakukan dalam dua tahap. Pertama, anak-anak yang ikut serta dalam penelitian menjalani sesi tanya jawab dan kuesioner mengenai kebiasaan sehari-hari.
Termasuk menonton televisi, bermain video game dan berselancar di dunia maya. Dalam tahapan awal itu seluruh orang tua dari anak-anak juga dilibatkan untuk memberikan informasi durasi kegiatan-kegiatan tadi.
Dari tahapan pertama diketahui, rata-rata anak-anak menghabiskan dua setengah jam sehari menonton video online atau program TV, setengah jam bersosialisasi online, dan satu jam bermain video game.
Tahapan selanjutnya, dua tahun kemudian, tim peneliti dari Karolinska Institue kembali melakukan survei ulang kepada 5.000 anak-anak. Hanya saja ada hal baru di tahapan kedua dimana seluruh anak-anak harus menjalani sesi tes psikologi.
Para peneliti membuat indeks kecerdasan dari lima tugas. Dua pada pemahaman membaca dan kosa kata. Selain itu kemampuan perhatian dan fungsi eksekutif. Ada juga tugas dalam tu menilai pemrosesan visual-spasial, dan terakhir pada kemampuan belajar.
Tes psikologi yang dilakukan setelah dua tahun agar para peneliti bisa mempelajari bagaimana kinerja anak-anak yang memang sangat bervariasi dari satu sesi pengujian yang lain. Selain itu perlu dilakukan perbandingan untuk mengontrol perbedaan individu dalam tes pertama.
Para peneliti juga mempertimbangkan perbedaan genetik di antara responden. Termasuk juga latar belakang pendidikan dan pendapatan orang tua.