5 Ilmuwan Indonesia yang Terkenal di Luar Negeri, Nomor 3 Pernah Menjabat Presiden RI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah ilmuwan Indonesia dikenal dan sukses di luar negeri karena berbagai prestasi yang berhasil ditemukan. Bahkan hasil penemuan para ilmuwan Indonesia yang sukses di luar negeri banyak dipakai secara luas.
Kesuksesan para ilmuwan Indonesia tentu menjadi kebanggaan tersendiri dan menunjukkan kontribusi bagi ilmu pengetahuan. Dari banyak ilmuwan Indonesia yang terkenal dan sukses di luar negeri, berikut 5 di antaranya yang dirangkum SINDOnews dari berbagai sumber.
1. Johny Setiawan
Foto/Wikipedia
Johny Setiawan lahir di Jakarta pada 16 Agustus 1974 adalah seorang astronom dan astrofisikawan yang dikenal sebagai penemu banyak planet ekstrasurya. Johny Setiawan adalah astronom asal Indonesia yang bekerja sebagai peneliti di Departemen Pembentukan Bintang dan Planet, Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman.
Johny menyelesaikan studi doktoralnya di Albert Ludwigs University of Freiburg, Jerman. Dia dikenal karena telah menemukan lebih dari 15 planet baru di tata surya, yaitu HD-47536b, HD 11977b, TW Hydrae b dan masih banyak lagi di tahun 2010.
Salah satu planet yang berhasil ditemukan dijadikan sebagai salah satu planet Top 10 Science Discoveries dalam edisi majalah TIME. Dia adalah satu-satunya ilmuwan non-Jerman yang mengepalai proyek tim di Institut Astronomi Max Planck di Heidelberg, Jerman.
2. Yogi Ahmad Erlangga
Foto/Blog Penemu
Yogi Ahmad Erlangga lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 8 Oktober 1974 dan dikenal sebagai ilmuwan yang berhasil memecahkan Persamaan Helmholtz menggunakan matematika numerik secara cepat (robust). Rumus ini dikenal sangat sulit dan hampir 30 tahun sulit dipecahkan.
Yogi Ahmad Erlangga, melalui riset doktoralnya, berhasil memecahkan rumus persamaan Helmholtz dengan predikat summa cumlaude pada tahun 2010 di Delft University of Technology (DUT), Belanda. Formula ini memungkinkan para insinyur untuk secara efektif dan mudah menemukan minyak dari bumi dengan menghitung gelombang elektromagnetik di dalamnya secara akurat.
Yogi Ahmad Erlangga yang lulus Teknik Penerbangan ITB pada 1998 saat ini mengajar sebagai dosen di universitas Al-Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Persamaan Helmholtz yang dipecahkan juga bisa mengukur gelombang elektromagnetik untuk laser, penyimpanan data pada Disc Blu-ray, hingga radar penerbangan.
3. Bacharuddin Jusuf Habibie
Foto/Dok/SINDOnews
Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang populer disebut BJ Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau adalah Presiden ketiga Indonesia, seorang insinyur, dan industrialis penerbangan.
BJ Habibie memperoleh gelar sarjana di Technische Hoschule Aachen di Aachen, Jerman dan kemudian melanjutkan untuk mendapatkan gelar doktor di RWTH Aaachen. BJ Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, kemudian 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude
BJ Habibie mengembangkan teori tentang termodinamika, konstruksi pesawat, dan aerodinamika yang dikenal dunia sebagai Faktor Habibie, Teorema Habibie, dan Metode Habibie. Dia juga memprakarsai pembuatan pesawat N-250 saat kembali ke Indonesia dan diangkat sebagai CEO Indonesia Aerospace pada tahun 1974.
4. Warsito Taruno
Foto/Fransisco.id
Warsito Taruno lahir di Karanganyar pada 15 Mei 1967 dikenal sebagai ahli kimia dan elektro yang menemukan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECTV) atau teknologi pemindai 4D pertama di dunia. Teknologi ini lebih baik daripada MRI dan CT-scan karena sistem 4D memungkinkan pemindaian pasien dilakukan dengan mudah dan bahkan lebih cepat.
Dia menyelesaikan studi S1 dan S2 pada jurusan Teknik Kimia di Shizuoka University dan S3 pada jurusan Teknik Elektro di Universitas yang sama. Di dunia industri, ECVT yang digagas dan dikembangkan oleh Wasito mampu melacak partikel bergerak secara simultan berkecapatan sangat tinggi dalam mesin reactor, sebuah fenomena yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan simulasi super komputer.
Sementara di dunia medis, ECVT merupakan alternative system pemindaian dengan biaya murah, bebas radiasi, deteksi seketika atas kelainan fisiologis dalam payudara dan otak yang disebabkan oleh tumor, epilepsy, penyakit Alzheimer dan disfungsi otak lainnya.
5. Yohanes Surya
Foto/yohanessurya.com
Yohanes Surya lahir di Jakarta pada tanggal 6 November 1963 dikenal sebagai fisikawan yang cerdas dan produktif menulis buku. Dia mulai memperdalam fisika pada jurusan Fisika MIPA Universitas Indonesia hingga tahun 1986, selanjutnya menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat.
Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya di tahun 1994 dengan predikat cum laude. Setelah mendapatkan gelar doktor, Yohanes Surya menjadi Consultant of Theoretical Physics di TJNAF/CEBAF (Continous Electron Beam Accelerator Facility) Virginia, Amerika Serikat (1994).
Hal menarik dari Prof Yohanes Surya ketika mengatakan bahwa orang Indonesia itu cerdas, jika diberi kesempatan dan dilatih dengan baik. ”Tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar.”
Yohanes Surya produktif menulis buku untuk bidang Fisika/Matematika. Ada 68 buku sudah ditulis untuk siswa SD sampai SMA. Dia juga menulis ratusan artikel Fisika di jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional sehingga mencetuskan istilah Mestakung (Semesta Mendukung) serta pembelajaran Gasing (Gampang, Asyik, Menyenangkan).
Kesuksesan para ilmuwan Indonesia tentu menjadi kebanggaan tersendiri dan menunjukkan kontribusi bagi ilmu pengetahuan. Dari banyak ilmuwan Indonesia yang terkenal dan sukses di luar negeri, berikut 5 di antaranya yang dirangkum SINDOnews dari berbagai sumber.
1. Johny Setiawan
Foto/Wikipedia
Johny Setiawan lahir di Jakarta pada 16 Agustus 1974 adalah seorang astronom dan astrofisikawan yang dikenal sebagai penemu banyak planet ekstrasurya. Johny Setiawan adalah astronom asal Indonesia yang bekerja sebagai peneliti di Departemen Pembentukan Bintang dan Planet, Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman.
Johny menyelesaikan studi doktoralnya di Albert Ludwigs University of Freiburg, Jerman. Dia dikenal karena telah menemukan lebih dari 15 planet baru di tata surya, yaitu HD-47536b, HD 11977b, TW Hydrae b dan masih banyak lagi di tahun 2010.
Salah satu planet yang berhasil ditemukan dijadikan sebagai salah satu planet Top 10 Science Discoveries dalam edisi majalah TIME. Dia adalah satu-satunya ilmuwan non-Jerman yang mengepalai proyek tim di Institut Astronomi Max Planck di Heidelberg, Jerman.
2. Yogi Ahmad Erlangga
Foto/Blog Penemu
Yogi Ahmad Erlangga lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 8 Oktober 1974 dan dikenal sebagai ilmuwan yang berhasil memecahkan Persamaan Helmholtz menggunakan matematika numerik secara cepat (robust). Rumus ini dikenal sangat sulit dan hampir 30 tahun sulit dipecahkan.
Yogi Ahmad Erlangga, melalui riset doktoralnya, berhasil memecahkan rumus persamaan Helmholtz dengan predikat summa cumlaude pada tahun 2010 di Delft University of Technology (DUT), Belanda. Formula ini memungkinkan para insinyur untuk secara efektif dan mudah menemukan minyak dari bumi dengan menghitung gelombang elektromagnetik di dalamnya secara akurat.
Yogi Ahmad Erlangga yang lulus Teknik Penerbangan ITB pada 1998 saat ini mengajar sebagai dosen di universitas Al-Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Persamaan Helmholtz yang dipecahkan juga bisa mengukur gelombang elektromagnetik untuk laser, penyimpanan data pada Disc Blu-ray, hingga radar penerbangan.
3. Bacharuddin Jusuf Habibie
Foto/Dok/SINDOnews
Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang populer disebut BJ Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau adalah Presiden ketiga Indonesia, seorang insinyur, dan industrialis penerbangan.
BJ Habibie memperoleh gelar sarjana di Technische Hoschule Aachen di Aachen, Jerman dan kemudian melanjutkan untuk mendapatkan gelar doktor di RWTH Aaachen. BJ Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, kemudian 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude
BJ Habibie mengembangkan teori tentang termodinamika, konstruksi pesawat, dan aerodinamika yang dikenal dunia sebagai Faktor Habibie, Teorema Habibie, dan Metode Habibie. Dia juga memprakarsai pembuatan pesawat N-250 saat kembali ke Indonesia dan diangkat sebagai CEO Indonesia Aerospace pada tahun 1974.
4. Warsito Taruno
Foto/Fransisco.id
Warsito Taruno lahir di Karanganyar pada 15 Mei 1967 dikenal sebagai ahli kimia dan elektro yang menemukan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECTV) atau teknologi pemindai 4D pertama di dunia. Teknologi ini lebih baik daripada MRI dan CT-scan karena sistem 4D memungkinkan pemindaian pasien dilakukan dengan mudah dan bahkan lebih cepat.
Dia menyelesaikan studi S1 dan S2 pada jurusan Teknik Kimia di Shizuoka University dan S3 pada jurusan Teknik Elektro di Universitas yang sama. Di dunia industri, ECVT yang digagas dan dikembangkan oleh Wasito mampu melacak partikel bergerak secara simultan berkecapatan sangat tinggi dalam mesin reactor, sebuah fenomena yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan simulasi super komputer.
Sementara di dunia medis, ECVT merupakan alternative system pemindaian dengan biaya murah, bebas radiasi, deteksi seketika atas kelainan fisiologis dalam payudara dan otak yang disebabkan oleh tumor, epilepsy, penyakit Alzheimer dan disfungsi otak lainnya.
5. Yohanes Surya
Foto/yohanessurya.com
Yohanes Surya lahir di Jakarta pada tanggal 6 November 1963 dikenal sebagai fisikawan yang cerdas dan produktif menulis buku. Dia mulai memperdalam fisika pada jurusan Fisika MIPA Universitas Indonesia hingga tahun 1986, selanjutnya menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat.
Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya di tahun 1994 dengan predikat cum laude. Setelah mendapatkan gelar doktor, Yohanes Surya menjadi Consultant of Theoretical Physics di TJNAF/CEBAF (Continous Electron Beam Accelerator Facility) Virginia, Amerika Serikat (1994).
Hal menarik dari Prof Yohanes Surya ketika mengatakan bahwa orang Indonesia itu cerdas, jika diberi kesempatan dan dilatih dengan baik. ”Tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar.”
Yohanes Surya produktif menulis buku untuk bidang Fisika/Matematika. Ada 68 buku sudah ditulis untuk siswa SD sampai SMA. Dia juga menulis ratusan artikel Fisika di jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional sehingga mencetuskan istilah Mestakung (Semesta Mendukung) serta pembelajaran Gasing (Gampang, Asyik, Menyenangkan).
(wib)