Ilmuwan Temukan Fosil Vampir Laut Penghisap Darah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Vampir ternyata tidak hanya eksis di dongeng dan film Hollywood. Sekitar 160 juta tahun lalu, ada vampir yang berkeliaran di bumi. Tepatnya, di dalam laut. Dan monster laut tersebut benar-benar menghisap darah mangsanya.
Analisis itu muncul dari fosil cumi-cumi yang terpelihara dengan baik. Namanya, Vampyronassa rhodanica . Setelah ditelusuri, fosil tersebut ternyata berasal dari keluarga yang sama dengan cumi-cumi modern Vampyroteuthis infernalis.
Bedanya, Vampyroteuthis infernalis adalah cumi-cumi yang memang memiliki semacam mulut pengisap. Tapi, hanya digunakan untuk menghisap serpihan organik yang melayang di laut.
Ahli paleontologi Alison Rowe dari Universitas Sorbonne di Prancis mengakui bahwa sangat sulit mendapatkan fosil hewan lembek seperti cumi. ”Karena itu, jumlah fosil cumi terbatas sekali. Jaringan lunak tidak mudah memfosil sebaik tulang,” ungkap Alison.
Tapi, langka bukan berarti tidak ada. Rowe dan rekan-rekannya berhasil mempelajari tiga fosil V. rhodanica dari lagerstätte (endapan sedimen) yang diduga berusia lebih dari 160 juta tahun yang lalu di La Voulte-sur-Rhône di Prancis.
Jenis lapisan fosil sedimen ini sangat halus dan sangat baik dalam mengawetkan fosil, termasuk jaringan lunak. Foto: ist
Untuk memahami anatomi V. rhodanica, Rowe dan timnya membawa fosil ke Fasilitas Radiasi Synchrotron Eropa di Prancis untuk menjalani pencitraan 3D. ”Fosilnya sangat kecil, jadi sangat sulit untuk dipindai,” beber Row.
Hasilnya, ada perbedaan menarik antara V. rhodanica dan V. infernalis (cumi modern dan satu-satunya ordo Vampyromorph yang masih hidup).
Kedua cumi itu relatif kecil. Hanya 10 cm, dengan tubuh oval diapit oleh dua sirip kecil. Keduanya juga memiliki tonjolan kecil berdaging yang disebut cirri yang muncul dari lengan mereka.
Hanya saja, fosil V. rhodanica memiliki sepasang lengan yang diperpanjang dengan susunan pengisap. Di ujung kedua lengan khusus itu juga kuat, berotot dan memiliki daya hisap.
”Kami percaya bahwa morfologi dan penempatan pengisap V. rhodanica dan cirri di mahkota lengan yang berbeda memungkinkan V. rhodanica meningkatkan daya hisap dan potensi sensorik dibanding cumi modern, sehingga membantu mereka memanipulasi dan mempertahankan mangsa,” kata Rowe.
Maka, disimpulkan V. rhodanica memiliki organ untuk menjadi predator aktif di laut, dengan organ indera lebih sensitif dan kemampuan menangkap mangsa.
Sekitar 30 juta tahun lalu, cumi-cumi vampir melakukan perubahan gaya hidup. Tidak lagi mencengkeram dan menghisap darah mangsanya dan berubah jadi cumi modern.
Analisis itu muncul dari fosil cumi-cumi yang terpelihara dengan baik. Namanya, Vampyronassa rhodanica . Setelah ditelusuri, fosil tersebut ternyata berasal dari keluarga yang sama dengan cumi-cumi modern Vampyroteuthis infernalis.
Bedanya, Vampyroteuthis infernalis adalah cumi-cumi yang memang memiliki semacam mulut pengisap. Tapi, hanya digunakan untuk menghisap serpihan organik yang melayang di laut.
Ahli paleontologi Alison Rowe dari Universitas Sorbonne di Prancis mengakui bahwa sangat sulit mendapatkan fosil hewan lembek seperti cumi. ”Karena itu, jumlah fosil cumi terbatas sekali. Jaringan lunak tidak mudah memfosil sebaik tulang,” ungkap Alison.
Tapi, langka bukan berarti tidak ada. Rowe dan rekan-rekannya berhasil mempelajari tiga fosil V. rhodanica dari lagerstätte (endapan sedimen) yang diduga berusia lebih dari 160 juta tahun yang lalu di La Voulte-sur-Rhône di Prancis.
Jenis lapisan fosil sedimen ini sangat halus dan sangat baik dalam mengawetkan fosil, termasuk jaringan lunak. Foto: ist
Untuk memahami anatomi V. rhodanica, Rowe dan timnya membawa fosil ke Fasilitas Radiasi Synchrotron Eropa di Prancis untuk menjalani pencitraan 3D. ”Fosilnya sangat kecil, jadi sangat sulit untuk dipindai,” beber Row.
Hasilnya, ada perbedaan menarik antara V. rhodanica dan V. infernalis (cumi modern dan satu-satunya ordo Vampyromorph yang masih hidup).
Kedua cumi itu relatif kecil. Hanya 10 cm, dengan tubuh oval diapit oleh dua sirip kecil. Keduanya juga memiliki tonjolan kecil berdaging yang disebut cirri yang muncul dari lengan mereka.
Hanya saja, fosil V. rhodanica memiliki sepasang lengan yang diperpanjang dengan susunan pengisap. Di ujung kedua lengan khusus itu juga kuat, berotot dan memiliki daya hisap.
”Kami percaya bahwa morfologi dan penempatan pengisap V. rhodanica dan cirri di mahkota lengan yang berbeda memungkinkan V. rhodanica meningkatkan daya hisap dan potensi sensorik dibanding cumi modern, sehingga membantu mereka memanipulasi dan mempertahankan mangsa,” kata Rowe.
Maka, disimpulkan V. rhodanica memiliki organ untuk menjadi predator aktif di laut, dengan organ indera lebih sensitif dan kemampuan menangkap mangsa.
Sekitar 30 juta tahun lalu, cumi-cumi vampir melakukan perubahan gaya hidup. Tidak lagi mencengkeram dan menghisap darah mangsanya dan berubah jadi cumi modern.
(dan)