Benarkah Kura-Kura Bisa Bernapas Melalui Pantat? Begini Penjelasannya
loading...
A
A
A
CANBERRA - Anda mungkin pernah mendengar desas-desus aneh bahwa kura-kura bisa bernapas melalui pantatnya. Secara teknis, kura-kura tidak bernapas melalui pantat karena tidak benar-benar memiliki pantat.
Sebaliknya, kura-kura memiliki lubang serbaguna yang dikenal sebagai kloaka yang digunakan untuk reproduksi seksual dan bertelur serta untuk membuang kotoran. Namun, mereka terlibat dalam proses yang disebut respirasi kloaka, yang dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai "bernapas dengan pantat".
Bagaimana makhluk bercangkang keras ini mendapatkan oksigen? Craig Franklin, ahli fisiologi satwa liar di The University of Queensland di Australia menjelaskan, selama respirasi kloaka, kura-kura memompa air melalui lubang kloaka dan ke dalam dua organ mirip kantung yang dikenal sebagai bursae, yang bertindak seperti paru-paru akuatik.
Oksigen di dalam air kemudian berdifusi melintasi papila, struktur kecil yang melapisi dinding bursa, dan masuk ke aliran darah kura-kuraenyu. Namun, respirasi kloaka sangat tidak efisien dibandingkan dengan respirasi aerobik normal.
Sebab, semua kura-kura memiliki kapasitas untuk menghirup udara dengan paru-paru lebih mudah. Akibatnya, respirasi kloaka hanya terlihat pada sejumlah kecil spesies kura-kura air tawar yang mengandalkan metode tidak lazim ini untuk mengatasi tantangan di lingkungan unik yang sulit untuk menghirup udara, seperti sungai berarus deras atau kolam beku.
Kelompok kura-kura yang benar-benar menguasai respirasi kloaka adalah kura-kura sungai. Secara global, ada sekitar selusin kura-kura sungai yang dapat memanfaatkan respirasi kloaka dengan baik. Sebagian besar spesies hidup di sungai-sungai Australia, termasuk kura-kura Mary River (Elusor macrurus) dan kura-kura gertakan tenggorokan-putih (Elseya albagula).
Namun, spesies kura-kura sungai yang memiliki kemampuan bernapas dengan kloaka secara baik adalah kura-kura Sungai Fitzroy (Rheodytes leukops) dari Australia. Kura-kura ini dapat memperoleh 100% energinya melalui respirasi kloaka. "Ini memungkinkan mereka untuk berpotensi tetap berada di bawah air tanpa batas waktu," kata Franklin.
Tetapi untuk semua spesies lain, respirasi kloaka hanya memperpanjang waktu untuk bertahan di bawah air sampai harus muncul kembali untuk mencari udara. Kemampuan untuk bertahan di bawah air untuk waktu yang lama sangat berguna bagi kura-kura sungai karena untuk naik ke permukaan membutuhkan usaha yang berat.
“Untuk kura-kura yang hidup di air yang mengalir deras, pergi ke permukaan untuk bernapas merupakan sedikit masalah karena Anda bisa hanyut. Berada dekat dengan dasar sungai juga memudahkan untuk menghindari predator seperti buaya,” kata Franklin dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Senin (1/8/2022).
Ada juga sekitar enam atau tujuh spesies kura-kura air tawar yang berhibernasi di Amerika Utara mampu melakukan respirasi kloaka yang lebih terbatas. Spesies ini, seperti kura-kura Blanding (Emydoidea blandingii), menghabiskan waktu berbulan-bulan terperangkap di bawah lapisan es yang menutupi kolam selama musim dingin.
“Beberapa dari kura-kura ini berada di bawah es selama lebih dari 100 hari tanpa bisa menghirup udara. Sebaliknya, kura-kura ini mengambil oksigen melalui bursae serta dengan berkumur air di tenggorokan, yang dikenal sebagai pemompaan bukal,” kata Jackie Litzgus, ahli ekologi satwa liar di Universitas Laurentian di Ontario, kepada Live Science.
Namun, pernapasan kloaka yang ditunjukkan oleh penyu yang berhibernasi jauh lebih kompleks daripada yang bisa dilakukan kura-kura sungai. Alih-alih secara aktif memompa air ke kloaka seperti kerabat mereka di sungai, kura-kura yang berhibernasi mengambil oksigen yang secara pasif berdifusi melintasi kulit di kloaka.
Proses ini lebih seperti respirasi kulit, ketika oksigen berdifusi melalui kulit hewan, yang terjadi pada amfibi, reptil dan, dalam kapasitas terbatas, beberapa mamalia, termasuk manusia. Kura-kra yang berhibernasi lolos dari bentuk pasif respirasi kloaka karena mereka memiliki tingkat metabolisme yang sangat rendah, sehingga membutuhkan lebih sedikit energi dan lebih sedikit oksigen.
Saat mereka berada di bawah es, kura-kura ini tidak banyak bergerak, menjaga suhu tubuh mereka mendekati titik beku dan dapat beralih ke respirasi anaerob. “Ini merupakan upaya terakhir untuk menciptakan energi tanpa oksigen, ketika mereka kekurangan oksigen,” kata Litzgus.
Sebaliknya, kura-kura memiliki lubang serbaguna yang dikenal sebagai kloaka yang digunakan untuk reproduksi seksual dan bertelur serta untuk membuang kotoran. Namun, mereka terlibat dalam proses yang disebut respirasi kloaka, yang dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai "bernapas dengan pantat".
Bagaimana makhluk bercangkang keras ini mendapatkan oksigen? Craig Franklin, ahli fisiologi satwa liar di The University of Queensland di Australia menjelaskan, selama respirasi kloaka, kura-kura memompa air melalui lubang kloaka dan ke dalam dua organ mirip kantung yang dikenal sebagai bursae, yang bertindak seperti paru-paru akuatik.
Oksigen di dalam air kemudian berdifusi melintasi papila, struktur kecil yang melapisi dinding bursa, dan masuk ke aliran darah kura-kuraenyu. Namun, respirasi kloaka sangat tidak efisien dibandingkan dengan respirasi aerobik normal.
Sebab, semua kura-kura memiliki kapasitas untuk menghirup udara dengan paru-paru lebih mudah. Akibatnya, respirasi kloaka hanya terlihat pada sejumlah kecil spesies kura-kura air tawar yang mengandalkan metode tidak lazim ini untuk mengatasi tantangan di lingkungan unik yang sulit untuk menghirup udara, seperti sungai berarus deras atau kolam beku.
Kelompok kura-kura yang benar-benar menguasai respirasi kloaka adalah kura-kura sungai. Secara global, ada sekitar selusin kura-kura sungai yang dapat memanfaatkan respirasi kloaka dengan baik. Sebagian besar spesies hidup di sungai-sungai Australia, termasuk kura-kura Mary River (Elusor macrurus) dan kura-kura gertakan tenggorokan-putih (Elseya albagula).
Namun, spesies kura-kura sungai yang memiliki kemampuan bernapas dengan kloaka secara baik adalah kura-kura Sungai Fitzroy (Rheodytes leukops) dari Australia. Kura-kura ini dapat memperoleh 100% energinya melalui respirasi kloaka. "Ini memungkinkan mereka untuk berpotensi tetap berada di bawah air tanpa batas waktu," kata Franklin.
Tetapi untuk semua spesies lain, respirasi kloaka hanya memperpanjang waktu untuk bertahan di bawah air sampai harus muncul kembali untuk mencari udara. Kemampuan untuk bertahan di bawah air untuk waktu yang lama sangat berguna bagi kura-kura sungai karena untuk naik ke permukaan membutuhkan usaha yang berat.
“Untuk kura-kura yang hidup di air yang mengalir deras, pergi ke permukaan untuk bernapas merupakan sedikit masalah karena Anda bisa hanyut. Berada dekat dengan dasar sungai juga memudahkan untuk menghindari predator seperti buaya,” kata Franklin dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Senin (1/8/2022).
Ada juga sekitar enam atau tujuh spesies kura-kura air tawar yang berhibernasi di Amerika Utara mampu melakukan respirasi kloaka yang lebih terbatas. Spesies ini, seperti kura-kura Blanding (Emydoidea blandingii), menghabiskan waktu berbulan-bulan terperangkap di bawah lapisan es yang menutupi kolam selama musim dingin.
“Beberapa dari kura-kura ini berada di bawah es selama lebih dari 100 hari tanpa bisa menghirup udara. Sebaliknya, kura-kura ini mengambil oksigen melalui bursae serta dengan berkumur air di tenggorokan, yang dikenal sebagai pemompaan bukal,” kata Jackie Litzgus, ahli ekologi satwa liar di Universitas Laurentian di Ontario, kepada Live Science.
Namun, pernapasan kloaka yang ditunjukkan oleh penyu yang berhibernasi jauh lebih kompleks daripada yang bisa dilakukan kura-kura sungai. Alih-alih secara aktif memompa air ke kloaka seperti kerabat mereka di sungai, kura-kura yang berhibernasi mengambil oksigen yang secara pasif berdifusi melintasi kulit di kloaka.
Proses ini lebih seperti respirasi kulit, ketika oksigen berdifusi melalui kulit hewan, yang terjadi pada amfibi, reptil dan, dalam kapasitas terbatas, beberapa mamalia, termasuk manusia. Kura-kra yang berhibernasi lolos dari bentuk pasif respirasi kloaka karena mereka memiliki tingkat metabolisme yang sangat rendah, sehingga membutuhkan lebih sedikit energi dan lebih sedikit oksigen.
Saat mereka berada di bawah es, kura-kura ini tidak banyak bergerak, menjaga suhu tubuh mereka mendekati titik beku dan dapat beralih ke respirasi anaerob. “Ini merupakan upaya terakhir untuk menciptakan energi tanpa oksigen, ketika mereka kekurangan oksigen,” kata Litzgus.
(wib)