Teknologi Autopsi Virtual Ini Berhasil Ungkap Kasus Pembunuhan Brutal Ratusan Tahun Lalu
loading...
A
A
A
BERLIN - Penyebab kematian dua mumi yang dibunuh antara 740 dan 1.120 tahun yang lalu berhasil diungkap dengan teknologi autopsi virtual menggunakan 3D computed tomography (3D CT). Alasan kematian dua mumi ini mungkin sudah tidak menarik, namun bagaimana teknologi ini mengungkap bagaimana mereka dibunuh secara brutal dapat membantu tugas penyelidik atau detektif meksipun kasusnya sudah terjadi ratusan tahun lalu.
Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan untuk Frontiers In Medicine, para peneliti dapat melakukan semacam otopsi virtual menggunakan sisa-sisa kedua mumi yang berusia ratusan tahun. Anda mungkin bertanya-tanya detail apa yang mungkin tersisa setelah lebih dari 1.000 tahun, tetapi fakta mumi bukan sekadar kerangka, memberikan sedikit ruang gerak ekstra untuk penyelidikan.
Jadi tidak mengherankan untuk menemukan bukti serupa untuk spesimen seperti ini. Pada mumi laki-laki Marburg, berasal dari komunitas nelayan dalam budaya Arica yang sekarang dikenal sebagai Cile ditemukan 21 persen trauma akibat kekerasan. Fakta itu ditemukan pada mumi laki-laki dalam sampel sisa-sisa pra-Columbus dalam tinjauan baru-baru ini.
Mumi Marburg diperkirakan telah dibunuh dengan salah satu dari dua cara. “Satu penyerang memukul korban dengan kekuatan penuh di kepala dan menyerang kedua menusuk korban (yang masih berdiri atau berlutut) di belakang,” tulis para ilmuwan di makalah mereka yang dikutip SINDOnews dari laman Iflscience, Sabtu (10/9/2022).
Dugaan lain, penyerang yang sama atau lainnya yang berdiri di sisi kanan korban memukul kepala dan kemudian berbalik ke belakang korban dan menikamnya. Autopsi virtual menggunakan 3D computed tomography (3D CT) juga mengungkap penyebab kematian mumi laki-laki Delemont dari wilayah Arequipa di Peru.
Ditemukan ada trauma besar pada tulang belakang leher yang kemungkinan besar merupakan penyebab kematian. Dislokasi yang signifikan dari dua badan vertebra serviks itu mematikan dan mungkin menyebabkan kematian seketika.
Akhir yang buruk, tapi mungkin untungnya cepat, dan yang memungkinkan para ilmuwan melakukan pekerjaan detektif dengan cara yang tidak mungkin dilakukan dengan spesimen yang berumur sama. Padahal kedua mumi itu sudah lama mati dan dibunuh antara 740 dan 1.120 tahun yang lalu.
Para peneliti pada studi baru ini memeriksa mumi melalui pemindaian 3D computed tomography (3D CT) untuk memeriksa dan mencari tanda-tanda trauma kekerasan. Benar saja, mereka menemukan bahwa kedua mumi laki-laki telah meninggal karena kekerasan ekstrem dan disengaja.
Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan untuk Frontiers In Medicine, para peneliti dapat melakukan semacam otopsi virtual menggunakan sisa-sisa kedua mumi yang berusia ratusan tahun. Anda mungkin bertanya-tanya detail apa yang mungkin tersisa setelah lebih dari 1.000 tahun, tetapi fakta mumi bukan sekadar kerangka, memberikan sedikit ruang gerak ekstra untuk penyelidikan.
Jadi tidak mengherankan untuk menemukan bukti serupa untuk spesimen seperti ini. Pada mumi laki-laki Marburg, berasal dari komunitas nelayan dalam budaya Arica yang sekarang dikenal sebagai Cile ditemukan 21 persen trauma akibat kekerasan. Fakta itu ditemukan pada mumi laki-laki dalam sampel sisa-sisa pra-Columbus dalam tinjauan baru-baru ini.
Mumi Marburg diperkirakan telah dibunuh dengan salah satu dari dua cara. “Satu penyerang memukul korban dengan kekuatan penuh di kepala dan menyerang kedua menusuk korban (yang masih berdiri atau berlutut) di belakang,” tulis para ilmuwan di makalah mereka yang dikutip SINDOnews dari laman Iflscience, Sabtu (10/9/2022).
Dugaan lain, penyerang yang sama atau lainnya yang berdiri di sisi kanan korban memukul kepala dan kemudian berbalik ke belakang korban dan menikamnya. Autopsi virtual menggunakan 3D computed tomography (3D CT) juga mengungkap penyebab kematian mumi laki-laki Delemont dari wilayah Arequipa di Peru.
Ditemukan ada trauma besar pada tulang belakang leher yang kemungkinan besar merupakan penyebab kematian. Dislokasi yang signifikan dari dua badan vertebra serviks itu mematikan dan mungkin menyebabkan kematian seketika.
Akhir yang buruk, tapi mungkin untungnya cepat, dan yang memungkinkan para ilmuwan melakukan pekerjaan detektif dengan cara yang tidak mungkin dilakukan dengan spesimen yang berumur sama. Padahal kedua mumi itu sudah lama mati dan dibunuh antara 740 dan 1.120 tahun yang lalu.
Para peneliti pada studi baru ini memeriksa mumi melalui pemindaian 3D computed tomography (3D CT) untuk memeriksa dan mencari tanda-tanda trauma kekerasan. Benar saja, mereka menemukan bahwa kedua mumi laki-laki telah meninggal karena kekerasan ekstrem dan disengaja.