Gunung Es Terbesar di Dunia Terlepas dari Antartika, Hanyut Menuju Samudra Pasifik
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Gunung es terbesar di dunia yang diberi kode A-76A terlepas dari Antartika dan melayang-layang memasuki Drake Passage, jalur yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Atlantik. Gunung es A-76A ini berbentuk lempengan raksasa berukuran panjang 135 kilometer dan lebar 26 km.
Ini adalah fragmen terbesar dari gunung es terbesar sebelumnya di dunia, yaitu Rhode Island A-76, yang pecah dari sisi barat Ronne Ice Shelf Antartika pada Mei 2021. Kemudian retak menjadi tiga bagian, yaitu A-76A, A-76B, dan A-76C.
Sebuah citra satelit baru menunjukkan bahwa gunung es terbesar di dunia, A-76A, telah memasuki Drake Passage. Ini merupakan jalur air yang berisi arus laut yang bergerak cepat yang akan mengirim gunung es besar itu yang menghubungkan samudera Pasifik dan Atlantik.
Posisinya antara Cape Horn di Afrika Selatan dan Kepulauan Shetland Selatan di utara Semenanjung Antartika. Penampakan gunung es A-76A yang terlepas itu terekam pada 31 Oktober 2022 oleh satelit Terra NASA dan dirilis secara online pada 4 November oleh Earth Observatory NASA.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa gunung es A-76A saat ini berada di antara Pulau Gajah dan Kepulauan South Orkney. Namun, lintasannya mengisyaratkan akan menuju lebih jauh ke utara ke jalur air pada beberapa minggu ke depan.
Biasanya, ketika gunung es melayang ke Drake Passage, mereka dengan cepat terseret ke timur oleh arus laut yang kuat, sebelum dihempaskan ke utara ke perairan yang lebih hangat. “Di sini, biasanya mereka akan segera meleleh,” kata Earth Observatory dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Rabu (9/11/2022).
Hingga saat ini, A-76A telah menempuh jarak sekitar 2.000 meter sejak lepas dari Semenanjung Antartika pada tahun 2021. Gunung ini telah berhasil menghindari kehilangan lapisan es yang cukup besar selama perjalanannya sejauh ini.
Data yang dikumpulkan oleh Pusat Es Nasional AS pada bulan Juni mengungkapkan bahwa ukuran A-76A hampir persis sama seperti ketika retak dari gunung induknya lebih dari setahun lalu. Namun, kondisinya itu tidak mungkin tetap utuh karena Drake Passage dikenal sebagai jalur kematian gunung es.
Alasan utamanya adalah Arus Circumpolar Antartika (ACC), itu satu-satunya arus yang mengalir sepenuhnya di seluruh dunia, dan mengandung lebih banyak air daripada arus lainnya di Bumi. ACC, yang membentang dari barat ke timur melalui Drake Passage, mengangkut antara 95 dan 150 juta meter kubik air setiap detik.
Akibatnya, gunung es yang terlepas dan memasuki Lintasan Drake dengan cepat diseret menjauh dari Antartika dan dibuang ke perairan yang lebih hangat, sehingga segera mencair. ACC bukan satu-satunya arus laut yang membantu menentukan nasib gunung es.
Arus lain yang lebih kecil juga memainkan peran kunci dalam distribusi dan penghancuran massa es yang terlepas. Namun, para peneliti masih mencoba memahami dengan tepat bagaimana caranya.
Saat ini belum diketahui secara jelas berapa lama A-76A akan tetap berada di Lintasan Drake dan di mana akan berakhir. Termasuk berapa lama akan bertahan setelah arus turbulen melemparkan massa es ke utara.
Ini adalah fragmen terbesar dari gunung es terbesar sebelumnya di dunia, yaitu Rhode Island A-76, yang pecah dari sisi barat Ronne Ice Shelf Antartika pada Mei 2021. Kemudian retak menjadi tiga bagian, yaitu A-76A, A-76B, dan A-76C.
Sebuah citra satelit baru menunjukkan bahwa gunung es terbesar di dunia, A-76A, telah memasuki Drake Passage. Ini merupakan jalur air yang berisi arus laut yang bergerak cepat yang akan mengirim gunung es besar itu yang menghubungkan samudera Pasifik dan Atlantik.
Posisinya antara Cape Horn di Afrika Selatan dan Kepulauan Shetland Selatan di utara Semenanjung Antartika. Penampakan gunung es A-76A yang terlepas itu terekam pada 31 Oktober 2022 oleh satelit Terra NASA dan dirilis secara online pada 4 November oleh Earth Observatory NASA.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa gunung es A-76A saat ini berada di antara Pulau Gajah dan Kepulauan South Orkney. Namun, lintasannya mengisyaratkan akan menuju lebih jauh ke utara ke jalur air pada beberapa minggu ke depan.
Biasanya, ketika gunung es melayang ke Drake Passage, mereka dengan cepat terseret ke timur oleh arus laut yang kuat, sebelum dihempaskan ke utara ke perairan yang lebih hangat. “Di sini, biasanya mereka akan segera meleleh,” kata Earth Observatory dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Rabu (9/11/2022).
Hingga saat ini, A-76A telah menempuh jarak sekitar 2.000 meter sejak lepas dari Semenanjung Antartika pada tahun 2021. Gunung ini telah berhasil menghindari kehilangan lapisan es yang cukup besar selama perjalanannya sejauh ini.
Data yang dikumpulkan oleh Pusat Es Nasional AS pada bulan Juni mengungkapkan bahwa ukuran A-76A hampir persis sama seperti ketika retak dari gunung induknya lebih dari setahun lalu. Namun, kondisinya itu tidak mungkin tetap utuh karena Drake Passage dikenal sebagai jalur kematian gunung es.
Alasan utamanya adalah Arus Circumpolar Antartika (ACC), itu satu-satunya arus yang mengalir sepenuhnya di seluruh dunia, dan mengandung lebih banyak air daripada arus lainnya di Bumi. ACC, yang membentang dari barat ke timur melalui Drake Passage, mengangkut antara 95 dan 150 juta meter kubik air setiap detik.
Akibatnya, gunung es yang terlepas dan memasuki Lintasan Drake dengan cepat diseret menjauh dari Antartika dan dibuang ke perairan yang lebih hangat, sehingga segera mencair. ACC bukan satu-satunya arus laut yang membantu menentukan nasib gunung es.
Arus lain yang lebih kecil juga memainkan peran kunci dalam distribusi dan penghancuran massa es yang terlepas. Namun, para peneliti masih mencoba memahami dengan tepat bagaimana caranya.
Baca Juga
Saat ini belum diketahui secara jelas berapa lama A-76A akan tetap berada di Lintasan Drake dan di mana akan berakhir. Termasuk berapa lama akan bertahan setelah arus turbulen melemparkan massa es ke utara.
(wib)