Dari Napas Gunung Berapi, Ilmuwan Prediksi Kapan Waktu Meletusnya
loading...
A
A
A
Sumino dan tim mencari jawabannya pemeriksaan gas fumerol di sekitar Kusatsu-Shirane, gunung berapi aktif sekitar 150 km barat laut Tokyo. Mereka mengambil sampel gas untuk diperika ke laboratorium setiap beberapa bulan antara tahun 2014 dan 2021.
Para peneliti dapat memastikan pengukuran yang tepat dari komponen isotop, menemukan hubungan antara rasio argon-40 dengan helium-3 ('nilai tinggi'). Ini merupakan isotop helium yang banyak ditemukan saat kerusuhan magmatik.
“Dengan menggunakan model komputer, kami mengungkapkan bahwa rasio tersebut mencerminkan seberapa banyak magma bawah tanah yang berbusa. Kemudian membuat gelembung gas vulkanik yang terpisah dari magma cair,” jelas Sumino.
Sejauh mana magma berbusa mengontrol berapa banyak gas magmatik dalam sistem hidrotermal di bawah gunung berapi dan seberapa apung magma itu, ini ditandai sebagai hal pertama terkait dengan risiko letusan freatik. Di mana peningkatan tekanan air dalam sistem hidrotermal menyebabkan letusan.
“Bagian terakhir ini akan meningkatkan laju pendakian magma, menghasilkan letusan magmatik,” tegas Sumino. Kolaborasi penelitian sekarang sedang mengembangkan jenis spektrometer massa portabel yang dapat digunakan di lapangan untuk menganalisis waktu secara nyata.
Kemudian, mengurangi kebutuhan untuk terus-menerus mengumpulkan dan mengangkut sampel ke laboratorium. Sebab, proses ini sangat memakan waktu dan menantang para ahli gunung berapi di lapangan.
“Langkah kami selanjutnya adalah membuat protokol analisis gas dengan instrumen baru ini, untuk memantau semua gunung berapi aktif. Setidaknya yang berpotensi menimbulkan bencana bagi penduduk setempat dipantau 24 jam sehari, tujuh hari seminggu,” kata Sumino.
(wib)