3 Teori Konspirasi yang Ragukan Pendaratan Manusia di Bulan, Ini Penjelasan NASA

Kamis, 24 November 2022 - 23:58 WIB
loading...
3 Teori Konspirasi yang Ragukan Pendaratan Manusia di Bulan, Ini Penjelasan NASA
Teori konspirasi seputar pendaratan manusia di permukaan Bulan masih bertahan lebih dari 50 tahun sejak pertama kali Neil Armstrong dan Buzz Aldrin menjejakkan kaki di sana. Foto/NASA
A A A
FLORIDA - Teori konspirasi seputar pendaratan manusia di permukaan Bulan masih bertahan lebih dari 50 tahun sejak pertama kali Neil Armstrong dan Buzz Aldrin menjejakkan kaki di sana. Meskipun ada banyak informasi online yang menyanggah teori konspirasi ini, cerita hoax masih terus menyebar.

Berikut 3 teori konspirasi tentang pendaratan manusia di Bulan yang masih beredar dirangkum SINDOnews dari laman Royal Museum Greenwich, Kamis (24/11/2022). NASA melalui Direktur Penemuan Pusat Antariksa Nasional Profesor Anu Ojha memberikan penjelasan atas teori konspirasi yang beredar itu pada 2019 di Royal Museums Greenwich.

1. Kenapa Bendera AS Berkibar Padahal di Bulan Tak Ada Angin
3 Teori Konspirasi yang Ragukan Pendaratan Manusia di Bulan, Ini Penjelasan NASA


Salah satu foto yang ikonik dalam peristiwa pendaratan manusia di Bulan adalah ketika astronot Buzz Aldrin dari misi Apollo 11 memberi hormat kepada bendera Amerika Serikat (AS). Tampak bendera AS yang dijuluki The Stars and Stripes berkibar gagah di permukaan Bulan.



Para ahli menyebut itu adalah konspirasi karena di Bulan tidak ada atmosfer dan angin, lalu bagaimana bendera AS bisa berkibar. Profesor Anu Ojha mengakui di Bulan tidak ada atmosfer dang angin.

Soal bendera yang berkibar, dia meminta lebih teliti lagi melihatnya. Khususnya di sepanjang tepi atas bendera, dan Anda akan menemukan jawabannya. Ternyata, tiang teleskopik telah diperpanjang di bagian atas untuk membuat bendera berkibar.

Dan itu, sudah diperhitungankan oleh NASA. “Karena sudah diatur seperti ini, bendera sepertinya melambai tertiup angin,” jelas Ojha. Soal kerutan di bendera itu akibat lipatan selama empat hari dalam perjalanan ke Bulan.

2. Tidak Ada Bintang dalam Foto Pendaratan NASA di Bulan
3 Teori Konspirasi yang Ragukan Pendaratan Manusia di Bulan, Ini Penjelasan NASA


Ahli teori konspirasi berpendapat bahwa kurangnya penampakan bintang dalam foto misi Apollo 11 membuktikan bahwa peristiwa itu direkayasa. Jika gambar benar-benar diambil di Bulan, bukankah seharusnya langit dipenuhi bintang?



Ojha menjelaskan, astronot dan lanskap bulan diterangi oleh Matahari. Langit mungkin terlihat hitam, tapi ingat, ini sebenarnya siang hari di Bulan.

Jika Anda akan mengambil foto pemandangan yang terang benderang, kecepatan rana kamera harus cepat dan apertur sangat kecil. Dalam situasi itu, objek redup seperti bintang tidak akan muncul dalam foto.

3. Setelah Pendaratan Bulan Tahun 1969, Mengapa Belum Ada Misi ke Bulan Lagi?
3 Teori Konspirasi yang Ragukan Pendaratan Manusia di Bulan, Ini Penjelasan NASA


Misi Apollo 17 atau misi Apollo terakhir untuk mendaratkan astronot di Bulan, terjadi pada tahun 1972. Sejak saat itu, manusia tidak pernah kembali ke Bulan. Meskipun misi Apollo 17 bukan misi terakhir ke Bulan.



Sampai saat ini belum ada misi pendaratan lagi di Bulan. Tapi ini bukanlah konspirasi besar, ini akibat faktor adalah geopolitik. Profesor Ojha menjelaskan, sepanjang tahun 1970-an ada ambisi untuk mendirikan pangkalan bulan permanen, namun ke tantangan eksplorasi ruang angkasa dialihkan untuk eksplorasi Mars.

“Jawabannya adalah kami mengubah prioritas. Ditambah dari kombinasi Perang Vietnam, juga ada elemen pemikiran geopolitik. Kami telah memenangkan perlombaan ke Bulan, kami meninggalkannya,” kata Ojha.

Perhatian NASA beralih ke program Space Shuttle dan terakhir, Stasiun Luar Angkasa Internasional, yang telah dihuni secara permanen oleh tim astronot sejak November 2000. Namun bukan berarti manusia tidak dapat kembali ke Bulan di masa depan.

Dia menjelaskan pendaratan di Bulan bukanlah tipuan. Apollo 11 memang terjadi. Manusia benar-benar menginjakkan kaki di Bulan. “Kami memiliki gambar, video, sampel bulan, dan data ilmiah yang tak terhitung jumlahnya untuk membuktikannya,” beber Ojha.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2369 seconds (0.1#10.140)