Ilmuwan Terkejut, 68 Persen Gletser di Bumi Akan Mencair Pada 2100
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ilmuwan terkejut melihat hasil penelitian terbaru. Sebab, gletser dunia menyusut dan menghilang lebih cepat dari yang awal diperkirakan. Sekitar dua pertiga atau 68 persen dari gletser bumi diproyeksikan akan mencair pada 2100. Penyebabnya: perubahan iklim dan pemanasan global.
Gletser atau glasier adalah bongkahan es berukuran raksasa yang terbentuk di atas permukaan tanah. Gletser terbentuk dari akumulasi endapan salju yang membatu selama kurun waktu sangat lama. Bongkahan es tersebut menutup sekitar 10% daratan di bumi.
Gletser juga tidak hanya ada di kutub, tapi juga daerah pegunungan tinggi di berbagai wilayah di dunia (kecuali Australia).
Para ilmuwan menilai, jika dunia dapat membatasi pemanasan global sesuai kesepakatan internasional maka kurang dari 50 persen gletser dunia akan menghilang pada 2100. Sayangnya, kemungkinan itu terjadi sangat kecil.
Bahkan, ada skenario terburuk ketika pemanasan global tak terkontrol dan naik beberapa derajat, maka 83% gletser dunia kemungkinan besar akan hilang pada 2100.
Studi tersebut dilandaskan pada analisis dari 215.000 gletser yang ada di darat. Tidak termasuk lapisan es di Greenland dan Antartika.
Para ilmuwan menggunakan simulasi komputer untuk menghitung dengan tingkat pemanasan yang berbeda-beda, berapa banyak gletser yang akan hilang. Berapa triliunan ton es yang akan mencair, dan berapa banyak kontribusinya terhadap kenaikan permukaan laut.
Hasilnya, suhu bumi diketahui akan meningkat sebesar 2,7 derajat Celcius. Yang artinya, pada 2100 nanti—jika kenaikannya tetap sama—akan kehilangan 32 persen massa gletser dunia, atau 48,5 triliun metrik ton es serta 68 persen dari gletser menghilang.
Dampaknya, permukaan laut akan naik sebesar 4,5 inci (115 milimeter). Maka, lautan akan menjadi semakin meluas akibat lapisan es yang mencair dan air yang lebih hangat.
“Apa pun skenarionya, kita akan kehilangan banyak gletser,” kata David Rounce, ahli glasiologi dan profesor teknik di Universitas Carnegie Mellon. “Tapi kita memiliki opsi untuk membuat perbedaan dengan membatasi berapa banyak gletser yang akan hilang,” tambahnya.
Dampak kenaikan permukaan laut setinggi 4,5 inci akibat gletser ternyata sangat masif. Sebab, akan berpengaruh pada lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia, termasuk 100.000 orang di Amerika Serikat.
“Mereka akan hidup di bawah garis air pasang,” ujar Ben Strauss, CEO Climate Central. “Kenaikan permukaan laut dari perubahan iklim membuat Superstorm Sandy pada 2012 menimbulkan kerugian USD 8 miliar,” tambahnya.
Dampak menyusutnya gletser lebih dari sekadar naiknya air laut. Namun juga menyusutnya pasokan air untuk sebagian besar populasi dunia, meningkatnya risiko banjir, dan hilangnya tempat bersejarah yang tertutup es dari Alaska hingga Pegunungan Alpen bahkan di dekat base camp Gunung Everest.
"Untuk tempat-tempat seperti Pegunungan Alpen atau Islandia, gletser membuat lanskap ini begitu istimewa," kata Direktur Pusat Data Salju dan Es Nasional Mark Serreze. “Saat mereka kehilangan es, artinya mereka juga kehilangan jiwa mereka,”tambahnya.
Gletser atau glasier adalah bongkahan es berukuran raksasa yang terbentuk di atas permukaan tanah. Gletser terbentuk dari akumulasi endapan salju yang membatu selama kurun waktu sangat lama. Bongkahan es tersebut menutup sekitar 10% daratan di bumi.
Gletser juga tidak hanya ada di kutub, tapi juga daerah pegunungan tinggi di berbagai wilayah di dunia (kecuali Australia).
Para ilmuwan menilai, jika dunia dapat membatasi pemanasan global sesuai kesepakatan internasional maka kurang dari 50 persen gletser dunia akan menghilang pada 2100. Sayangnya, kemungkinan itu terjadi sangat kecil.
Bahkan, ada skenario terburuk ketika pemanasan global tak terkontrol dan naik beberapa derajat, maka 83% gletser dunia kemungkinan besar akan hilang pada 2100.
Studi tersebut dilandaskan pada analisis dari 215.000 gletser yang ada di darat. Tidak termasuk lapisan es di Greenland dan Antartika.
Para ilmuwan menggunakan simulasi komputer untuk menghitung dengan tingkat pemanasan yang berbeda-beda, berapa banyak gletser yang akan hilang. Berapa triliunan ton es yang akan mencair, dan berapa banyak kontribusinya terhadap kenaikan permukaan laut.
Hasilnya, suhu bumi diketahui akan meningkat sebesar 2,7 derajat Celcius. Yang artinya, pada 2100 nanti—jika kenaikannya tetap sama—akan kehilangan 32 persen massa gletser dunia, atau 48,5 triliun metrik ton es serta 68 persen dari gletser menghilang.
Dampaknya, permukaan laut akan naik sebesar 4,5 inci (115 milimeter). Maka, lautan akan menjadi semakin meluas akibat lapisan es yang mencair dan air yang lebih hangat.
“Apa pun skenarionya, kita akan kehilangan banyak gletser,” kata David Rounce, ahli glasiologi dan profesor teknik di Universitas Carnegie Mellon. “Tapi kita memiliki opsi untuk membuat perbedaan dengan membatasi berapa banyak gletser yang akan hilang,” tambahnya.
Dampak kenaikan permukaan laut setinggi 4,5 inci akibat gletser ternyata sangat masif. Sebab, akan berpengaruh pada lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia, termasuk 100.000 orang di Amerika Serikat.
“Mereka akan hidup di bawah garis air pasang,” ujar Ben Strauss, CEO Climate Central. “Kenaikan permukaan laut dari perubahan iklim membuat Superstorm Sandy pada 2012 menimbulkan kerugian USD 8 miliar,” tambahnya.
Dampak menyusutnya gletser lebih dari sekadar naiknya air laut. Namun juga menyusutnya pasokan air untuk sebagian besar populasi dunia, meningkatnya risiko banjir, dan hilangnya tempat bersejarah yang tertutup es dari Alaska hingga Pegunungan Alpen bahkan di dekat base camp Gunung Everest.
"Untuk tempat-tempat seperti Pegunungan Alpen atau Islandia, gletser membuat lanskap ini begitu istimewa," kata Direktur Pusat Data Salju dan Es Nasional Mark Serreze. “Saat mereka kehilangan es, artinya mereka juga kehilangan jiwa mereka,”tambahnya.
(dan)