Kuburan Nuklir Jadi Bom Waktu yang Menakutkan di Samudra Pasifik

Minggu, 05 Maret 2023 - 06:00 WIB
"Kubah itu awalnya merupakan solusi sementara, hanya saja selama beberapa dekade justru tetap bertahan. Masalahnya penelitian yang dilakukan pada 2019 terdapat retakan yang semakin parah di kubah akibat kenaikan suhu di Samudra Pasifi," ucap Tom Hale.

Tidak hanya itu faktor naiknya permukaan air laut yang terjadi di pantai Pulau Runit mnenyebabkan beton kuburan bom nuklir itu terkikis. Alhasil kemungkinan bocornya bahan radioaktif ke dalam tanah dan air di sekitar Pulau Runit sangat besar.



Alhasil kuburan sisa-sisa radiasi bom nuklir itu tak ubahnya seperti bom waktu buat masyarakat di Samudra Pasifik. Tentunya dengan jumlah sisa radiasi yang sangat besar dari Chernobyl kondisi itu benar-benar jadi hal yang sangat menakutkan.

Ken Buesseler analis radioaktif dari Woods Hole Oceanographic Institution mengatakan yang paling dikhawatirkan adalah plutonium yang ada di kuburan nuklir itu. Jika plutonioum tersebut keluar dan meledak lagi makan akan jadi sumber radiasi baru yang besar ke Samudra Pasifik.

"Kami perlu memantaunya secara lebih teratur untuk memahami apa yang terjadi, dan mendapatkan datanya langsung ke komunitas yang terkena dampak di wilayah tersebut," jelas Ken Buesseler.

Saat ini wilayah Samudra Pasifik jadi rumah bagi banyak orang terutama yang tinggal di Kepulauan Marshall. Jelas keberadaan kuburan bom nuklir yang ada di wilayah Pulau Runit jadi ancaman yang sangat mengkhawatirkan. Ken Buesseler bahkan yakin tingginya tingkat penderita kanker di wilayah tersebut justru terjadi karena adanya radiasi nuklir yang bocor dari kuburan bom nuklir itu.
(wsb)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More