Studi 35 Tahun: Kekebalan Manusia Terhadap Virus Corona hanya Sebentar

Jum'at, 02 Oktober 2020 - 10:50 WIB
Meskipun penulis tidak mempelajari SARS-CoV-2 dalam penelitian mereka, mereka berpendapat bahwa tren yang terlihat di antara virus Corona umum mungkin masih meluas ke virus baru. Semua virus Corona yang umum, meskipun berasal dari keluarga yang sama, secara genetik dan biologis berbeda, sehingga sifat apa pun yang dimiliki bersama di antara mereka mungkin "mewakili semua virus Corona manusia, termasuk SARS-CoV-2," tulis penulis lagi. Meski begitu, kita belum tahu apakah SARS-CoV-2 berpotensi menginfeksi kembali manusia sesering yang lain.

"Terlebih lagi, setidaknya tiga peringatan harus diingat saat menafsirkan data ini," kata Collins.

Pertama, tingkat antibodi peserta yang berfluktuasi tidak memberi tahu penelitu apa pun tentang apakah mereka benar-benar sakit setiap kali reinfeksi. Peningkatan antibodi "mungkin telah memberikan respons yang tepat yang dibutuhkan untuk mengubah penyakit pernapasan yang signifikan menjadi kasus pilek ringan atau tidak ada penyakit sama sekali," tulis Collins.

Secara teori, mungkin juga keempat virus tersebut memiliki mutasi genetik yang memungkinkan mereka menginfeksi kembali manusia. Dan peserta mungkin memiliki kekebalan terhadap virus melalui sel darah putih mereka, bukan hanya melalui antibodi.

Sel darah putih yang dikenal sebagai sel B dan sel T bekerja sama untuk mengenali zat asing di dalam tubuh, termasuk virus, dan mengumpulkan sistem kekebalan guna melawan patogen dengan berbagai cara, lapor Live Science sebelumnya.

“Antibodi hanya satu penanda untuk imunitas, yang mungkin juga dipengaruhi oleh imunitas yang dimediasi oleh sel B dan sel T,” catat penulis seperti dilansir Live Science.

Sel T dan sel B juga dapat berkontribusi pada kekebalan terhadap SARS-CoV-2, meskipun peneliti tidak tahu seberapa banyak. "Ketika orang mendapatkan kekebalan terhadap virus, baik melalui infeksi alami atau vaksin di masa depan, penting untuk melacak berapa lama kekebalan itu bertahan," kata Collins seraya mengatakan, ada kemungkinan bahwa orang perlu divaksinasi secara berulang untuk mencegah virus.

Dalam studi baru, tim juga menemukan bahwa infeksi virus Corona musiman lebih sering terjadi pada bulan-bulan musim dingin daripada bulan-bulan musim panas di Belanda. Hal itu dan menunjukkan bahwa COVID-19 pada akhirnya mungkin memiliki pola musiman yang sama. Pakar lain juga memperkirakan COVID-19 dapat beredar setiap tahun setelah pandemik berakhir. (Baca juga: Luhut Ngomong Nih Soal Omnibus Law Cipta Kerja, Ujung-ujungnya Soal Investasi )
(iqb)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More