Sungai Efrat dan Tigris Mengering Akibat Perubahan Iklim dan Ketegangan Politik

Kamis, 06 Januari 2022 - 05:29 WIB
"Tingkat penurunan air (Sungai Efrat) ke Irak telah dimulai secara bertahap dan akan meningkat hingga 30 persen. Dengan penurunan 11 miliar meter kubik per tahun pada 2035," demikian laporan Kementerian Sumber Daya Air Irak. (Baca juga; Kiamat Sudah Dekat (3): Sungai Eufrat Mengering dan Gunung Emas Itu Nyata )

Kekeringan parah akan mempengaruhi negara itu pada tahun 2025, kata laporan itu, dengan Sungai Efrat hampir sepenuhnya mengering di selatan. Sementara Sungai Tigris berubah menjadi aliran air dengan sumber daya terbatas.

Menteri Sumber Daya Air Irak, Mahdi Rashid Al Hamdani, memprediksi kekurangan air akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang, terutama di provinsi timur Wasit. Laporan menunjukkan bahwa penduduk beberapa desa bersiap untuk pindah karena kelangkaan air dan pertanian yang tidak berkelanjutan.

“Dampaknya di Wasit sudah berimbas ke provinsi lain, seperti kota Maysan, Dhi Qar, dan Basra di selatan. Krisis kelangkaan air seharusnya tidak ditangani oleh kementerian saja, tetapi seluruh negeri,” kata Al Hamdani.

Pada awal Mei 2021, Pemerintah Suriah juga menyuarakan kekhawatiran terhadap penurunan yang dratis permukaan air Sungai Efrat. Kekeringan mengakibatkan pasokan air untuk Bendungan Tishrin dan Danau Al-Assad berkurang .

Dikutip dari Kantor Berita SANA, Suriah mengatakan, Turki mengurangi aliran air Sungai Efrat ke Suriah dari 500 meter kubik per detik menjadi 200 meter kubik per detik. Kondisi ini menyebabkan produksi listrik di Bendungan Tishin turun 70 persen sejak tahun lalu dan penurunan pasokan air untuk irigasi dan air minum.

Dikutip dari laman Suriah Enab Baladi pada 3 Mei 2021, Administrasi Otonomi Suriah Timur Laut, yang dikendalikan oleh Kurdi, mengumumkan bahwa permukaan air di Danau Assad turun tiga meter. Kurdi Suriah menuduh Ankara menahan lebih banyak air yang diperlukan untuk bendungannya..

Tetapi sumber diplomatik Turki mengatakan kepada AFP bahwa Turki tidak pernah mengurangi jumlah air yang dikeluarkan dari Sungai Efrat untuk tujuan politik atau lainnya". "Wilayah kami menghadapi salah satu periode kekeringan terburuk akibat perubahan iklim. Curah hujan di Turki selatan adalah terendah dalam 30 tahun terakhir,” kata sumber ini.



Analis Nicholas Heras mengatakan Turki memang memegang pengaruh atas Suriah dan Irak dengan membangun Bendungan Ataturk yang berukuran besar dan berjarak hanya 80 kilometer dari perbatasan Suriah. Bendungan ini selain itu kepentingan pembangkit listrik juga bisa digunakan untuk mengontrol debit air Sungai Efrat yang dialirkan menuju Suriah dan Irak.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More