Sungai Efrat dan Tigris Mengering Akibat Perubahan Iklim dan Ketegangan Politik

Kamis, 06 Januari 2022 - 05:29 WIB
loading...
Sungai Efrat dan Tigris...
Sebuah perahu di tepi Sungai Efrat yang mengering akibat dampak perubahan iklim. Foto/thetimes
A A A
SUNGAI Efrat dan Tigris terancam mengering pada tahun 2040 akibat dampak perubahan iklim yang menyebabkan debit airnya menurun. Ketegangan politik pemerintah tiga negara yang dilalui Sungai Efrat dan Tigris ikut berkontribusi pada menurunnya debit air dua sungai yang namanya begitu melegenda.

Sungai Efrat dan Tigris merupakan sungai besar dan panjang di Asia barat daya yang melalui jantung wilayah Timur Tengah. Kedua sungai tersebut memiliki sumber mata air dalam jarak 50 mil (80 km) di Turki timur dan mengalir ke tenggara melalui Suriah utara dan Irak ke ujung Teluk Persia.

Total panjang Sungai Efrat sekitar 1.740 mil (2.800 km) dan Sungai Tigris panjangnya sekitar 1.180 mil (1.900 km). Sungai Efrat dan Tigris yang berhulu dari Turki mengalir ke Lembah Shatt Al-Arab di Irak Selatan. Sungai Efrat dari Turki melintasi Suriah dan Irak, sedangkan Sungai Tigris mengalir dari Turki ke Irak. (Baca juga; 2 Tahun Mengering, Danau Oroville Kembali Digenangi Air Setinggi 27 Meter )

Turki menyumbang 90 persen sumber air ke Sungai Efrat, Suriah berkontribusi 10 persen memasok sumber air Sungai Efrat. Berbeda dengan Sungai Tigris, kontribusi sumber air berasal dari wilayah tiga negara, yaitu Turki, Irak, dan Iran, masing-masing 40 persen, 51 persen, dan 9 persen.
Sungai Efrat dan Tigris Mengering Akibat Perubahan Iklim dan Ketegangan Politik


Jadi jika Sungai Efrat mengering, wilayah yang paling merasakan dampaknya adalah bagian hilir, yaitu Irak dan Suriah. Dari penelitian yang dilakukan NASA dan Universitas California yang dimuat Surat Kabar The New York Times pada Selasa (12/2/2015) tentang sistem sungai di Timur Tengah, kekeringan terjadi sejak tahun 2003.

Para ilmuwan menemukan selama tujuh tahun terakhir, sejak tahun 2003, debit air sepanjang sungai Tigris dan Eufrat dari mulai Turki, Suriah, Irak dan Iran, telah kehilangan sebanyak 144 juta kilometer kubik. “Artinya sungai ini semakin mengering,” ujar Irvine dari NASA dan Univeritas California.

Jay Famiglietti, peneliti utama studi ini dan ahli hidrologimenambahkan, tingkat penurunan intensif terjadi setelah kekeringan pada tahun 2007. Sekitar 60 persen penurunan debit air Sungai Tgris ini akibat pengambilan air secara terus menerus dari dalam tanah. (Baca juga; Laut Kaspia Mengering, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem dan Siklus Alam yang Normal )

Perubahan iklim berkontribusi pada menyusutnya permukaan air Sungai Efrat, karena kenaikan suhu menyebabkan curah hujan yang tidak menentu. Laporan dari Kementerian Sumber Daya Air Pemerintah Irak dikutip dari The National News pada 2 Desember 2021, pada musim panas penurunan debit air Sungai Efrat mencapai 40 miliar meter kubik.

"Tingkat penurunan air (Sungai Efrat) ke Irak telah dimulai secara bertahap dan akan meningkat hingga 30 persen. Dengan penurunan 11 miliar meter kubik per tahun pada 2035," demikian laporan Kementerian Sumber Daya Air Irak. (Baca juga; Kiamat Sudah Dekat (3): Sungai Eufrat Mengering dan Gunung Emas Itu Nyata )

Kekeringan parah akan mempengaruhi negara itu pada tahun 2025, kata laporan itu, dengan Sungai Efrat hampir sepenuhnya mengering di selatan. Sementara Sungai Tigris berubah menjadi aliran air dengan sumber daya terbatas.

Menteri Sumber Daya Air Irak, Mahdi Rashid Al Hamdani, memprediksi kekurangan air akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang, terutama di provinsi timur Wasit. Laporan menunjukkan bahwa penduduk beberapa desa bersiap untuk pindah karena kelangkaan air dan pertanian yang tidak berkelanjutan.

“Dampaknya di Wasit sudah berimbas ke provinsi lain, seperti kota Maysan, Dhi Qar, dan Basra di selatan. Krisis kelangkaan air seharusnya tidak ditangani oleh kementerian saja, tetapi seluruh negeri,” kata Al Hamdani.

Pada awal Mei 2021, Pemerintah Suriah juga menyuarakan kekhawatiran terhadap penurunan yang dratis permukaan air Sungai Efrat. Kekeringan mengakibatkan pasokan air untuk Bendungan Tishrin dan Danau Al-Assad berkurang .

Dikutip dari Kantor Berita SANA, Suriah mengatakan, Turki mengurangi aliran air Sungai Efrat ke Suriah dari 500 meter kubik per detik menjadi 200 meter kubik per detik. Kondisi ini menyebabkan produksi listrik di Bendungan Tishin turun 70 persen sejak tahun lalu dan penurunan pasokan air untuk irigasi dan air minum.

Dikutip dari laman Suriah Enab Baladi pada 3 Mei 2021, Administrasi Otonomi Suriah Timur Laut, yang dikendalikan oleh Kurdi, mengumumkan bahwa permukaan air di Danau Assad turun tiga meter. Kurdi Suriah menuduh Ankara menahan lebih banyak air yang diperlukan untuk bendungannya..

Tetapi sumber diplomatik Turki mengatakan kepada AFP bahwa Turki tidak pernah mengurangi jumlah air yang dikeluarkan dari Sungai Efrat untuk tujuan politik atau lainnya". "Wilayah kami menghadapi salah satu periode kekeringan terburuk akibat perubahan iklim. Curah hujan di Turki selatan adalah terendah dalam 30 tahun terakhir,” kata sumber ini.
Sungai Efrat dan Tigris Mengering Akibat Perubahan Iklim dan Ketegangan Politik


Analis Nicholas Heras mengatakan Turki memang memegang pengaruh atas Suriah dan Irak dengan membangun Bendungan Ataturk yang berukuran besar dan berjarak hanya 80 kilometer dari perbatasan Suriah. Bendungan ini selain itu kepentingan pembangkit listrik juga bisa digunakan untuk mengontrol debit air Sungai Efrat yang dialirkan menuju Suriah dan Irak.

Pada pertengahan Januari 1990, ketika fase pertama pembangunan bendungan selesai, Turki menahan seluruh aliran Sungai Eufrat selama sebulan untuk memulai pengisian waduk. Saat itu, Bendungan Atatürk telah memotong aliran dari Sungai Eufrat pada sekitar sepertiganya.

Suriah dan Irak mengaku mengalami kekurangan air yang ekstrem. Berbagai polemik soal ketersediaan air dari sungai tersebut selalu mencuat di antara tiga negara yang dilaluinya. Pembangunan DAM selalu menjadi permasalahan bagi negara-negara tersebut.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1557 seconds (0.1#10.140)