Nyata atau Imajinasi, Adegan Megalodon Makan Dinosaurus T-Rex di Trailer Film Meg 2

JAKARTA - Trailer film Meg 2 yang diperani aktor Jason Statham baru saja dirilis dan berhasil membuat orang bertanya-tanya. Trailer yang sangat singkat itu berhasil mencuri perhatian banyak orang karena menampilan adegan ngeri dimana hiu purba, Megalodon memangsa seekor T-Rex.

Adegan itu mengerikan sekaligus mengherankan. Pasalnya kedua hewan itu berada di puncak rantai makanan sebagai predator atau apex predator.

Dari segi ukuran keduanya juga sangat besar. Megalodon diyakini mampu mencapai ukuran 20 meter. Bobot Megalodon juga sangat fantastis karena bisa mencapai 100.000 kilogram.

Sangat jauh berbeda dengan ukuran T-Rex yang paling tinggi cuma mencapai enam meter. Tentu sangat wajar jika di trailer itu diperlihatkan Megalodon bisa menyaplok langsung T-Rex.





Hanya saja adegan itu justru menurut Fiona Jackson, analis dari Mail Online sangat salah kaprah. Menurutnya kedua hewan prasejarah itu justru hidup di masa yang berbeda.

Megalodon hidup di zaman Miosen dan Pliosen di era Kenozoikum pada 65 juta tahun lalu. Sebaliknya T-Rex justru hidup 66 juta tahun yang lalu di masa Cretaceous Akhir. Di masa itu Megalodon justru sudah punah karena kalah bersaing dengan Hiu Putih Raksasa atau The Great White Shark yang berkuasa di era Cretaceous Awal.

"Jadi kedua predator iytu sama sekali tidak bisa bertemu karena ada gap sepanjang 70 juta tahun di antara keduanya," jelas Fiona Jackson.



Hanya saja dia memahami bahwa film The Meg 2 memang hanyalah fiksi belaka. Di film itu diceritakan para ilmuwan ternyata menyadari Megalodon masih hidup hingga kini.

Dari sisi logika sebenarnya menurut Fiona Jackson Megalodon memang tidak bisa hidup di masa sekarang. Hewan sebesar Megalodon tentu akan membuat kekacauan di lautan karena ukurannya yang sangat besar.

Danny Sigman, geoscientist dari Princeton University mengatakan bahwa jika Megalodon benar-benar ada di laut modern, maka interaksi penghuni laut akan sangat jauh berbeda.

"Ukuran mereka cenderung membuat hampir semua interaksi di dalam air menjadi mematikan. Selain itu, banyak kapal dan kapal berukuran sedang akan rentan terhadap serangan acak dan perilaku bermusuhan," terang Danny Sigman.