Satelit ESA Rekam Gelombang Panas Laut Hantam Atlantik Utara

Sabtu, 24 Juni 2023 - 07:03 WIB
loading...
Satelit ESA Rekam Gelombang Panas Laut Hantam Atlantik Utara
Satelit milik Badan Antariksa Eropa (ESA) merekam gelombang panas laut menghantam samudra Atlantik Utara. Foto/ESA/Space
A A A
LONDON - Satelit milik Badan Antariksa Eropa (ESA) merekam gelombang panas laut menghantam samudra Atlantik Utara . Kejadian ini membuat suhu di laut lepas pantai Inggris naik menjadi 5 derajat celcius dari rata-rata 1,25 derajat celcius.

Pengukuran satelit menunjukkan bahwa gelombang panas laut yang tak terduga menghantam sangat keras di sekitar pantai timur laut Skotlandia yang biasanya sejuk. Gelombang panas laut juga menerjang pantai Irlandia barat laut dan terdeteksi di Laut Baltik di lepas pantai Jerman dan Polandia.

Suhu air laut di sekitar Inggris dan Irlandia lebih dari 5 derajat Celcius atau di atas rata-rata jangka panjang untuk bagian tahun ini. Kenaikan suhu ini memicu kekhawatiran akan banyak kematian biota laut.



Ilmuwan iklim mengklasifikasikan gelombang panas laut saat ini sebagai kategori IV hingga V dengan arti ekstrem hingga sangat ekstrem. Menurut spesialis observasi bumi Badan Antariksa Eropa (ESA) Craig Donlon, kondisi ini sangat tidak biasa untuk musim ini.

“Gelombang panas laut yang ekstrem bukanlah peristiwa sehari-hari di perairan Inggris," kata Donlon dikutip SINDOnews dari laman Space, Sabtu (24/6/2023).

Data satelit, bersama dengan data di lapangan, memungkinkan para ahli mendokumentasikan dampak gelombang panas laut ini termasuk tekanan pada ekosistem laut. Termasuk dampak pada industri seperti akuakultur dan perikanan.

Gelombang panas saat ini merupakan puncak dari periode kenaikan suhu di lautan Atlantik Utara yang dimulai pada bulan April. Otoritas prakiraan cuaca Inggris Met Office melaporkan bahwa suhu lautan di Atlantik Utara selama bulan Mei adalah yang terhangat sejak tahun 1850.



“Dibandingkan periode tahun 1961 hingga 1990, suhu rata-rata selama bulan Mei naik sekitar 1,25 derajat Celcius,” ujar profesor Albert Klein Tank, kepala Met Office Hadley Centre.

Dia menjelaskan, angin sepoi-sepoi yang tidak biasa di atas lautan berkontribusi pada pemanasan suhu laut yang tidak terduga. Apalagi pada bulan Juni tercatat suhu mencapai rekor terpanas secara global, ikut mendorong kenaikan suhu air laut.

“Biasanya, debu yang terbawa udara dari Sahara membantu mendinginkan wilayah ini dengan memblokir dan memantulkan sebagian energi matahari. Namun, angin yang lebih lemah dari rata-rata telah mengurangi jumlah debu di atmosfer yang berpotensi menyebabkan suhu lebih tinggi,” kata Tank.

Gelombang panas laut di samudra Atlantik Utara bertepatan dengan permulaan pola pemanasan El Nimo yang telah berkembang di Pasifik dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi ini juga cenderung memiliki konsekuensi luas di seluruh dunia.



Para ilmuwan khawatir bahwa gelombang panas laut ekstrem saat ini hanyalah awal dari apa yang mungkin menjadi musim panas yang menantang dari cuaca ekstrem selanjutnya. “Ini adalah situasi global yang sangat mengejutkan karena pemanasan saat ini pada akhirnya akan terdorong ke dalam kolom air laut," kata Donlon.

Jules Kajtar dari National Oceanography Centre, Southampton, Inggris, mengatakan kepada Science Museum Group bahwa suhu laut yang luar biasa hangat dapat berdampak buruk pada ekosistem laut di perairan Inggris.

“Alasan kami khawatir adalah ekosistem di perairan Inggris belum pernah mengalami suhu seperti ini di tahun sebelumnya. Lautan yang memanas dapat membuat air menjadi lebih asam dan mendorong penurunan kadar oksigen di dalam air,” ujarnya.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3003 seconds (0.1#10.140)