Kuasai 4.000 Satelit Starlink, Tingkah Laku Elon Musk Bikin Jenderal Militer Ukraina Deg-degan
loading...
A
A
A
AMERIKA - Gaya dan tingkah laku Elon Musk memang dikenal cuek, slengean, dan tanpa tedeng aling-aling. Melihat aset yang dimilikinya, ternyata jenderal militer dunia khawatir. Apa sebabnya?
Para jenderal militer dunia tersebut khawatir bahwa gaya dan tingkah laku Elon Musk dalam menjalankan Twitter dan Tesla berimbas ke perusahaan lainnya seperti SpaceX.
Tingkah laku Elon Musk yang tidak bisa diprediksi dan berubah-ubah sesuai mood atau keinginannya bakal bikin repot banyak orang. Mereka juga khawatir gonjang-ganjing yang terjadi di Twitter juga bakal terasa di SpaceX.
Saat hal itu terjadi para jenderal militer bakal kelabakan karena banyak dari mereka mengandalkan layanan internet berbasis satelit yang dimiliki Elon Musk yakni Starlink.
Setidaknya kekhawatiran itu diungkap oleh New York Times saat melaporkan percakapan yang dilakukan oleh Jenderal Mark A Milley, Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat dengan Jenderal Valerii Zaluzhnyi, Kepala Angkatan Bersenjata Ukraina.
Dalam percakapan itu Valrii Zalyzhnyi mengaku mendapatkan banyak manfaat dari keberadaan satelit Starlink dalam melawan invasi Rusia. Dari situ dia berharap Amerika Serikat bisa membantu agar akses penggunaan Starlink di Ukraina tetap bisa berjalan dengan baik. Dia juga berharap agar biaya penggunaan Starlink tetap bisa dibantu oleh Amerika Serikat.
Valerii pun meminta Amerika Serikat memberi profiling terhadap sosok Elon Musk. Pasalnya, Valerii Zaluzhnyi tidak bisa menebak isi pikiran Elon Musk. Dia khawatir ke depannya Elon Musk melakukan tindakan kontraproduktif terhadap Ukraina dengan mematikan layanan Starlink di wilayah mereka.
"Para pemimpin militer dan politik semakin khawatir karena sikap tidak menentu dan kepribadian yang tidak bisa ditebak dari Elon Musk. Miliarder teknologi itu terkadang menggunakan otoritasnya dengan cara yang tidak dapat diprediksi," tulis New York Times.
Para pemimpin militer tersebut khawatir Elon Musk terlalu dominan dalam menguasai jaringan internet berbasis satelit. Hingga kini tidak ada satu pun orang bisa menyamai apa yang sudah dicapai Elon Musk dengan Starlink.
Bayangkan saja saat ini Elon Musk sudah memiliki lebih dari 4.000 satelit yang bisa memberikan layanan internet berbasis satelit. Layanan internet itu bisa diakses hingga ke daerah-daerah terpencil.
Termasuk daerah perang seperti di Ukraina dimana akses internet konvensional sudah lama putus. Hanya saja sikap Elon Musk justru tidak menentu kala berurusan dengan Ukraina.
Di satu waktu dia cuek menolak permintaan militer Ukraina untuk menyalakan Starlink di dekat Krimea, wilayah yang dikuasai Rusia, yang memengaruhi strategi medan perang.
Uniknya kemudian pria yang lahir pada 28 Juni 1971 itu melontarkan rencana perdamaian yang seolah menentang Rusia. Petinggi militer lain yang merasa khawatir dengan Elon Musk disebutkan New York Times datang dari Taiwan.
Mereka khawatir hubungan manis antara Elon Musk dengan China justru akan sangat buruk buat mereka ketika China menginvasi Taiwan. "Ini bukan hanya satu perusahaan tapi satu orang. Kebijakan mereka sepenuhnya terikat pada keinginannya," ucap Dmitri Alperovitch, analis teknologi dari Silverado Policy Accelerator.
Para jenderal militer dunia tersebut khawatir bahwa gaya dan tingkah laku Elon Musk dalam menjalankan Twitter dan Tesla berimbas ke perusahaan lainnya seperti SpaceX.
Tingkah laku Elon Musk yang tidak bisa diprediksi dan berubah-ubah sesuai mood atau keinginannya bakal bikin repot banyak orang. Mereka juga khawatir gonjang-ganjing yang terjadi di Twitter juga bakal terasa di SpaceX.
Saat hal itu terjadi para jenderal militer bakal kelabakan karena banyak dari mereka mengandalkan layanan internet berbasis satelit yang dimiliki Elon Musk yakni Starlink.
Setidaknya kekhawatiran itu diungkap oleh New York Times saat melaporkan percakapan yang dilakukan oleh Jenderal Mark A Milley, Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat dengan Jenderal Valerii Zaluzhnyi, Kepala Angkatan Bersenjata Ukraina.
Dalam percakapan itu Valrii Zalyzhnyi mengaku mendapatkan banyak manfaat dari keberadaan satelit Starlink dalam melawan invasi Rusia. Dari situ dia berharap Amerika Serikat bisa membantu agar akses penggunaan Starlink di Ukraina tetap bisa berjalan dengan baik. Dia juga berharap agar biaya penggunaan Starlink tetap bisa dibantu oleh Amerika Serikat.
Valerii pun meminta Amerika Serikat memberi profiling terhadap sosok Elon Musk. Pasalnya, Valerii Zaluzhnyi tidak bisa menebak isi pikiran Elon Musk. Dia khawatir ke depannya Elon Musk melakukan tindakan kontraproduktif terhadap Ukraina dengan mematikan layanan Starlink di wilayah mereka.
"Para pemimpin militer dan politik semakin khawatir karena sikap tidak menentu dan kepribadian yang tidak bisa ditebak dari Elon Musk. Miliarder teknologi itu terkadang menggunakan otoritasnya dengan cara yang tidak dapat diprediksi," tulis New York Times.
Para pemimpin militer tersebut khawatir Elon Musk terlalu dominan dalam menguasai jaringan internet berbasis satelit. Hingga kini tidak ada satu pun orang bisa menyamai apa yang sudah dicapai Elon Musk dengan Starlink.
Bayangkan saja saat ini Elon Musk sudah memiliki lebih dari 4.000 satelit yang bisa memberikan layanan internet berbasis satelit. Layanan internet itu bisa diakses hingga ke daerah-daerah terpencil.
Termasuk daerah perang seperti di Ukraina dimana akses internet konvensional sudah lama putus. Hanya saja sikap Elon Musk justru tidak menentu kala berurusan dengan Ukraina.
Di satu waktu dia cuek menolak permintaan militer Ukraina untuk menyalakan Starlink di dekat Krimea, wilayah yang dikuasai Rusia, yang memengaruhi strategi medan perang.
Uniknya kemudian pria yang lahir pada 28 Juni 1971 itu melontarkan rencana perdamaian yang seolah menentang Rusia. Petinggi militer lain yang merasa khawatir dengan Elon Musk disebutkan New York Times datang dari Taiwan.
Mereka khawatir hubungan manis antara Elon Musk dengan China justru akan sangat buruk buat mereka ketika China menginvasi Taiwan. "Ini bukan hanya satu perusahaan tapi satu orang. Kebijakan mereka sepenuhnya terikat pada keinginannya," ucap Dmitri Alperovitch, analis teknologi dari Silverado Policy Accelerator.
(dan)