Imbas Polusi Udara yang Menggila, Lalat Jadi Tertarik Sesama Jenis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dampak polusi udara tidak hanya menghantui manusia. Tapi, juga serangga seperti lalat . Sebab, penelitian menyebut bahwa lalat jadi susah berkembang biak gara-gara udara yang sangat jelek. Bahkan, tidak bisa membedakan antara jantan dan betina. Mengapa?
Umumnya serangga menemukan pasangan bergantung pada feromon, yakni bahan kimia yang memungkinkan serangga jantan dan betina menemukan pasangan.
Feromon ini sangat khas pada lalat, karena ketika ozon meningkat di udara yang dipengaruhi oleh polusi, feromon akan terganggu dan terdegradasi. Dengan kata lain, lalat jadi susah menemukan pasangan dan kawin.
Penelitian dilakukan untuk membuktikan teori tersebut. Dikerjakan oleh ilmuwan di Institut Max Planck untuk Ekologi Kimia di Jerman. Ilmuwan menemukan kaitan antara polusi udara dengan feromon lalat.
Hasilnya, lalat betina tidak tertarik dengan lalat jantan. Padahal, secara alamiah feromon dikeluarkan lalat jantan untuk menarik lalat betina sekaligus mengusir lalat jantan lainnya.
Anehnya, karena lalat jantan susah menarik perhatian lalat betina, lalat jantan malah menarik perhatian lalat jantan lainnya, karena tidak bisa membedakan mana lalat jantan dan betina.
“Kami dapat menjelaskan bahwa lalat pejantan mulai merayu satu sama lain setelah terkena paparan ozon dalam waktu singkat, karena mereka jelas tidak bisa membedakan lalat jantan dengan betina akibat polusi udara," kata peneliti, Nanji Jiang dan Markus Knaden.
Informasi ini sangat baru bagi dunia sains. Karena itu, diperlukan penelitian lanjutan. "Kami belum pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Oleh karena itu, kami pun bingung dengan perilaku lalat jantan yang terpapar polusi udara ini," lanjut peneliti.
Dengan kata lain, dari kasus lalat di atas ini mestinya jadi perhatian penting peneliti lain bahwa ada risiko kekacauan di antara serangga jika polusi udara tidak ditangani dengan tepat.
"Akan sangat kacau jika semut, lebah, dan tawon gak saling kenal kelompoknya dan mereka bingung di mana mereka harus tinggal," tambah laporan penelitian itu.
Efeknya gak sampai di situ, pada lebah dan kupu-kupu feromon dipakai untuk reproduksi dan populasi. Dua hewan ini juga dikenal sebagai penyerbuk ulung bagi tanaman.
"Ketika kadar feromon turun, artinya 80% tanaman kehilangan ekosistem penyerbukan yang dilakukan kupu-kupu dan lebah," tambah laporannya. Jadi, ilmuwan berkesimpulan polusi udara tidak hanya memengaruhi manusia tetapi juga serangga. Harus ada upaya pencegahan segera untuk menghentikan risiko buruk ini.
Umumnya serangga menemukan pasangan bergantung pada feromon, yakni bahan kimia yang memungkinkan serangga jantan dan betina menemukan pasangan.
Feromon ini sangat khas pada lalat, karena ketika ozon meningkat di udara yang dipengaruhi oleh polusi, feromon akan terganggu dan terdegradasi. Dengan kata lain, lalat jadi susah menemukan pasangan dan kawin.
Penelitian dilakukan untuk membuktikan teori tersebut. Dikerjakan oleh ilmuwan di Institut Max Planck untuk Ekologi Kimia di Jerman. Ilmuwan menemukan kaitan antara polusi udara dengan feromon lalat.
Jadi Tertarik Sesama Jenis
Para peneliti mengembangkan percobaan membuat area yang memiliki ozon serupa dengan wilayah yang udaranya tercemar. Lalu, mereka menempatkan sejumlah lalat di sana.Hasilnya, lalat betina tidak tertarik dengan lalat jantan. Padahal, secara alamiah feromon dikeluarkan lalat jantan untuk menarik lalat betina sekaligus mengusir lalat jantan lainnya.
Anehnya, karena lalat jantan susah menarik perhatian lalat betina, lalat jantan malah menarik perhatian lalat jantan lainnya, karena tidak bisa membedakan mana lalat jantan dan betina.
“Kami dapat menjelaskan bahwa lalat pejantan mulai merayu satu sama lain setelah terkena paparan ozon dalam waktu singkat, karena mereka jelas tidak bisa membedakan lalat jantan dengan betina akibat polusi udara," kata peneliti, Nanji Jiang dan Markus Knaden.
Informasi ini sangat baru bagi dunia sains. Karena itu, diperlukan penelitian lanjutan. "Kami belum pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Oleh karena itu, kami pun bingung dengan perilaku lalat jantan yang terpapar polusi udara ini," lanjut peneliti.
Serangga Tidak BisaMembedakan Jantan atau Betina
Menurut ilmuwan, feromon berperan bukan hanya untuk mencari pasangan, tapi mengidentifikasi anggota spesies yang sama dan komunitasnya. Pada lebah dan semut misalnya, feromon berfungsi untuk menyatukan mereka.Dengan kata lain, dari kasus lalat di atas ini mestinya jadi perhatian penting peneliti lain bahwa ada risiko kekacauan di antara serangga jika polusi udara tidak ditangani dengan tepat.
"Akan sangat kacau jika semut, lebah, dan tawon gak saling kenal kelompoknya dan mereka bingung di mana mereka harus tinggal," tambah laporan penelitian itu.
Efeknya gak sampai di situ, pada lebah dan kupu-kupu feromon dipakai untuk reproduksi dan populasi. Dua hewan ini juga dikenal sebagai penyerbuk ulung bagi tanaman.
"Ketika kadar feromon turun, artinya 80% tanaman kehilangan ekosistem penyerbukan yang dilakukan kupu-kupu dan lebah," tambah laporannya. Jadi, ilmuwan berkesimpulan polusi udara tidak hanya memengaruhi manusia tetapi juga serangga. Harus ada upaya pencegahan segera untuk menghentikan risiko buruk ini.
(dan)