Bumi Alami Musim Panas dengan Suhu Paling Tinggi

Jum'at, 08 September 2023 - 14:48 WIB
loading...
Bumi Alami Musim Panas dengan Suhu Paling Tinggi
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mencatatkan bahwa bulan Juni hingga Agustus 2023 mengalami suhu paling tinggi yang menyengat Bumi. Foto/NASA
A A A
WASHINGTON - Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mencatatkan bahwa bulan Juni hingga Agustus 2023 mengalami suhu paling tinggi yang menyengat Bumi. Kondisi ini menjadi sinyal bahwa perubahan iklim sedang terjadi.

MWO mencatat suhu permukaan laut global memecahkan rekor baru setiap bulan secara berturut-turut. Sementara luas es laut di Antartika masih berada pada rekor terendah sepanjang tahun ini.

“Planet kita baru saja mengalami musim panas terpanas yang pernah tercatat. Kerusakan iklim telah dimulai,” kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam sebuah pernyataan dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Jumat (8/9/2023).



Musim panas ditandai dengan gelombang panas yang tiada henti di seluruh dunia. Pada bulan Juli, banyak negara, termasuk AS, Meksiko, Spanyol dan China, mengalami rekor panas nasional. Tercatat ada lebih dari 200 kematian terkait panas dilaporkan di Meksiko.

Suhu permukaan laut global sangat tinggi selama lima bulan terakhir dan tetap berada pada rekor tertinggi sepanjang bulan April, Mei, Juni, dan Juli 2023. Pada bulan Agustus 2023, suhu permukaan laut mencapai 20,98 derajat Celsius. Angka ini melampaui rekor panas sebelumnya pada bulan Maret 2016 setiap hari pada bulan itu.

“Apa yang kami amati bukan hanya kondisi ekstrem baru, namun kondisi yang memecahkan rekor ini dan dampaknya terhadap manusia dan bumi. Ini merupakan konsekuensi nyata dari pemanasan sistem iklim,” kata Carlo Buontempo, Direktur Copernicus Layanan Perubahan Iklim.

Menurut data WMO, Agustus tahun ini adalah rekor terpanas dengan margin besar dan bulan terpanas setelah Juli 2023. Gabungan suhu permukaan daratan dan lautan pada bulan tersebut adalah 1,5 derajat Celcius lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun 1850 hingga 1900.

“Para ilmuwan telah lama memperingatkan dampak dari kecanduan bahan bakar fosil. Lonjakan suhu memerlukan tindakan yang cepat,” kata Guterres.



Namun dalam jangka pendek, kondisi ini bisa menjadi lebih buruk seiring terbentuknya El Nino. El Nino adalah pola cuaca di mana perairan hangat berada di lepas pantai Pasifik Amerika Selatan, yang sering kali menyebabkan suhu global lebih hangat dan kejadian cuaca ekstrem.

Gelombang panas, kebakaran, dan banjir kemungkinan akan meningkat seiring dengan berkembangnya kondisi El Nino di wilayah tropis Pasifik untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun. Menurut WMO, terdapat kemungkinan 90% peristiwa pemanasan laut akan terus berlanjut sepanjang paruh kedua tahun 2023.

“Perlu dicatat bahwa kondisi saat ini terjadi sebelum kita melihat dampak pemanasan penuh dari peristiwa El Nino,” kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1389 seconds (0.1#10.140)